Langit pagi ini cerah, matahari bersinar terang sekali. Sepertinya matahari tau, ada seorang anak manusia yang tengah bahagia hari ini.
Dwiky exited sekali pergi bersama Kaitlin untuk menemui mamanya. Dengan ajakan tanpa ada agenda mendadak seperti tempo hari.
Dwiky menyiapkan baju terbaiknya. Senyum tak hentinya mengembang di bibir manisnya. Lesung pipi itu berbentuk sempurna, menyempurnakan ketampanan laki-laki ini.
Dwiky mengenakan kemeja denim favoritnya, menyemprotkan banyak parfum ke tubuhnya dan membenarkan tatanan rambutnya. Ini kali pertama Dwiky pergi bersama wanita setelah sekian lama dan ia bahagia.
Dwiky memutar badannya berkali-kali, memeriksa apakah ada yang kurang dari pakaiannya. Setelah ia rasa sempurna, Dwiky turun masih dengan senyum dan senandungnya.
Dwiky berpapasan dengan Ambar yang tersenyum ke arahnya. Entah kenapa, Dwiky membalas senyuman itu dan pergi. Dwiky tidak tau, efek senyuman itu amat berarti untuk Ambar yang membuat wanita itu senang bukan main.
Bagaimana bisa, Dwiky tersenyum sehangat itu padanya? Ia tidak perduli jika senyum itu hanya kebetulan saat ia berpapasan. Setidaknya, Ambar menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri senyum Dwiky.
Tidak membutuhkan waktu yang lama, Dwiky sampai di depan rumah Kaitlin. Dwiky membunyikan klakson beberapa kali sampai Kaitlin keluar dari rumahnya.
Dwiky menoleh ke arah anggrek di samping pekarangan rumah Kaitlin. Anggrek anggrek itu tampak sudah lama tidak terurus, daunnya menguning, dan bunganya pun mulai layu.“Hai” Sapa Kaitlin berdiri di depan Dwiky yang menatap anggrek-anggreknya.
“Hai, Lin” Kaitlin melihat ke arah pandang Dwiky tadi.
“Bunganya layu, nggak di rawat, ya?” Ujar Dwiky
Kaitlin hanya berdecak “Males. Udah yuk, kita pergi sekarang”
Dwiky hanya menganggukkan kepalanya dan masuk ke dalam mobil. Perjalanan mereka lengang. Minggu pagi membuat banyak orang malas untuk sekedar bangun lebih awal.
Perjalan mereka sungguh menyenangkan. Dwiky menepikan mobilnya ke salah satu toko bunga dekat dengan rumah sakit mamanya.
“Kita beli bunga untuk mama ku dulu, ya?” Kaitlin mengangguk dan mengikuti Dwiky turun dari mobilnya.
Dwiky memilih bunga mawar untuk ibunya. Karena ibunya juga menyukai bunga mawar. Dwiky melirik Kaitlin yang sibuk melihat-lihat bunga yang berada di sana.
Pandangan Kaitlin berhenti pada bunga anggrek ungu yang cantik di hadapannya. Kemudian, selintas kenangannya bersama Raja lewat. Bagaimana pertama kali Raja berhasil membuatnya mencintai bunga anggrek. Bagaimana pertama kalinya Raja menanam bunga anggrek di pekarangan rumahnya. Bagaimana Raja selalu membawakan Kaitlin bunga anggrek berikut senyum manis yang tak terkalahkan itu.
Bunga tulip berwarna kuning menghalangi tatapannya dan membuyarkan kenangannya. Di balik bunga tulip itu, Dwiky muncul dengan senyum dan lesung pipi yang manis di pipinya.
“Buat kamu” Dwiky menyerahkan bunga itu kepada Kaitlin.
Kaitlin meraih bunga itu dan mengernyit dalam senyum “Dalam rangka?”
“Dalam rangka sudah mau temani aku hari ini” Senyum Dwiky juga tak henti-hentinya sejak tadi.
“Ada filosofinya tidak ini?”
“Sebenarnya sih, ada, tapi kali ini aku pilih bunga ini biar kamu bahagia. Warna kuning cerah, secerah matahari pagi dan senyum kamu”
Mendengar perkataan Dwiky membuat Kaitlin terkekeh dan memukul lengan Dwiky pelan “Bisa aja kamu”.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can We? [Completed]
Teen FictionCinta akan membawamu pulang kepadaku. Meskipun langkahmu sudah terlalu jauh, aku yakin, kau akan kembali pada orang yang kau sebut rumah, yaitu aku.