10. Sisi Lain

279 42 6
                                    

Kadang, kita melupakan beberapa hal berharga di dalam hidup ini. Tergiur oleh dunia membuat kita berubah menjadi jahat bagi orang yang kita sayangi. Persis seperti Wirasena yang membuat dunia anaknya berantakan. Lahir sebagai anak tunggal, keadaan ibu kandung yang diambang batas kehidupan, dan memiliki ibu tiri cukup membuat Dwiky menyesal telah dilahirkan. Lebih tepatnya, menyesal memiliki kehidupan seperti ini. Kehidupan yang sama sekali tidak pernah ia harapkan.

Dulu, keutuhan dan bahagia adalah milik mereka. Hingga suatu saat bahagia itu menghilang dalam sekejap. Wirasena tidak sanggup untuk menjalani hidupnya sendirian tanpa pendamping. Di saat yang bersamaan, masalalu Wirasena hadir dan membuat keadaan membaik atau bahkan memburuk.

Wirasena memutuskan untuk menikahi Ambar di tengah istri sahnya koma, berjuang untuk hidup. Dwiky tidak pernah menyetujui pernikahan itu. Dan kini, kebencian terhadap ayahnya membuat Dwiky takut untuk mencintai. Takut bilamana nanti ia menyakiti hati wanita yang ia sayangi.

Namun sejak bertemu dengan Kaitlin, Dwiky menanam benih kecewa dalam dirinya sendiri. Dwiky mengetahui perempuan itu memiliki kekasih. Namun ia tetap nekat memilih untuk melanjutkan perasaannya meski sepihak.

Meskipun begitu, Dwiky menyimpan rasanya sendiri. “Let's be friend” adalah satu kalimat yang Dwiky pegang dari Kaitlin. Jika tidak bisa memilikinya, menjadi teman seumur hidup pun, ia tidak apa. Asal teman itu adalah Kaitlin.

Pintu ruang kerjanya di ketuk pelan dari luar “Masuk”

Dwiky menoleh ke arah pintu yang terbuka memperlihatkan Kaitlin di sana. Membawa beberapa lembar map yang berisi kertas yang berisi topik rapat mereka siang ini.

Let’s be friend” kata-kata itu terngiang setiap kali Dwiky berpapasan dengan Kaitlin. Ia hanya terkekeh dengan isi kepalanya sendiri.

Entah perasaan dari mana, Dwiky merasa bahwa Kaitlin sedikit membentang jarak antara mereka. Namun hal itu Dwiky hempas jauh agar dirinya merasa tetap nyaman.

“Semuanya sudah komplit, Pak” Setelah selesai dengan penjelasannya, Kaitlin menutup map dan menoleh kearah Dwiky yang juga menatapnya.

“Kita berangkat sekarang?” Tanya Dwiky yang dihadiahi anggukan oleh Kaitlin.
Mereka berdua berjalan menuju pintu keluar. Dwiky membuka pintu dan membiarkan Kaitlin keluar terlebih dahulu.

Kaitlin hanya mengangguk. Benar. Kaitlin memang tengah membentang jarak demi pertahanan hubungannya dengan Raja. Ia tidak ingin Raja cemburu dengan kedekatannya dengan Dwiky.

Di dalam mobil menuju kantor tetangga untuk menggelar rapat hening begitu terasa. Hawa dingin menyapu tangan Kaitlin.

Dwiky masih bersikap tenang dengan berubahnya sikap Kaitlin padanya. Sesekali Dwiky melirik ke arah Kaitlin.

“Lin”

Mendengar namanya dipanggil, Kaitlin berdeham dan menoleh ke arah Dwiky.

“Kamu jaga jarak dari aku, ya?”

Mendengar pertanyaan Dwiky membuat Kaitlin menggaruk pelipisnya.

“Nggak, kok. Biasa aja, Ky” Mendengar jawaban dari Kaitlin membuat Dwiky hanya menganggukkan kepalanya.

“Kok aku merasa di cuekin gitu ya sama kamu” Kata-kata aku yang di keluarkan oleh Dwiky menandakan kenyamanan dalam dirinya meningkat.

“Perasaan kamu aja kali, Ky”

Dwiky terkekeh “Iya kali ya”

Percakapan itu berhenti di sana. Mobil melaju teratur. Mereka menghabiskan waktu rapat beserta lunch selama tiga jam.

Can We? [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang