37. Perasaan

229 22 5
                                    

Lorong rumah sakit begitu lengang. Hanya ada beberapa perawat yang berlalu lalang di sana. Kaitlin hari ini menemani Raja untuk bertemu dengan Lily dan memantau perkembangan Raja.

Kaitlin membiarkan Dwiky dengan kemarahan dan cemburunya. Agar laki-laki itu mengerti bahwa inilah Kaitlin yang sebenarnya. Sifat Kaitlin yang harus ia terima jika masih ingin menjalin hubungan lebih lama lagi.

Raja sudah melarang Kaitlin untuk datang, apalagi menemaninya. Raja tidak ingin dirinya di sebut perebut pacar orang. Meskipun sebelumnya Kaitlin adalah miliknya. Namun kini hal itu berbeda, Raja perlu membentang jarak untuk keduanya.

“Ruangannya dimana, Ja?” Tanya Kaitlin yang berjalan beriringan bersama Raja

“Satu lorong lagi sampai kok”
Setelah mereka melewati beberapa ruangan, akhirnya Raja dan Kaitlin sampai di ruangan Lily. Raja membuka pintu dan mempersilahkan Kaitlin masuk.

Senyum di bibir Lily langsung menyambut mereka. Lily lega, akhirnya ia tidak harus berpura-pura sekarang.

“Hai, apa kabar?” Tanya Lily ramah kepada Kaitlin

“Baik, Dok, dokter sendiri apa kabar?”

Lily menggedikkan bahunya “Seperti yang kamu lihat”

Kemudian Lily mengeluarkan berkas berkas milik Raja. Bersamaan dengan itu, Kaitlin pamit keluar untuk mencari toilet. Dengan senang hati, Lily menjelaskan letak toilet ada di sebelah mana.

Setelah Kaitlin keluar, Lily menjelaskan tentang kondisi Raja saat ini. Raja hanya mampu mencerna dengan baik kalimat yang keluar dari Lily

“Biar ini jadi rahasia kita berdua, Ly, aku mohon” Ujar Raja

Lily menghela nafasnya “Apa kamu nggak capek main rahasia-rahasiaan terus?”

“Itu jauh lebih baik ketimbang mereka tau kebenarannya” Setelah mengeluarkan kalimat itu, Raja termenung, lalu tersadar kembali saat Kaitlin menepuk bahu kirinya.

“Gimana, Dokter Lily?”

Lily mengembangkan senyumnya “Sejauh ini pengobatan Raja semakin membaik. Raja hanya butuh teratur cek up dan mementingkan kesehatannya”

Kaitlin hanya menganggukkan kepalanya berkali-kali dan tersenyum. Seolah mengerti, Lily menghela nafasnya. Lily akan selalu menjadi korban sekarang. Pasalnya, Raja adalah anak dari teman baik papanya.

Merasa urusannya telah selesai, Raja berpamitan kepada Lily “Ly, kita berdua pamit duluan, ya. Terima kasih kerjasamanya”

Lily ikut berdiri dan mempersilahkan mereka keluar dari ruangannya. Sebelum mereka berdua keluar, Lily mengatakan suatu hal yang membuat Kaitlin tersenyum canggung.

“Lin, maaf kalau saya ikut dalam kebohongan yang di susun oleh Raja. Saya harap kamu nggak menganggap saya rival kamu”

Kaitlin hanya menganggukkan kepalanya “Nggak kok, Dok, saya nggak pernah memandang siapapun sebagai rival saya”

Mendengar jawaban Kaitlin, Lily hanya mengangguk dan membiarkan mereka berdua sempurna keluar dari ruangannya.

Lily menghela nafasnya pelan “Kalau lo bukan anak sohibnya bokap gue, gue nggak mau, Ja, nolongin lo sampai segininya” Ujar Lily bermonolog.

Di lain sisi, Raja dan Kaitlin beranjak menuju mobil mereka. Kaitlin mencoba menggandeng tangan Raja, namun Raja menghindar dan masuk ke dalam mobil.
Melihat Raja yang begitu membuat Kaitlin terdiam. Tiba-tiba bayangan Dwiky terbersit di pikirannya.

Di dalam mobil pun, Kaitlin dan Raja saling diam. Sampai pada akhirnya Kaitlin meminta Raja untuk menghentikan mobilnya di pinggir jalan.

Raja menuruti Kaitlin dan berhenti sesuai permintaan Kaitlin. Tanpa menatap ke arah Kaitlin, Raja tetap diam.

“Kenapa kamu menghindar dari aku?” Ucap Kaitlin.

Raja hanya mampu menghela nafasnya “Aku harus, Lin”

“Ya kenapa?”

Raja menoleh ke arah Kaitlin “Kamu ingat nggak sih, kalau kita nggak punya hubungan apa-apa lagi?”

“Ya aku ingat, tapi apa karena itu kamu menghindari aku?”

“Kamu harusnya sadar, Lin, kamu sudah punya orang lain yang bukan lagi aku”

“Tapi aku maunya kamu!” Dari ucapan Kaitlin dan nada bicara gadis itu membuat Raja menatapnya lekat.

“Kamu nggak bisa egois begitu. Jangan menyakiti orang lain hanya karena aku, Lin”

“Terus kamu maunya gimana?”

“Jangan tanya aku, kamu yang seharusnya memutuskan apa yang kamu mau. Tapi aku harap nggak sama aku, Lin. Kamu punya Dwiky, dia jauh lebih bertanggung jawab daripada aku”

“Tapi aku sayangnya kamu, Ja”

Raja memutar tubuhnya agar dapat menatap Kaitlin “Kamu harus sadar perasaan kamu, aku tau kamu belum bisa sepenuhnya melupakan kita, tapi belajar mencintai orang yang mencintai kamu rasanya harus. Apalagi kalian sudah menjalin hubungan sekarang”

“Aku nggak pantas untuk kamu, Lin”

“Ini bukan tentang pantas atau tidak, Ja. Perasaan nggak bisa di atur. Kalau aku maunya kamu aku harus apa?”

“Harusnya kamu nggak memutuskan untuk punya hubungan dengan Dwiky kalau kamu memang belum bisa melupakan aku. Kamu menyakiti dia kalau begini ceritanya”

“Aku pikir aku bisa lupa kamu dengan punya hubungan bersama orang lain. Tapi nyatanya nggak”

Kaitlin menggenggam kedua tangan Raja “Tatap mata aku dan bilang kalau kamu ikhlas kalau aku pergi”

Raja menatap Kaitlin lekat “Pergi, Lin, kemanapun kamu mau”

“Jangan, Lin, aku butuh kamu”

Kaitlin melepaskan tangannya dan menghapus air matanya. Setelah itu, Raja melajukan mobilnya dan mereka terdiam sampai di halaman rumah Kaitlin.
Sebelum turun, Kaitlin menatap Raja sekali lagi “Sehat-sehat, Ja. Jika kamu tempat ku pulang, semesta akan punya cara untuk menyatukan kita kembali bagaimanapun caranya”

Kamu tempatku pulang, Lin”

Kaitlin mendekatkan mencium pipi Raja sekilas dan kemudian turun dari sana. Raja menatap lekat punggung Kaitlin yang hilang setelah memasuki pintu.

“Andai kamu tau, Lin, mencintai kamu nggak akan pernah punya kata akhir, meski hidupku selesai sekalipun”

***

Setelah mengantar Kaitlin pulang, Raja sampai di rumahnya, mendapati Samudra yang termenung dengan sebatang rokok di sela jemarinya.

Sampai Raja duduk sekalipun, Samudra masih sibuk dengan lamunannya. Raja menepuk pundak Samudra pelan “Lo kenapa?”

Melihat kehadiran Raja, membuat Samudra tersadar dari lamunannya, menghela nafas, dan mematikan rokoknya mengingat kondisi Raja.

“Tiffany marah banget sama gue”

Raja terkekeh meskipun Raja sedikit tidak enak karena hal ini disebabkan oleh dirinya “Sorry, Sam, gara-gara gue lo jadi jauh dari Tiffany”

Raja merangkul Sam “Tapi lo tenang aja, Sam, gue akan bantu lo untuk jelasin semuanya ke Tiffany”

“Kalau yang minta lo, gue rasa dia akan menurut, Ja. Karena cuma lo yang bisa buat Tiffany luluh”

Raja terkekeh “Gue kan memang kakak dan sahabat tersayangnya, jadi nggak mungkin dia nggak nurut sama gue”

Samudra menggeleng dan menatap Raja. Melihat samudra menggelengkan kepalanya membuat Raja mengernyitkan dahi.

“Bukan kakak atau sahabat, Ja” Samudra menjeda kalimatnya.

“Tiffany sayang sama lo lebih dari sahabat ataupun kakak. Tapi dia mengalah karena Kaitlin juga sahabatnya”

Raja makin mengernyitkan dahinya tidak mengerti.

“Lo ingat malam waktu Tiffany lebih memilih pulang sendiri ketimbang bareng lo dan Kaitlin?”

Seolah memutar ingatan, Raja mengangguk mengingat kejadian malam itu.

“Gua nggak sengaja lihat dan ajak dia pulang. Awalnya dia nggak mau, sampai gue bawa-bawa nama lo, di situ baru dia mau terima tawaran gue untuk antar dia pulang”

“Dan, ingat waktu lo mau melamar Kaitlin dan cerita ke dia? Dia nahan untuk nggak nangis di depan lo, Ja. Dia terlalu mencintai lo selama ini, dari kalian kecil”

“Mungkin lo nggak bisa lihat, tapi gue bisa lihat perasaaan itu setiap dia natap lo kalau kita lagi bareng. Lo nggak bisa rasain, karena dunia lo terus berputar cuma buat Kaitlin ”

“Tapi kenapa Tiffany nggak pernah bilang gue, Sam?”

Samudra terkekeh “Dia nggak mau menghancurkan persahabatan kalian berdua hanya karena perasaannya yang dia kira bisa berubah”

“Dia juga nggak mau menghancurkan persahabatannya dan Kaitlin, menyakiti Kaitlin, dan menghancurkan hubungan lo dan Kaitlin. Tiffany banyak berkorban dan jatuh cinta sendirian selama ini”

“Gue nggak punya kesempatan sampai dia lupa sama lo”

“Gue rasa lo harus tau soal ini”

Raja benar-benar terdiam. Raja tidak mengetahui ini sama sekali. Karena Tiffany adalah adik baginya. Ia tidak pernah tau Tiffany menyimpan perasaannya serapi itu selama belasan tahun.

Merasa bersalah, Raja mengingat beberapa momentnya bersama Tiffany yang masih tersusun rapi di dalam hatinya.
Tiffany sahabat terbaiknya. Tiffany adik perempuan kesayangannya. Dan apapun tidak akan pernah merubah hal itu selamanya.

***

Nggak banyak kata, tapi aku harap kalian tetap stay.

Big Love
Cayon!


Can We? [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang