Perasaan takut di tinggalkan acap kali mampir ke dalam pikiran kita. Apalagi ketika dalam situasi jarak tengah membentang.
Baru satu minggu Kaitlin dan Raja harus LDR, rasanya Kaitlin sudah rindu setengah mati. Apalagi, Raja sama sekali tidak menghubunginya selama satu minggu penuh.
Kaitlin sering sekali gelisah dan terkadang menjadi sensitive akibat rindu yang berlebihan. Pikirannya terbang kemana-mana.
Bagaimana jika Raja hilang? Bagaimana jika Raja bertemu gadis lain? Bagaimana jika,- Masih banyak lagi bagaimana yang ada di dalam kepalanya.
"Lo nggak usah mikir yang aneh-aneh kali, Lin. Overthinking lo berlebihan kalau begini ceritanya"
Kaitlin mengangkat kepalanya dan berdecih "Gimana gue nggak mikir aneh-aneh coba, Kei. Dia nggak kasih gue kabar seminggu penuh. Bayangin aja"
Keira memutar bola matanya malas "Ogah gue bayanginnya juga"
"Tuh, kan, lo gitu" Kaitlin melempar selembar tisue ke arah Keira.
"Lagian, Lin, bener kata Keira, overthinking lo berlebihan. Bisa aja kan, Raja memang sibuk sama pekerjaannya?" Ucap seorang sahabat Kaitlin lagi.
"Kok lo malah belain Keira sih, Ti?" Kaitlin mendelik kearah Tiffany yang malah membela Keira. Setahunya, jika Tiffany sudah berkata demikian, hal yang diucapkan oleh Keira barusan adalah sebuah kebenaran.
"Ya karena gue rasa opininya Keira benar. Lo misuh-misuh begini yang repot kita tau" Ucapan Tiffany barusan membuat Kaitlin hanya berdecih.
Zivia yang sedari tadi diam berusaha angkat bicara "Lo berdua baru ketemu dan liat kelakuan alay nya sehari aja pusing. Gimana gue yang sekantor menghadapi dia yang seminggu begini terus? Gila gue" Zivia kemudian mengunyah makanannya pelan
"Yaudah, besok nggak usah ke ruangan gue lagi lo" Semprot Kaitlin.
Zivia memicingkan kedua matanya "Yakin? Sanggup gitu lo, nggak ketemu gue sehari?"
Zivia menyenderkan punggungnya "Nanti juga lo yang tiba-tiba nangkring di ruangan gue"
Kaitlin hanya mendengus sebal dan memutar bola matanya malas. Teman-temannya tidak ada yang mengerti perasaannya.
Beberapa saat kemudian, seseorang datang menghampiri meja mereka. Datang dengan senyum mengembang lebar dan menyapa Zivia terlebih dahulu.
"Zivia?" Zivia yang merasa namanya dipanggil menoleh dan langsung berdiri mengetahui siapa yang datang menyapanya.
"Hai, Ky, what are you doing here?"
"Gue lagi cari angin aja, bosen di apart mulu"
Zivia mengenalkan laki-laki itu kepada ketiga sahabatnya
"Oh iya, Ky, kenalin, ini sahabat-sahabat gue"
Zivia beralih ke sahabat-sahabatnya "Guys, kenalin, ini temen gue, namanya?"
Zivia beralih kearah orang yang ia panggil "ky" tadi "Siapa ky, nama lengkap lo?"
Laki-laki itu hanya terkekeh dan menyalami satu persatu sahabat Zivia. Terakhir, ia menjabat tangan Kaitlin agak lama, menatap mata wanita itu, tersenyum manis dan menyebutkan nama lengkapnya
"Dwiky Lingga Gautama"
"Aleya Kaitlin Maheswari" Kaitlin tak kalah dalam menatap mata laki-laki itu. Zivia yang menatap keduanya bergantian. Jabatan tangan mereka tak kunjung terlepas sebelum Zivia melepas paksa tangan keduanya.
"Lama ya pak, buk, salamannya, lupa atau terlalu nyaman ini mohon maaf" Kaitlin dan Dwiky tersenyum penuh arti.
"Gue cabut dulu ya, Ziv, nggak enak ganggu lama-lama"
KAMU SEDANG MEMBACA
Can We? [Completed]
Teen FictionCinta akan membawamu pulang kepadaku. Meskipun langkahmu sudah terlalu jauh, aku yakin, kau akan kembali pada orang yang kau sebut rumah, yaitu aku.