Udara sejuk dan pemandangan indah Raja tangkap di sekelilingnya. Senyum orang-orang di sekitarnya membuat ia nyaman. Ia menghirup udara segar dan menghembuskannya. Ia tenang, sangat tenang. Seolah penyakit yang menyiksanya selama ini tidak ada di dalam tubuhnya.
Raja menatap Kaitlin dan Tiffany bertempat tawa di sana. Memandang ke arahnya dengan senyum dan tawa yang tidak pernah ia lihat selama ini. Semua orang yang ia sayangi ada di sana menemaninya. Mereka melambaikan tangan ke arah Raja membuat Raja ikut melambaikan tangan ke arah mereka.
Raja mengedarkan pandangannya lagi, dan ia menangkap satu cahaya bak portal yang bisa membawanya ke tempat yang jauh lebih indah dari yang ia lihat kali ini. Sebuah bayangan melambaikan tangan padanya, memberi kode kepada Raja agar ia datang menghampiri cahaya itu.
Raja berjalan menyusuri taman bunga nan indah di samping kanan dan kirinya. Tinggal lima langkah lagi, Raja menoleh ke belakang. Kaitlin dan Tiffany ada di sana. Terikat oleh akar kayu besar di belakang mereka. Kepanikan Raja tangkap dari raut wajah mereka. Seolah tidak mengizinkan Raja untuk melanjutkan langkahnya.
“Jangan pergi, Ja, jangan” Kata-kata Kaitlin membuat Raja menoleh ke cahaya yang ada di belakangnya. Bayangan itu mencengkram tangannya dan memaksanya masuk. Tangisan Kaitlin dan Tiffany menginterupsi pendengarannya. Melihat hal itu, Raja memberontak dari cahaya yang menggenggam tangannya.
Tangan Kaitlin dan Tiffany mencoba meraih tangannya. Raja menyambut tangan mereka yang seolah dekat namun terasa jauh. Raja berusaha meraih tangan kedua orang yang ia sayangi itu. Raja memberontak agar genggaman tangan yang mencengkeramnya terlepas.
“Saya tidak akan pergi!” Saat Raja mengungkapkan hal itu, cengkraman itu terlepas. Namun sialnya, Raja memasuki lubang gelap di depannya. Jatuh terjerembab bagai terkubur oleh tanah. Suara Kaitlin dan Tiffany yang menangis tak mampu membuka matanya. Raja tidak bisa membuka matanya. Sampai Raja merasa ada sepasang tangan menggoyangkan tubuhnya kencang.
Raja terduduk dengan keringat sebesar biji jagung di pelipisnya. Saat ia menoleh, Tiffany ada di sana bersama Samudra. Ternyata ia bermimpi. Mimpi yang aneh yang membuat ia takut untuk memejamkan mata lagi.
“Kamu mimpi buruk, ya?” Ujar Tiffany menyerahkan segelas air putih untuk Raja minum. Raja hanya mampu menganggukkan kepalanya.
Dan Raja kemudian terdiam. Menatap gelas itu lama. Raja ingin meraihnya, namun tangannya sulit sekali di gerakkan. Raja berusaha mati-matian. Melihat hal itu, Tiffany diserang panik. Namun ia harus bisa menatrilisir rasa khawatirnya. Berusaha mengerti, Tiffany mengarahkan ujung gelas ke arah bibir Raja. Raja menenggak setengah air putih yang berada di genggaman Tiffany.
“Hari ini jadwal kamu cek up, aku dan Sam antar, ya?”
Raja menggelengkan kepalanya “Udah nggak perlu, Ti”
Tiffany dan Samudra merapatkan bibir mereka. Raja sudah menyerah. Dan Raja tidak mau menghabiskan sisa waktunya hanya untuk sekedar bolak balik ke rumah sakit."Tapi kamu perlu cek keadaan kamu, Ja" Ujar Tiffany pelan
Raja menggelengkan kepalnya “Nggak, Ti, di sini aja, sampai selesai. Nggak perlu ada rasa sakit berkepanjangan lagi, Ti”
“Jangan menyerah gitu aja, Ja. Aku masih butuh kamu” Tiffany mengatakan hal itu dengan suara serak. Samudra menghusap pelan pundak Tiffany.
“Aku nggak menyerah, Ti, aku hanya ikuti bagaimana takdir bekerja. Sekuat apapun aku mencoba untuk bertahan, kalau Tuhan ingin aku bersamanya cepat, semua pengobatan itu nggak ada gunanya” Raja menjeda kalimatnya."Apapun yang terjadi, cepat atau lambat, melanjutkan pengobatan atau nggak, aku akan tetap pergi bawa penyakit sialan ini terkubur dalam"
Tiffany menghela nafasnya lalu keluar dari kamar Raja. Samudra menyaksikan hal itu hanya mampu terdiam. Duduk di sebelah Raja dan menepuk pelan bahu Raja.
“Harusnya lo mau berjuang sampai akhir, Ja”
Raja terkekeh “Gue sudah berjuang dari lama, Sam. Dan gue rasa ini akhirnya”
“Belum ada akhir, Ja, sampai lo nggak bisa melihat kami lagi”
“Jangan khawatir, Sam, gue akan baik-baik aja” Samudra menggelengkan kepalanya. Bagaimana mungkin baik-baik saja, jika laki-laki ini menolak untuk melanjutkan pengobatannya.
“Lo hanya perlu janji satu hal sama gue, Sam” Samudra menoleh ke arah Raja dengan alis yang terangkat.
“Lo harus jaga Tiffany sampai akhir. Sampai di titik manapun gue nanti, gue mau lo jaga Tiffany” Samudra menangkap nada menyedihkan dari kalimat yang barusan Raja ucapkan.
“Sekarang mending lo susul Tiffany. Sampaikan maaf kalau gue buat dia sedih. Dia butuh lo”
Samudra menghela nafasnya, mengangguk kemudian mengikuti saran Raja untuk menyusul Tiffany. Samudra menatap Tiffany yang baru saja menyeka air matanya. Samudra duduk di sebelah Tiffany dan membawa Tiffany ke dalam pelukannya.
“Ssstt, kamu harus tenang, sayang, kalau sedang kambuh, kamu tau sendiri Raja akan pesimis dengan hidupnya”
“Tapi aku nggak sanggup dengar Raja berujar pesimis begitu, Sam. Aku nggak suka kalau dia menyerah gitu aja” Ujar Tiffany sesenggukan di pelukan Samudra.
“Dia nggak menyerah, Ti, Raja sudah berjuang, sayang. Dia berjuang dari lama sebelum ini, kamu tau itu. Sekarang kita hanya perlu beri kenangan-kenangan manis sebelum waktu kita berakhir”"Kita harus buat dia senang sampai kita menyambut akhir"
Tiffany semakin memperdalam pelukannya “Dengar kata akhir saja aku takut, Sam”"Tapi kita semua akan berakhir, sayang"
Di lain sisi, Raja mencoba untuk berdiri dan berjalan menuju cermin yang memperlihatkan seluruh tubuhnya yang mulai kurus. Raja terjatuh saat ia kehilangan kekuatan di kakinya. Raja menyaksikan dirinya sendiri di cermin. Menyaksikan dirinya sendiri tidak memiliki daya bahkan hanya untuk sekedar berdiri.
Raja menyeret kakinya menuju nakas guna mengambil obatnya. Dengan kekuatan satu tangannya saja membuat pergerakan Raja melambat. Berkali-kali Raja merintih dan mengumpat. Untuk sampai ke arah nakas yang hanya beberapa senti darinya saja ia butuh beberapa waktu. Hal itu membuat Raja marah.
“Penyakit sialan! Kenapa harus saya?! Kenapa!” Raja berteriak kencang dengan tetap menyeret tubuhnya ke arah nakas. Raja cepat cepat ingin sampai mengambil obatnya agar rasa sakit itu hilang.
Raja berusaha menggapai nakas dan meraih obat dan air yang ada di atasnya dengan satu tangan yang masih berfungsi. Tidak lama setelah itu, obatnya malah jatuh berhamburan di atas lantai. Hal itu membuat Raja memejamkan mata dan lagi-lagi berteriak.
Raja lelah. Sangat lelah. Ia harus berusaha sendirian untuk menghadapi dirinya sendiri. Raja memungut satu butir obat yang tergeletak di atas lantai, meraih air putih dan menenggaknya habis. Setelah itu, Raja melemparkan gelas itu ke arah dinding dan membiarkan pecahan kaca itu berserakan di mana-mana.
Raja memukul kaki dan tangannya sekencang mungkin. Mengumpat dan terus mengumpat. Air matanya menderas. Memikirkan hal yang ia rasakan selama ini bagaikan neraka baginya di dunia. Memikirkan ia akan bersama penyakit ini dan menderita sampai ia mati.
Tangisan dan rintihan bergantian kuat dari bibir Raja. Sakit di sekujur tubuh dan hatinya seolah mencoba membunuhnya dengan cepat.
Di balik pintu, Tiffany membekap mulutnya agar tidak mengeluarkan suara. Tangisan yang keluar dari bibir Tiffany tak kalah kencang. Samudra memegangi Tiffany yang sedari tadi ingin membantu Raja. Samudra menahan Tiffany. Samudra melarang Tiffany menghampiri Raja agar Raja tidak merasa di kasihani. Raja tidak suka di kasihani.
Sedari tadi mereka di sana, menyaksikan Raja yang berjuang hanya untuk meminum obatnya. Jika Raja menyerah dan hanya menunggu waktu, mengingat perkataan Samudra tentang kenangan manis, Tiffany akan mewujudkannya.
Tiffany akan memberikan kenangan-kenangan manis sampai waktu mereka benar-benar habis. Benar, benar, habis.***
Halo, teman-teman, maaf kalau aku baru datang sekarang. Aku sedang dalam keadaan yang nggak baik akhir-akhir ini. Kalian pun tau, aku hanya manusia biasa yang pasti mengecewakan.
Maaf kalau aku update nggak sesuai jadwal lagi dan terkesan ngaret. Aku harap kalian ngerti posisi aku, ya, hehe.
Apapun akhirnya, aku tetap mau kalian menikmati cerita ini sampai selesai, ya?
Big Love
Cayon!
KAMU SEDANG MEMBACA
Can We? [Completed]
Teen FictionCinta akan membawamu pulang kepadaku. Meskipun langkahmu sudah terlalu jauh, aku yakin, kau akan kembali pada orang yang kau sebut rumah, yaitu aku.