Sampai detik ini Kaitlin belum juga membuka matanya. Dwiky yang sedang menatap sendu ke arah Kaitlin yang satu kali dua puluh empat jam masih di ambang batas. Dwiky menitihkan air matanya lagi dan menunduk. Meraih jemari Kaitlin dan menciuminya berkali-kali.
“Bangun, Lin. Aku janji, setelah ini aku akan buat kamu bahagia. Tidak ada perceraian, tidak ada perpisahan. Aku akan memperjuangkan kita sampai titik akhir”
***
Ketika membuka mata, langit biru menyapa pandangannya. Kaitlin mengedarkan pandangannya. Ia menemukan padang rumput membentang luas di sana. Seketika ia berdiri dan menerka di mana ia berada. Setelah berjalan beberapa langkah, di belakangnya terdengar suara yang ia rindukan memanggilnya lembut. Kaitlin kemudian menoleh dan menemukan Raja di sana. Tersenyum manis dengan kemeja yang ia lihat di lemari Raja tempo hari. Sontak Kaitlin melihat dirinya sendiri. Gaun itu, gaun yang di belikan Raja untuknya. Untuk acara pernikahan mereka berdua yang tak pernah terjadi.
Kaitlin dengan langkah cepat berjalan sambil mengangkat gaunnya ketika Raja merentangkan tangan untuk menyambut Kaitlin. Tubuh mereka bertabrakan, pelukan hangat itu mampu mereka rasakan setelah sekian lama. Kaitlin memeluk Raja erat sambil menghirup aroma tubuh Raja yang ia rindukan.
Raja menciumi pucuk kepala Kaitlin sambil membelai lembut rambut coklat Kaitlin yang tergerai indah. Raja melepas pelukan mereka dan meraba rahang Kaitlin dengan kedua tangannya.“You look so beautiful, sayang” Kaitlin meneteskan air matanya diiringi senyuman manis di bibirnya.
“Aku rindu kamu, Ja” Ujar Kaitlin sekali lagi menyatukan pelukan mereka.
Raja meletakkan tangannya di hadapan Kaitlin. Kaitlin menatap bingung tangan itu kemudian menatap wajah Raja yang tampak bahagia “Sudah siap?”
Dengan kernyitan dahi, Kaitlin melontarkan pertanyaan “Kemana?”
“Ikut aku”
Angin menampar pipi mereka lembut. Senyuman bahagia menghiasi wajah keduanya. Sore itu, tanpa ragu sama sekali, dengan cepat Kaitlin meraih tangan Raja dan berjalan menyusuri padang rumput yang beratapkan langit biru.
***
Zivia menatap wajah teduh Kaitlin yang masih enggan untuk membuka matanya. Setetes air mata Kaitlin jatuh di tengah ketidaksadarannya. Zivia langsung menghapus pelan air mata Kaitlin dengan ibu jarinya.
“Sakit banget ya, Lin? Sampe lo nangis gini. Mana yang sakit, hmm? Kasih tau gue” Zivia bicara tepat di sebelah telinga Kaitlin. Air matanya menetes.
Hingga suatu hal terjadi membuat Zivia terlonjak kaget. Tubuh Kaitlin mengejang berkali kali. Semakin Zivia mencoba untuk menenangkan Kaitlin, tubuh Kaitlin makin mengejang hingga brankar Kaitlin ikut bergerak.
“KAITLIN!” Zivia berteriak kencang hingga perhatian Tiffany yang baru datang langsung menjatuhkan paper bagnya.
“Kaitlin kenapa, Ziv?” Dengan gerakan cepat Tiffany langsung menekan tombol emergency di atas kepala Kaitlin.
“Gue nggak tau, tiba-tiba dia begini”
Kemudian dokter datang memeriksa keadaan Kaitlin dan menyuntikkan obat penenang. Tiffany memeluk tubuh Zivia yang bergetar ketakutan. Itu adalah kali pertama Kaitlin mengalami kejang tepat di depan matanya. Hingga tubuh Kaitlin kembali tenang dengan tarikan nafas yang tidak biasa. Dokter kemudian mendekati mereka.
“Keadaan nyonya Kaitlin kritis. Pasien harus segera di tangani. Tulang rusuk pasien yang patah melukai paru-paru pasien. Operasi harus segera kami lakukan”
Zivia dan Tiffany kemudian saling menatap kemudian mengangguk. Zivia langsung menghubungi Dwiky guna meminta persetujuan untuk operasi yang akan di lakukan pada Kaitlin. Bagaimanapun, Dwiky masih berstatus suami Kaitlin yang sepenuhnya memiliki hak menentukan apa yang akan dokter lakukan pada tubuh Kaitlin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can We? [Completed]
Teen FictionCinta akan membawamu pulang kepadaku. Meskipun langkahmu sudah terlalu jauh, aku yakin, kau akan kembali pada orang yang kau sebut rumah, yaitu aku.