Ketika kau merasa duniamu senang dan baik-baik saja hari ini, itu semua bisa saja berbanding terbalik dengan hari esok. Kemarin kau dijadikan ratu, namun malam ini kau seakan debu yang sama sekali tak ada arti.
Kehilangan paling menyedihkan adalah ketika kau bersenang-senang kemarin, namun hari ini kau ditinggalkan bahkan tanpa kata pamit.
Desing bising suara pendingin ruangan menyapu telinga seorang gadis yang baru saja tertidur subuh tadi. Sudah seminggu, ia sulit sekali tidur memikirkan apa yang salah pada dirinya. Sehingga ia ditinggalkan begitu saja. Ia memikirkan apakah ada perkataan atau perilakunya yang membuat ia ditinggalkan? Sampai detik ini, ia tidak menemukan jawabannya.
Cahaya matahari menyelinap masuk dan menyorot ke arah wajah cantik yang kini matanya berkantung. Kaitlin hanya membuka matanya tanpa bergerak sama sekali. Kebingungan itu masih merajai pikirannya. Ia belum menemukan titik terang sama sekali tentang hal ini.
Kemana Raja? Mengapa tidak memberi kabar sama sekali? Adakah yang salah dari perkataannya? Atau, adakah sesuatu hal yang terjadi pada Raja? Ia tak pernah tau. Dan kegelisahan ini menghantuinya setiap waktu hingga pekerjaannya pun tak kunjung berakhir maksimal.
Kaitlin kemudian menyingkap selimut dan duduk di tepi kasur. Ia menatap foto dirinya dan Raja di samping tempat tidur. Rasanya ia ingin sekali menampar laki-laki itu sudah membuatnya tidak karuan begini.
Pasalnya, selama tiga tahun ini, Raja tidak pernah seaneh sekarang. Ponselnya pun sama sekali tidak bisa di hubungi. Bahkan Tiffany sekalipun tidak tau di mana keberadaan Raja saat ini.
Kaitlin mengalihkan tatapannya ke jendela besar kamarnya dan menatap cahaya matahari yang masih berusaha masuk lebih banyak ke dalam kamar Kaitlin.
Ponsel Kaitlin berdering, namun Kaitlin enggan untuk meraih ponsel itu. Kemudian ia membiarkan ponsel itu berhenti berdering. Namun kurang dari lima detik, ponsel itu berdering lagi. Karena risih, Kaitlin mencoba mengangkat ponselnya.“Mau gue jemput, Lin?” Tanpa melihat nama yang tertulis di ponselnya, Kaitlin hafal betul, ini suara Zivia.
Selama seminggu ini, Zivia selalu memperhatikan dirinya yang kehilangan semangat. Dan Kaitlin berterima kasih sudah diperhatikan sebegininya oleh Zivia
“Nggak usah, Ziv, gue bawa mobil sendiri aja”
Zivia mengesah nafasnya di sebrang sana “Lo yakin?”
Kaitlin hanya berdeham “Yaudah kalau gitu, Lin. Gue tunggu lo di kantor, ya. Gue nanti ke ruangan lo, gue bawa sarapan buat kita berdua”
Lagi-lagi Kaitlin hanya berdeham dan memutus panggilan mereka. Kemudian, Kaitlin beranjak menuju kamar mandi untuk bersiap siap pergi ke kantor.
Tidak lama setelah itu, Kaitlin bersiap pergi dan meraih kunci mobilnya. Sebelum ia memasuki mobil kesayangannya, ia menatap taman kecil yang berisikan bunga anggrek yang sebagian besar adalah pemberian Raja. Kemudian ia berdecih dan memasuki mobilnya.Kaitlin melajukan mobilnya dalam skala sedang hingga ia sampai di tempat tujuannya. Kemudian ia berjalan begitu saja menuju ruangannya tanpa mengindahkan sapaan orang-orang di sekitarnya.
Saat membuka pintu ruangannya, sudah ada Zivia disana sedang menunggunya. Kaitlin hanya menghela nafasnya lelah dan duduk di sofa ruangannya. Menyenderkan kepalanya dan memejamkan mata.
“Lo begadang lagi, ya?” Ujar Zivia mendekati Kaitlin sekaligus meletakkan bekal yang sengaja ia bawa
“Bukan begadang, lebih tepatnya nggak bisa tidur”
“Gue nggak tau harus gimana lagi, Lin. Tapi gue nggak akan berhenti untuk bilang ke lo, jangan putus asa begini”
“Nggak usah mengasihani gue, Ziv” Kaitlin meraih bekal yang Zivia bawa dan menyantapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can We? [Completed]
Teen FictionCinta akan membawamu pulang kepadaku. Meskipun langkahmu sudah terlalu jauh, aku yakin, kau akan kembali pada orang yang kau sebut rumah, yaitu aku.