Perjalanan malam itu terasa panjang. Bunyi klakson yang bersahutan menyapu telinga mereka. Semua orang berebut agar sampai di rumah lebih cepat. Merindukan kasur yang selalu menjadi tempat terakhir untuk menghilangkan penat.
Kaitlin tetap diam dengan banyak rasa sakit di kepala dan hatinya. Dwiky pun sama, ia tak mampu membuat Kaitlin merasa lebih baik. Bagaimanapun, hal yang baru mereka temui tadi adalah situasi yang tidak mudah sama sekali.
Dwiky meraih tangan Kaitlin dan menciumnya. Ia sudah berhak sekarang, karena Kaitlin adalah kekasihnya. Kaitlinpun tidak melarang seperti biasanya jika Dwiky ingin menggenggam jemari jentiknya.
“Take you time, Lin” Kata-kata itu menghantam Kaitlin sekali lagi. Perasaan bersalah bersarang di dalam dirinya. Bagaimana bisa ia tidak bisa mengendalikan diri di depan Dwiky yang sekarang adalah kekasihnya.
Kaitlin membenarkan posisi duduknya “Maaf, Ky, aku terlalu terkejut tadi”
Dwiky memberikan senyum hangat kepada Kaitlin “Its oke, aku paham, Lin. Kamu masih perlu beradaptasi dengan perasaan itu. Jangan merasa bersalah, karena aku akan sedih kalau perasaan bersalah itu ada di kamu”
Tapi perasaan itu terlanjur menyerangku bertubi-tubi, Ky
“Terima kasih sudah selalu mengerti” Kaitlin mencium jemari Dwiky yang menggenggamnya erat.
Setelah melewati kemacetan Jakarta, akhirnya mereka sampai di rumah Kaitlin. Dwiky menghentikan mobilnya dan menghadap ke arah Kaitlin. Kaitlin juga menghadap ke arah Dwiky
“Hubungan kita resmi baru satu hari, dan cobaannya sudah lumayan buat aku goyah” Tangan keduanya masih saling bertaut.
“Maaf kalau itu semua mengganggu kamu, Ky”
“Kamu nggak perlu khawatir, aku pastikan aku yang akan menang. Aku tau, kamu sedang berusaha menata hati kamu kembali. Dan aku akan membantu kamu apapun konsekuensinya”
“Aku tau, keadaan kamu sulit saat ini. Tapi aku nggak akan pernah tinggalkan kamu sendirian. Aku akan temani kamu membenahi hati kamu yang sudah berantakan”
Dwiky membelai wajah Kaitlin lembut “Sakit banget, ya?”
Dan pertanyaan itu berhasil membuat pertahanan Kaitlin runtuh, ia meneteskan air matanya deras dan menunduk. Dengan sigap, Dwiky memeluk Kaitlin erat dan membelai rambut gadis itu halus.
“Its oke, sayang, kamu pasti bisa melewati semua ini. Kamu pasti bisa, ada aku” Dwiky merapalkan kalimat itu dengan halus. Bak doa yang sedang mereka panjatkan dan berterbangan di udara malam ini.
Kaitlin masih betah menangis di pelukan Dwiky. Dada bidang laki-laki itu menjadi tempat ternyaman Kaitlin untuk menumpahkan tangisnya.
“Aku pikir, semuanya akan membaik kalau dia datang. Kami bisa mengakhiri semuanya dan aku memulai langkah baru bareng kamu” Kaitlin menjeda kalimat di tengah isakannya
“Nyatanya, kedatangan dia yang tiba-tiba seperti ini malah membuat aku semakin sakit, Ky. Maaf kalau kamu tersinggung dan merasa marah melihat keadaan ku begini”
“Seharusnya kita senang-senang. Aku menghancurkan moment di hari pertama kita resmi punya hubungan. Maaf, Ky, maaf”
Dwiky menghela nafasnya pelan dan melepas pelukan mereka “Dengar, Lin. Aku sudah bilang akan selalu mengerti situasi yang sedang kamu hadapi. Asal kita sama-sama berjuang untuk memulai semuanya dan menjadi lebih baik lagi”
“Aku akan berusaha membuat sakit yang kamu rasakan sembuh, ya? Jadi jangan terus merasa bersalah sama aku. Kamu cuma perlu membaik untuk saat ini, oke?”
Dwiky membawa Kaitlin kembali ke dalam pelukannya, menenangkan wanita itu sebelum wanita itu masuk ke dalam rumahnya.
Kaitlin merasa beruntung, saat laki-laki yang tadinya ia cintai menyakitinya, ada laki-laki lain yang bersedia memberikan seluruh cintanya untuk Kaitlin. Dan bersedia menemaninya dalam perasaan hancur yang ia hadapi.
“Sekarang, kamu butuh istirahat, hari ini banyak sekali kejadian yang membuat kamu lelah. Terima kasih, ya, sudah temani aku ketemu mama tadi” Dwiky mengembangkan senyum manisnya.
“Sama-sama, Ky, terima kasih juga sudah ada di sini sama aku”
Dwiky menghapus jejak air mata di pipi Kaitlin “Dah, sekarang, kamu boleh istirahat”
Kaitlin menganggukkan kepalanya, sebelum Kaitlin keluar dari mobil Dwiky, Kaitlin menyempatkan diri mencium pipi kiri laki-laki itu. Hal tersebut membuat senyum dari bibir Dwiky terukir. Kaitlin melambaikan tangannya dan disambut lambaian tangan hangat pula dari Dwiky.
“Hati-hati, sayang”
Setelah memastikan Kaitlin masuk ke dalam rumah, Dwiky pergi ke suatu tempat. Sebelum itu, Dwiky menghubungi Zivia menanyakan suatu hal yang penting.
Kemudian, sebuah pesan masuk ke ponselnya dengan nomor tanpa nama. Saat menjelaskan diri siapa orang itu, Dwiky memutuskan untuk menemui orang yang mengirimkannya pesan.
***
Zivia membawa dua ember ice cream beserta dengan coklat untuk Kaitlin. Biasanya, ketika sedang memiliki banyak pikiran, Kaitlin akan menghabiskan banyak waktu untuk menghabiskan ice cream beserta coklat-coklat itu. Sedangkan Zivia, hanya membeli beberapa kaleng soda dan makanan cepat saji untuknya.
Zivia masuk begitu saja ke dalam rumah Kaitlin, tinggal sendiri bersama dengan pembantu rumah tangga adalah satu hal paling kesepian menurut Zivia.
Zivia naik menuju kamar Kaitlin. Pintu kamar mandi tertutup dan gemercik air terdengar menandakan Kaitlin tengah membersihkan diri. Namun setelah satu jam menunggu, Kaitlin tidak kunjung keluar dari kamar mandi dan membuat Zivia khawatir.
Zivia mengetuk pintu kamar mandi dan tidak mendengar sahutan apapun dari Kaitlin langsung berinisiatif membuka pintu kamar mandi yang berisikan Kaitlin di dalam. Untung saja, Zivia tau dimana letak kunci cadangan yang selalu Kaitlin letakkan di dalam laci.
Setelah pintu terbuka, Zivia menemukan Kaitlin hampir menenggelamkan dirinya sendiri di dalam bathup. Zivia menarik kepala Kaitlin agar Kaitlin tidak benar-benar tenggelam.
Kaitlin perlahan membuka matanya guna mencari siapa yang mengganggu ritualnya.
“Lo ngapain sih, ha?!” Ujar Zivia agak keras membuat Kaitlin bingung.
“Gue lagi berendam. Kenapa, sih?” Dumel kaitlin.
“Lo kayak orang mau bunuh diri tau nggak. Udah lebih satu jam gue nungguin lo nggak kelar-kelar. Bikin panik aja”
Kaitlin hanya diam menatap kekahwatiran sahabatnya itu.
“Buru, lo kelarin ritual lo, udah jam sepuluh malam dan lo masih berendam. Gue mau nginep disini”
“Ngapain” Kaitlin menatap Zivia bingung
“Buruan ah” Zivia langsung keluar dari kamar mandi dan meninggalkan Kaitlin
Zivia duduk di gazebo rumah Kaitlin, Zivia menggenggam kaleng sodanya dan sesekali menenggak minuman bersodanya. Saat hendak menenggak sodanya lagi, kaleng yang ada di tangan Zivia diambil oleh Kaitlin.
Dengan handuk di kepala, Kaitlin bersiap untuk mengomel kepada Zivia “Lo jangan minum soda terus. Kasihan lambung lo tau nggak”
Zivia hanya menghela nafasnya pelan. “Tuh, gue bawa ice cream sama coklat buat lo nih, jangan sampai dari icenya”
Kaitlin meletakkan kaleng soda yang di pegang ya dan mengernyit heran “Tumben”
Zivia merebahkan dirinya di atas kasur milik Kaitlin “Tadi Dwiky yang minta gue kesini. Katanya lo ada masalah”
Zivia kemudian menoleh ke arah Kaitlin “Lo ada masalah apa?”
Kaitlin membuka cup ice cream coklat yang di bawa Zivia dan menyantapnya pelan. Diam tanpa menghiraukan pertanyaa Zivia
Zivia hanya melirik ke arah Kaitlin yang bergeming. Pertanda bahwa sahabatnya itu belum siap bercerita.
“Yaudah kalau lo nggak mau cerita, gue tidur” Zivia kemudian menarik selimut dan mencoba untuk tertidur.
Kaitlin membela ice creamnya ke gazebo. Melihat Zivia sudah pulas, Kaitlin menghabiskan ice creamnya dengan air mata. Ternyata ice cream yang ada di genggamannya tidak bisa mengurangi rasa hancurnya.
Perasaan dikhianati oleh orang yang masih memiliki tempat di hatinya sungguh menyakitkan. Raja masih ada di sisi hatinya meski ia sudah sepenuhnya memilih Dwiky untuk melanjutkan cerita cintanya.
Kaitlin meletakkan ice creamnya dan menoleh ke atas langit. Bulan dan bintang berada di sana. Menyaksikan bagaimana Kaitlin hancur.
“Hai, Bulan, malam ini bintang senantiasa menemani kamu. Aku iri” Kaitlin bermonolog pada gemintang yang jauh dari tempatnya berada
“Ternyata dikhianati dan menimbun perasaan bersalah semenyakitkan ini, ya? Sepertinya aku nggak sanggup” Kaitlin menundukkan wajahnya.
Mengingat percakapan tentang bintang dan bulan bersama Raja tempo hari membuat Kaitlin lagi-lagi menangis. Ia menekan dadanya sendiri. Berharap itu bisa mengurangi rasa sakit yang ia rasakan. Isakannya semakin kencang dan Kaitlin membekap mulutnya agar Zivia tidak terbangun.
Tapi Kaitlin salah, sejak tadi, Zivia tidak benar-benar tidur. Zivia tidak akan pernah bisa tertidur, ketika ia menatap sahabatnya tengah tidak baik-baik saja. Zivia mendengar perkataan Kaitlin, melihat Kaitlin hancur sekali lagi karena orang yang sama.
Sebelum ia sampai di rumah Kaitlin tadi, Raja mengiriminya pesan bahwa mereka sudah bertemu. Tapi Zivia tidak tau, apa yang terjadi diantara mereka berdua hingga membuat Kaitlin kacau kembali.
Mungkin besok, Kaitlin akan bercerita tentang kejadian yang sebenarnya dan kembali menangis. Lebih baik begitu daripada Kaitlin mencoba terlihat baik-baik saja dan menebarkan senyum palsu di depannya. Itu akan jauh lebih menyakitkan.***
Selamat membaca, sayang-sayangku.
Big Love
Cayon!
KAMU SEDANG MEMBACA
Can We? [Completed]
Teen FictionCinta akan membawamu pulang kepadaku. Meskipun langkahmu sudah terlalu jauh, aku yakin, kau akan kembali pada orang yang kau sebut rumah, yaitu aku.