03. Bulan Itu Nggak Sendiri

360 54 5
                                    

Hiruk pikuk kota Jakarta pukul delapan malam masih terlihat padat. Wajah-wajah lelah akibat penat bekerja menghiasi orang-orang yang berlalu lalang. Wajah-wajah tertekuk karena harinya tidak berjalan mulus. Kantuk menyerang beberapa orang yang menaiki kendaraan busway. Orang-orang dengan perasaan lelah, letih dan ingin cepat-cepat bertemu dengan kasur.

Kaitlin menatap hal-hal itu dari dalam mobilnya. Lampu terlihat merah dan Kaitlin leluasa menatap sekelilingnya. Bukannya bertemu ketenangan, ia malah melihat semua orang sama seperti dirinya, kelelahan.

Ia mencengkram erat setir dan menyandarkan kepalanya. Matanya beralih ke arah sebuah benda pipih disampingnya. Pesannya tidak terbaca lagi.

Setelah menerima pesan dari Raja bahwa laki-laki itu akan menghubungi segera, Kaitlin hanya membalas dengan emoticon senyum dan love. Karena ia kira, sepanjang apapun pesan yang akan ia kirimkan kepada Raja, akan berakhir sia-sia. See, bahkan sampai detik ini pun Raja tidak kunjung menghubunginya.

Lampu berubah hijau dan Kaitlin melempar ponselnya kearah samping dan mendengus sebal.

Kurang dari sepuluh menit, ia sudah sampai di apartemennya. Ia ingin cepat-cepat membersihkan diri dan bergelung dengan selimut diatas kasur nan empuk miliknya.

Kaitlin memasuki apartemennya dan menyalakan lampu. Namun bau masakan menyapu indra penciumannya. Kaitlin mengernyitkan dahi dan melepaskan sepatunya.

Melepaskan blazer miliknya dan meletakkan tasnya di sofa ruang tamu. Kaitlin menuju ke arah dapur dan menemukan Raja ada disana. Seketika senyum Kaitlin merekah. Lalu gadis itu menghampiri Raja.

"Aku kira siapa yang masuk diam-diam ke apartemen aku" Kaitlin menghampiri Raja dan memeluk pria itu dari belakang, nyaman.

Raja mematikan kompornya dan berbalik ke arah Kaitlin "Mending kamu mandi dulu, habis itu makan. Masakannya sudah selesai setelah kamu selesai mandi"

Kaitlin menggelengkan kepalanya dan kembali memeluk Raja. Raja hanya terkekeh melihat tingkah laku pacar kesayangannya ini.

"Kamu bau, Lin. Kalau mau peluk lama-lama, silahkan mandi dulu"

Kaitlin langsung melepaskan pelukannya dan memukul bahu Raja pelan "Kamu nih, iseng aja deh. Emang aku bau apa?"

Kaitlin bolak balik mencium aroma tubuhnya sendiri "Orang nggak juga! Kamu aja yang hidungnya terlalu sensitif"

Raja menyentil kening Kaitlin pelan "Aku mau peluk kamu lama-lama setelah ini, jadi cepat mandi" Raja mendorong Kaitlin perlahan ke arah kamar tidur Kaitlin agar gadis itu segera menyelesaikan mandinya.
Raja kembali berkutat dengan masakan yang hampir selesai. Sembari menunggu Kaitlin selesai mandi, Raja mempersiapkan makan malam mereka kali ini.

Sungguh Raja adalah idaman para wanita di luar sana. Sikap dan sifatnya akan membuat setiap wanita akan bertekuk lutut di hadapannya. Hanya saja, ketika kalian mengenal dekat Raja, kesabaran kalian harus meningkat seratus delapan puluh derajat untuk menghadapi bagaimana cueknya laki-laki itu.

Di lain sisi, Kaitlin di tengah mandinya, Kaitlin bersenandung ria. Ini di luar ekspektasinya. Raja tidak menghubunginya memang, tapi Raja mendatanginya dan memasak untuknya. Marah, lelah, dan kecewa yang memenuhi hatinya tadi, kini perlahan sirna.

Senyumnya sedari tadi tak henti mengembang. Membetuk bulan sabit sama seperti bulan yang sedang menghiasi langit malam ini. Kaitlin menghabiskan waktu setengah jam di dalam kamar mandi.

"Kamu bertapa ya, di kamar mandi? Makanannya keburu dingin, nih" Ujar Raja yang sedari tadi menunggunya di meja makan.

"Iya, aku semedi dulu. Biar kamu betah lama-lama sama aku dan nggak hilang-hilangan terus" Kaitlin mengambil tempat duduk di samping Raja.

Can We? [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang