Kesiur angin yang masuk dari jendela Kaitlin yang terbuka menampar pelan pipi gadis itu. Suara kertas yang bergoyang kecil di genggamannya membuat Kaitlin membuka matanya perlahan. Ia menatap kertas yang ada di tangannya. Ia sangka, ia hanya bermimpi buruk, namun surat di tangannya memperjelas bahwa hari yang ia lalui kemarin benar nyata adanya.
Kaitlin terduduk. Kotak kecil pemberian Dwiky teronggok di depannya. Ia meraih kotak itu dan memutar mutar kotak itu sambil memikirkan apakah ia akan memakainya atau tidak.
Kaitlin duduk selama satu jam dengan pikiran yang kacau. Pintu kamarnya di ketuk dan perlahan terbuka. Zivia di sana, datang dan menyaksikan kehancurannya.
Zivia menatap lemari Kaitlin yang terbuka, surat dan kotak yang ada di tangan Kaitlin, sorot mata redup gadis itu, Zivia langsung mengerti kerumitan yang ada di kepala gadis ini.
Zivia menggoyangkan bahu Kaitlin untuk mengembalikan kesadarannya “Lin, makan dulu, yuk. Kata Tiffany, lo belum makan dari kemarin”
Kaitlin masih memandang lurus ke arah gaun pemberian Raja “Antar gue ke tempat Raja, Ziv”
“Iya, tapi-“
Kalimat Zivia terhenti saat Kaitlin menatapnya memohon. Zivia hanya menganggukkan kepalanya dan membawa Kaitlin dari sana menuju tempat Raja.
Di dalam mobil, Zivia menyerahkan sepotong roti untuk sekedar memberi tenaga kepada Kaitlin. Kaitlin menerimanya, tapi roti itu hanya ia telan satu gigitan. Tidak lebih. Tatapan Kaitlin kosong. Melihat hal itu Zivia hanya menghela nafasnya. Perihal Raja, Kaitlin akan selalu menghadapinya seperti ini.
Mereka sampai di rumah sakit tempat Raja di rawat. Zivia membawa Kaitlin yang berjalan seperti mayat hidup. Sesekali, Kaitlin menabrak orang yang menghalangi jalannya.
“Maaf, maaf, mbak, temen saya lagi sakit, jadi nggak fokus. Maaf, ya?” Zivia meminta maaf kepada seorang wanita yang baru saja Kaitlin tabrak.
Sampai di depan ruangan Raja, Kaitlin baru memaksakan tatapannya untuk tetap terlihat tidak kosong. Zivia menyaksikan Kaitlin berusaha sekuat tenaga untuk terlihat baik-baik saja. Mereka berdua masuk dan Kaitlin langsung berjalan ke arah Raja.
Tiffany yang melihat kedatangan Kaitlin dengan baju yang kemarin dan rambut yang terlihat berantakan yakin, Kaitlin benar-benar kelabakan menghadapi perasaannya sendiri. Zivia dan Tiffany saling bertatapan.
Tiffany berjalan menuju Kaitlin “Raja sudah tau hal ini akan terjadi. Dia lebih siap dari kita. Cuma, tadi malam dia sempat mengamuk dan hampir melepas infusnya. Untung dokter cepat datang dan kasih Raja obat penenang”
Tiffany menatap Kaitlin yang mengunggulkan kepalanya sambil menatap Raja.
“Dari kemarin, lo menahan diri untuk tidak menggenggam tangan Raja. Sekarang lo bisa”
“Menurut kalian, apa gue harus menerima lamaran dari Dwiky?” Tiffany sempat tersentak. Anggukan dari kepalanya Zivia membuatnya mengerti. Ternyata banyak hal yang Kaitlin lewatkan tadi malam hingga ia sehancur ini.
Belum mereka menjawab, Raja membuka matanya “Ti, aku boleh minta air?”
Tiffany mengangguk ke arah Kaitlin untuk mengambil alih permintaan Raja. Tiffany dan Zivia keluar memberi mereka ruang untuk bicara.
Kaitlin memberikan segelas air putih dan mengarahkannya ke bibir Raja. Setelah menenggak setengah isi gelas, Kaitlin meletakkan gelas itu dan menatap Raja dengan mata yang terbuka namun tidak bisa melihat apa-apa.
“Jangan berlarut dalam kesedihan, Lin” Kalimat Raja membuat Kaitlin menatapnya. Bagaimana bisa Raja tau bahwa Kaitlinlah yang ada di sana.
Tapi Kaitlin menyembunyikan keterkejutannya “Dwiky melamar aku”
Raja tersenyum dan menganggukkan kepalanya “Selamat, Lin”
“Aku belum terima” Kalimat Kaitlin jelas saja memudarkan senyum di bibi Raja.
“Aku mencintai kamu, Ja”
“Dengar, Lin” Raja menghentikan kalimatnya.
“Sebaik-baiknya rasa cinta, kamu akan melepaskan orang yang kau cintai dan mengikhlaskannya. Sebaik-baiknya cinta yang kamu miliki, ikhlas untuk membiarkan ia pergi adalah sebenar benarnya kata cinta”
“Biarkan ia pergi. Dan jika ia kembali, ia milikmu. Tapi jika ia tidak kembali, berarti takdir cinta itu bukan milikmu”
“Menikahlah, Lin. Pakai gaun yang sudah aku siapkan. Pergi, dan berhenti mengatakan cinta untuk aku. Ada orang yang lebih pantas mendapatkannya”
Kaitlin menganggukkan kepalanya dan mengeluarkan cincin yang sedari tadi ia bawa. Kemudian Kaitlin memasang cincin itu di jarinya.
Kaitlin meraih tangan Raja dan membiarkan Raja merasakan bahwa Kaitlin menerima lamaran Dwiky dengan menggunakan cincin yang Dwiky berikan.
Kaitlin memeluk Raja “Sekarang aku ikhlas melepaskan kamu, Ja. Dan aku akan menikah dengan Dwiky sesuai keinginan kamu”
Setelah pelukan mereka terlepas, Kaitlin meninggalkan Raja begitu saja. Kaitlin keluar dan menghampiri Zivia dan Tiffany. Tiffany dan Zivia menatap cincin yang akhirnya Kaitlin pakai. Zivia tersenyum dan Tiffany menghela nafasnya pelan. Kaitlin sudah mengambil keputusan.
“Ayo pulang, Ziv”
Kaitlin menatap Tiffany dan memeluknya “Gue memutuskan untuk pergi sesuai keinginan Raja, Ti. Gue titip Raja. Dan makasih sudah mendukung hubungan gue dan Raja selama ini”
“Hubungan lo dan Raja boleh berakhir. Tapi nggak dengan persahabatan kita. Lo tetap jadi sahabat gue sampai kapanpun itu, ngerti?”
Kaitlin menganggukkan kepalanya tersenyum. Kaitlin menatap Zivia sekali lagi untuk mengajaknya pulang lewat tatapan. Zivia yang mengerti maksud Kaitlin hanya mengangguk.
“Gue antar itu anak pulang dulu, ya, Ti? By the way, Sam mana?”
“Ada, lagi beli sarapan. Kalian berdua jangan lupa sarapan, terutama Kaitlin. Bisa mati dia kalau dia nggak makan lagi hari ini” Zivia dan Tiffany menoleh ke arah Kaitlin yang berjalan pelan. Mereka tidak tau, Kaitlin memukul dadanya sendiri untuk meminimalisir rasa sakit yang menyerangnya.
“Hati-hati, Ziv”
“Lo juga, kalau butuh bantuan apa-apa, segera kabari gue, ya”
Setelah mengucapkan kalimat itu, Zivia meninggalkan Tiffany dan menyusul Kaitlin.
Saat Tiffany memasuki ruang rawat Raja, Tiffany menemukan Raja yang menangis tanpa suara. Air matanya menetes tanpa isakan. Tiffany mendekat, menyentuh bahu Raja lembut dan memanggilnya pelan. Satu panggilan itu mampu mengembalikan Raja dan menangis sejadi-jadinya. Hidupnya hancur, porak poranda, dan tidak bisa lagi di bangun kembali. Raja telah kalah atas hidupnya. Kini, Raja hanya akan menunggu kapan Tuhan akan memanggilnya.
Tiffany memeluk Raja, seolah tau badai sedang bergemuruh di kepalanya. Tangisan Raja pilu, tangisan Raja mampu menusuk di hati Tiffany. Orang yang selama ini menemaninya. Selama mereka kenal, ini adalah kehancuran Raja yang paling mutlak dan memilukan. Dan Tiffany tidak kuasa melakukan apapun selain ada di samping Raja dan memeluknya.
Samudra datang dan menikmati pemandangan di hadapannya. Samudra tidak lagi cemburu setiap kali Tiffany memeluk Raja. Samudra tidak lagi cemburu ada perhatian lain yang Tiffany bagi antara dirinya dan Raja. Tidak ada lagi yang perlu Sam takutkan. Hanya saja satu ketakutan terbesar Samudra. Jika Raja berakhir, ia takut Tiffanynya ikut goyah. Kehilangan akan membuat Tiffany hancur.Kehancuran akan menyambut mereka satu persatu, memeluk mereka erat tepat pada waktunya.
***
“Ziv?” Panggilan Kaitlin membuat Zivia menoleh dan berdeham. Perjalanan mereka lengang. Zivia melajukan mobilnya pelan.
“Kita cari sarapan dulu, ya, Lin?” Zivia mengedarkan pandangannya kesana kemari mencari sarapan.
“Tumben banget nggak ada yang jual sarapan, kayaknya udah pada habis deh”
“Nggak usah, Ziv” Zivia menoleh ke arah Kaitlin yang menatap lurus ke arah jalanan
“Lo antar gue ke rumah Dwiky aja”
“Tapi lo bel-"
“Sekarang, Ziv, tolong” Kaitlin memotong kalimat Zivia dan langsung membuang tatapannya ke luar. Zivia hanya menghela nafasnya dan memutar kemudi menuju rumah Dwiky.
Zivia menoleh ke arah jemari Kaitlin yang sedari tadi memainkan cincin yang bertengger rapi di jarinya. Mobil Zivia berhenti tepat di rumah Dwiky. Sebelum keluar mobil, Kaitlin mengucapkan terima kasih dan meminta Zivia untuk tidak perlu menunggunya. Kemudian Zivia menuruti keinginan Dwiky dan pergi dari sana.
Kaitlin mengetuk pelan pintu rumah Dwiky dan Ambar membukanya “Halo, sayang”
Melihat penampilan Kaitlin yang tampak tidak baik, Ambar menatap khawatir “Hei, sayang, are you oke?”
Kaitlin hanya menganggukkan kepalanya. Namun Ambar tidak bisa dibohongi. Tatapan Kaitlin menjelaskan bahwa ia tidak baik-baik saja. Sebelum membawa Kaitlin masuk, Ambar memeluk Kaitlin erat menyalurkan kekuatan.
“Tunggu sebentar, sayang. Tante buatkan kamu minuman hangat"
Dengan cepat, Ambar membuatkan Kaitlin minuman hangat yang langsung ia berikan kepada Kaitlin.
“Diminum dulu, Lin” Ambar menyerahkan gelas kepada Kaitlin dan Kaitlin menghabiskan minuman hangat itu hingga tandas. Ambar meminta tolong untuk asisten rumah tangganya memanggil Dwiky. Tak lama waktu berselang, Dwiky turun dengar tergesa.
Tatapan khawatir Dwiky menjelaskan kalau mereka butuh waktu berdua, dan Ambar meninggalkan Kaitlin berdua dengan Dwiky. Sebelum meninggalkan mereka berdua, Ambar membelai lembut kepala Kaitlin.
“Ada apa, sayang? Kamu kenapa?” Nada khawatir Dwiky membuat Kaitlin tersenyum.
“I’m oke, cuma aku mikirin kamu aja dari semalam”
“Kenapa, sayang?”
“Boleh ulangi kalimat kamu semalam di mobil?” Mendengar perkataan Kaitlin, tubuh Dwiky menegang.
“Aku nggak memaksa jawabannya harus kamu jawab secepat ini, Lin. Kita masih punya banyak waktu”
Kaitlin menggeleng “Nggak, Ky, aku mau jawab sekarang”
Dwiky menghela nafasnya kencang. Kenapa ini lebih mendebarkan dibanding semalam? Jantungnya berdetak tidak karuan.
“Oke”
“Aleya Kaitlin Maheswari, maukah kamu menghabiskan sisa waktu kamu bersamaku? Dengan mimpi-mimpi yang akan kita wujudkan bersama? Menciptakan dongeng yang indah dan menjalaninya? Bersediakah kamu, Lin? Will you marry me?”
Kaitlin tersenyum. Senyuman itu lebih seram dibanding ketika Kaitlin memarahi Dwiky perihal yang tak ia suka. Kaitlin mengangkat tangannya dan menunjukkan bahwa Kaitlin sudah memakai cincin itu di jemarinya.
Dan Dwiky langsung tersenyum lebar melihat hal itu. Dwikypun memeluk Kaitlin erat. Merapalkan beberapa terima kasih dan usaha yang akan ia lakukan untuk membahagiakan Kaitlin.
Meskipun pada suatu saat, akan ada saatnya Dwiky menyakiti Kaitlin tanpa sengaja pun sebaliknya, mereka akan bersama. Selamanya.
Padahal sebenarnya mereka lupa, selamanya takkan pernah jadi milik mereka.***
Hari ini aku double update, semoga kalian suka dan tetap tunggu cerita ini kelar, ya!
Big Love
Cayon! ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Can We? [Completed]
Teen FictionCinta akan membawamu pulang kepadaku. Meskipun langkahmu sudah terlalu jauh, aku yakin, kau akan kembali pada orang yang kau sebut rumah, yaitu aku.