Aku ingin mencintaimu dengan sederhana.
Dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abuAku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada, - Sapardi Djoko Damono***
Puluhan pagi terbaik Dwiky sambut dengan pesan singkat yang selalu membangunkannya. Dengan kata-kata semangat dan selamat pagi hari yang membuat ia tersenyum setiap paginya. Pesan dari siapa lagi kalau bukan Kaitlin.
Gadis itu mampu membuatnya lebih hidup. Dari segala kekacauan hidupnya, Kaitlin lah yang membuat ia kembali menjalani harinya bak manusia pada umumnya. Ia mampu menangis di depan Kaitlin. Mengeluh, dan mencurahkan semua isi hatinya. Dan akhirnya, pada Kaitlin lah Dwiky mengadu, betapa ia merindukan ibunya dan segala hal-hal lainnya.Dwiky dan Kaitlin sudah sering bertemu dengan ibunya yang terbaring koma di rumah sakit. Berkali-kali membawa Kaitlin untuk menyaksikan kerapuhannya. Pada Kaitlin, Dwiky menjadi manusia apa adanya.
Dwiky turun dengan tergesa, tersenyum seperti biasa karena pagi ini ia akan menjemput Kaitlin dan berangkat menjenguk ibunya.
Ambar menghentikan langkah Dwiky dan menyerahkan kotak bekal seperti biasa kepada Dwiky “Meskipun hari ini kamu nggak ke kantor, kamu harus tetap sarapan, ya?”
“Terima kasih” Dwiky membawa bekal yang di bawakan Ambar dan memberi senyuman kepada Ambar.
Ambar dan Sena yang menyaksikan senyum itu alih-alih terharu, mereka lebih terkejut. Itu senyum pertama Dwiky untuk Ambar. Semua hal-hal baik itu terjadi berkat Kaitlin.
“Mas lihat nggak, tadi Dwiky senyum kan ke aku? Aku salah lihat nggak tadi?” Sena hanya tersenyum tipis
“Nggak, kamu nggak salah lihat. Dwiky memang tersenyum tadi” Sena tak mampu menyembunyikan perasaan hangatnya menatap kejadian barusan.
“Semenjak Dwiky punya pacar, Dwiky perlahan berubah, Mas”
Sena menoleh ke arah Ambar “Pacar?”
Pikiran Sena melayang dan mengingat pertemuannya dengan Dwiky di rumah sakit beberapa bulan yang lalu “Yang waktu itu dia bawa ke rumah sakit?”
Ambar hanya menganggukkan kepalanya. Mereka berharap, semoga hal-hal baik akan terus bermunculan dari Dwiky.
Semoga
Dwiky membunyikan klakson mobilnya setelah sampai di depan rumah Kaitlin. Kaitlin keluar dan langsung menghampiri Dwiky. Menggenggam paper bag di tangan kanannya.
“Loh, kamu bawa bekal?” Tanya Kaitlin memasang seat belt nya.
“Iya, tadi di siapkan”
Mendengar jawaban Dwiky membuat Kaitlin tersenyum. Dwiky mendengarkan kata-katanya untuk terus bersikap baik kepada ibunya meskipun Ambar adalah ibu tirinya.
Kaitlin selalu mengingatkan, meskipun Ambar bukan ibu kandungnya, Dwiky harus hormat dan tidak kasar kepada ibunya. Karena bagaimanapun, Ambar adalah istri ayahnya.
“Gitu dong, anak baik” Ujar Kaitlin sambil mengacak rambut Dwiky pelan.
Dwiky tak bisa menyembunyikan rasa senangnya. Dwiky melajukan mobilnya dengan pelan agar waktu habis bersama mereka berdua.
Seperti biasa, mereka selalu berhenti di salah satu toko bunga dekat dengan rumah sakit tempat ibu Dwiky di rawat. Dwiky akan selalu memilihkan bunga mawar untuk ibunya dan tulip kuning untuk Kaitlin.
“Sepertinya, bunga favoritku ganti sekarang” Ujar Kaitlin yang baru saja menerima bunga dari Dwiky dan mencium wangi bunga di pangkuannya.
“Kenapa begitu?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Can We? [Completed]
Teen FictionCinta akan membawamu pulang kepadaku. Meskipun langkahmu sudah terlalu jauh, aku yakin, kau akan kembali pada orang yang kau sebut rumah, yaitu aku.