Awan hitam pekat menutupi langit Jakarta pukul lima sore. Biasanya, jika sudah memasuki musim penghujan begini, hujan tidak segan-segan turun tanpa mengenal waktu. Zivia keluar dari area kantornya untuk menjemput Tiffany agar berangkat bersama menuju rumah Kaitlin.
Zivia menatap orang-orang yang berlarian menghindari hujan. Melihat pemotor yang menepikan motonya guna mengenakan jas hujan terlebih dahulu. Saat lampu merah berubah hijau, Zivia melakukan mobilnya pelan.
Zivia memutar setirnya dan kemudian langsung menemukan Tiffany yang menunggunya sambil memeluk dirinya sendiri.
Zivia membunyikan klakson membuat Tiffany tersenyum dan menghampiri Zivia.
“Udah nunggu lama?” Ujar Zivia bertanya.
“Nggak, gue juga baru keluar” Ujar Tiffany yang tengah menggunakan seat belt nya.“Kenapa lagi sih, dia?” Tanya Tiffany ke arah Zivia yang sibuk menyetir.
“Berantem lagi?” Ujar Zivia yang menganggukkan kepalanya
“Dia minta cerai lagi. Kali ini, surat perceraiannya sudah ada dan sudah dia tanda tangani tanpa sepengetahuan Dwiky”
Tiffany yang mendengar kalimat Zivia melebarkan bola matanya. Ia tidak menyangka jika Kaitlin akan mengambil keputusan ini dengan cepat.
Namun detik kemudian, Tiffany menghela nafasnya gusar “Pertahanan yang dia bangun tinggi banget sampai akhirnya dia sampai di titik ini”
Zivia hanya memilih untuk mendengarkan apa yang akan Tiffany katakan setelah ini.
“Dia butuh psikiater” Zivia menoleh ke arah Tiffany yang menatap jauh ke depan.
“Maksud lo?”
Tiffany menghela nafasnya dan menatap Zivia “Dia sering bicara sendiri dan objek yang dia ajak bicara dia panggil Raja. Dia sering ketawa sendirian. Waktu di apartement Raja, gue lihat Kaitlin bercanda dan ketawa lepas, dengan bayang-bayang yang dia panggil Raja”
Benar, Kaitlin selama ini membatasi dirinya dengan teman-temannya. Terakhir kali mereka melihat Kaitlin menangis adalah saat pertama kali Kaitlin memasuki kamar Raja dan mendapati semua hal-hal yang tidak dia ketahui. Termasuk hal yang membuatnya ingin mati saat melihat jas pengantin milik Raja di lemari besar laki-laki itu.
Setelah saat itu, mereka tidak pernah lagi melihat Kaitlin menangis dan membahas pasal Raja. Jika ia rindu, Kaitlin hanya akan menangis dalam tidurnya di ranjang milik Raja. Atau di makam Raja yang selalu ia kunjungi.
Kaitlin terlampau kuat menahan dirinya sendiri hingga ia membentuk ilusi agar kesedihannya menghilang. Agar rasa sakitnya berkurang.
Permintaan Kaitlin untuk bercerai pun karena ia merasa jika Raja tidak menyukai pernikahan mereka. Dalam bayang-bayang yang ia hidupkan, Raja selalu bersedih ketika Dwiky berada dekat dengannya. Maka dari itu, Kaitlin nekat datang ke pengadilan agama untuk mengajukan perceraian atas namanya dan Dwiky yang langsung ia tanda tangani.
Zivia dan Kaitlin memasuki rumah Kaitlin yang gelap. Hal itu membuat mereka heran karena tidak biasanya rumah Kaitlin gelap gulita begini. Biasanya akan ada asisten rumah tangga yang merawat rumah ini. Sampai mereka ingat, asisten rumah tangga sahabatnya itu tengah pulang kampung dan tidak menyisakan siapapun di dalam rumah itu kecuali Kaitlin yang memutuskan pulang pagi tadi.
Zivia menyalakan lampu ruang tamu dan naik ke lantai dua menuju kamar Kaitlin. Sama, kamar Kaitlin juga gelap. Hanya ada cahaya penerangan dari lampu tidur milik Kaitlin.Tiffany berinisiatif menyalakan lampu kamar sahabatnya itu. Dan mereka tidak menemukan Kaitlin di sana. Suara gemercik air di dalam kamar mandi membuat mereka tenang, karena Kaitlin ternyata tengah berada di kamar mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can We? [Completed]
Teen FictionCinta akan membawamu pulang kepadaku. Meskipun langkahmu sudah terlalu jauh, aku yakin, kau akan kembali pada orang yang kau sebut rumah, yaitu aku.