31. Lagi-lagi Kehilangan

208 28 4
                                    

Desing mobil yang dikendarainya menemani pikirannya yang bercabang. Jalanan cukup lengang sampai ia bisa melajukan mobilnya santai. Minggu pagi selalu begini di kota-kota besar.

Dwiky masih memikirkan Kaitlin yang baru saja mengakhiri hubungannya dengan Raja. Namun lagi-lagi, Dwiky menyangkal perasaannya yang cemburu dan menyadari kekalahannya. Meski begitu, Dwiky paham betul semua orang akan berubah. Dan Kaitlin akan segera merubah perasaannya dan Dwiky berhasil menjadi obat untuk luka Kaitlin yang masih basah.

Dwiky menghentikan mobilnya di depan rumah Kaitlin. Seorang asisten rumah tangga menghampirinya

"Halo, den, mau jemput neng Kaitlin, ya?"

Senyum manis Dwiky langsung mengembang "Iya, Bi, ada Kaitlinnya?"

"Ada, den. Masuk aja, tadi neng Kaitlin sudah kasih tau bibi untuk suruh aden masuk"

"Oh, gitu ya? Saya parkir disini nggak apa-apa?"

"Sok atuh, den, nggak apa-apa"

Dwiky mengangguk dan keluar dari dalam mobilnya "Punten bik, saya masuk dulu, ya?"

"Silahkeun, den"

Dwiky celingak celinguk mencari keberadaan Kaitlin. Meskipun ia tau, kamar Kaitlin ada di lantai dua. Dwiky mencium aroma harum masakan dari arah dapur. Dwiky melangkahkan kakinya dan menemukan Kaitlin tengah berkutat dengan masakannya.

Dwiky sekilas tersenyum. Membayangkan keadaan seperti ini terjadi di masa depan dan pandangan ini akan menyambutnya setiap pagi.

Dwiky mendekat ke arah Kaitlin "Masak apa, Lin?"

Kaitlin menoleh "Eh, kamu, maaf ya, aku kesiangan. Jadi aku belum selesai masak, nih"

"Nggak apa-apa, sayang, lagian kan nggak buru-buru"

Dwiky semakin mendekat "Memangnya kamu masak apa?"

"Sup ayam buat Mama kamu"

Dwiky menghirup dalam aroma masakan Kaitlin "Hmm, kok jadi aku yang lapar, ya?"

Kaitlin terkekeh "Yaudah, habis ini makan"

"Tapi kan ini untuk mama"

"Kan kamu makannya nggak banyak juga. Mau habiskan semuanya memang?"

Dwiky hanya terkekeh. Dwiky mendekatkan diri dan memeluk Kaitlin dari belakang. Hal tersebut membuat Kaitlin agak menjauhkan diri.

"Ish, aku belum mandi, sayang"

"Nggak masalah buat aku"

Kaitlin mematikan kompornya "Permisi sayang, sudah mateng ini. Aku pindahkan dulu"

Dwiky melepaskan pelukannya "Mana, sini aku bawakan"

"Udah sana, duduk aja" Perintah Kaitlin
Kaitlin mengambilkan piring dan mangkuk untuk Dwiky. Kaitlin mengambilkan Dwiky nasi dan meletakkan piring berisi nasi tadi pada Dwiky.

"Makan dulu, ya?"

Dwiky hanya menganggukkan kepalanya. Menyantap dengan tenang sembari menatap Kaitlin penuh cinta yang sedang menuangkan sup buatannya ke wadah yang akan mereka bawa untuk ibu Dwiky.
Setelah selesai memindahkan masakannya, Kaitlin pamit untuk mandi terlebih dahulu.

Tiga puluh menit Kaitlin bersiap-siap, meninggalkan Dwiky dengan santapannya. Kaitlin kembali dengan tampilan yang lebih segar lagi.

Mungkin bagi Kaitlin, ia berhasil untuk bersikap beberapa hari belakangan ini seolah tidak terjadi sesuatu. Namun bagi Dwiky, ia tau persis, perasaan gadisnya ini masih butuh obat untuk menyembuhkan lukanya.

Can We? [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang