46. Meminta Izin

125 15 0
                                    

Pagi-pagi sekali, Tiffany sudah datang untuk menjemput Raja. Membereskan barang-barang Raja. Sedangkan Samudra membereskan surat-surat dan obat yang harus Raja minum secara rutin.

Setelah selesai dengan semua keperluan mereka, Tiffany dan Samudra bergegas membawa Raja pulang. Tiffany menoleh ke segala arah mencari keberadaan Kaitlin. Ia sudah mengabari Kaitlin sedari pagi karena Raja sudah di perbolehkan pulang. Tapi Kaitlin tak kunjung datang.

"Kaitlin kok nggak ke sini, ya?"

"Kamu sudah hubungi belum?" Tanya sama yang membawa barang-barang Raja.

"Sudah, dari tadi pagi malah"

Tiffany menoleh ke arah Raja "Dia kabari kamu nggak, Ja?" Raja hanya menggedikkan bahunya.

Seolah mengerti, Tiffany menatap tajam ke arah Raja "Kamu apakan lagi, sih?"

"Loh, aku nggak ngapa-ngapain, loh. Lagian juga Kaitlin nggak perlu kasih aku kabar, aku bukan siapa-siapanya kalau kamu lupa"

***

Sedari pagi, Kaitlin duduk diam di atas kasurnya. Menatap dedaunan yang di siram cahaya matahari yang ia lihat dari jendela kamarnya. Benda pipih itu berdiam di sebelahnya. Sedari pagi Tiffany memberitahu bahwa hari ini Raja sudah boleh pulang dan segera di jemput. Namun Kaitlin memilih diam.

Kemudian benda pipih itu berbunyi dan nama Dwiky menunjukkan bahwa kekasihnya lah yang menghubunginya. Dengan malas, Kaitlin menjawab panggilan Dwiky.

"Selamat pagi, sayangku" Ujar Dwiky di sebrang sana

"Pagi sayang" Kaitlin menjawab seolah tidak ada hal berat yang sedang ia pikirkan.

"Hari ini mama mau kamu main ke rumah, bisa?"

"Bisa, sayang, jam berapa?"

"Kalau bisa, sih, sekarang. Sekalian temani aku belanja keperluan dapur juga untuk masak makan malam nanti. Gimana?"

Kaitlin pura-pura menguap "Oke, sayang, aku mandi dulu. Kamu jemput aku, ya?"

"Siap 86, tuan putri"

Kurang dari satu jam, Dwiky sampai di rumah Kaitlin. Kaitlin sudah menunggunya di teras rumah. Dwiky langsung turun dan menghampiri Kaitlin. Dwiky memeluk Kaitlin sekilas.

"Udah nunggu lama, sayang?"

"Belum kok, yuk" Kaitlin menggandeng tangan Dwiky menuju mobil. Bersikap sebaik mungkin.

"Raja gimana keadaannya?" Mendengar pernyataan Dwiky membuat Kaitlin menoleh sedikit terkejut. Karena Dwiky tidak pernah bertanya perihal Raja padanya.

"Baik, hari ini dia keluar dari rumah sakit" Dwiky hanya mengangguk anggukkan kepalanya.

Waktu berlalu cepat, mereka sampai di salah satu supermarket besar yang menyediakan keperluan yang mereka butuhkan. Dwiky mengambil troli dan mendorongnya pelan. Kaitlin mengambil bahan-bahan yang mereka butuhkan satu persatu.

Dengan diiringi candaan, mereka berdua menghabiskan waktu memilih bahan makanan dengan tawa. Sesekali, Dwiky memotret Kaitlin dan juga memotret mereka berdua. Mengabadikan moment.

"Lucu juga, ya, kalau kita menikah dan setiap bulan kita belanja bareng gini" Ujar Dwiky yang fokus mendorong troli dan sesekali menoleh kesana kemari mencari sesuatu yang mungkin ia butuhkan.

Kaitlin yang di depannya sedikit menoleh dan terkekeh. Mengambil brokoli dan memasukkannya ke dalam troli yang di dorong Dwiky.

"Apalagi nanti kalau kita punya anak"

Can We? [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang