35. Benang Kusut

273 33 4
                                    

Kamar Raja terasa lengang, Kaitlin sudah selesai dengan tangisnya. Mereka berdua sama-sama diam. Mengingat bagaimana rumitnya hubungan mereka membuat mereka berpikir keras akan seperti apa setelah ini.

Kaitlin menghela nafasnya pelan. Namun Raja langsung menoleh ke arah Kaitlin yang tampak bingung.

“Sekali lagi aku minta maaf, Lin”

Kaitlin langsung menatap Raja yang sedari tadi mengucapkan maaf “Kamu harusnya nggak sembunyikan ini dari aku, Ja. Kamu seharusnya jujur”

“Aku nggak mau membebani siapapun, apalagi kamu”

“Aku pingin marah deh, sama kamu, Ja. Bisa-bisanya kamu berpikir kalau kamu itu beban buat aku. Kamu tau nggak betapa tersiksanya aku selama ini?” Kaitlin menjeda kalimatnya

“Aku akan lebih tersiksa kalau sampai kamu-“ Kaitlin menghentikan kalimatnya karena tidak sanggup untuk mengatakan hal itu. Jangankan untuk mengatakan, membayangkan saja ia sudah merinding sendiri.

Kaitlin menggelengkan kepalanya “Sekarang kamu nggak perlu menutupi apapun dari aku. Apapun yang kamu mau dan rasakan, kasih tau aku. Kalau kamu kesakitan, aku akan ada meskipun aku nggak bisa meredakan rasa sakit kamu. Tapi kamu perlu tau, aku ada di sini sekarang”

Raja berusaha untuk duduk dibantu Kaitlin “Tapi kamu lupa, kamu sudah punya orang lain sekarang. Dan aku cukup tau diri untuk nggak minta kamu temani aku”

Telak. Kaitlin baru mengingat kalau ia sudah bersama Dwiky sekarang.
Raja mencoba membelai wajah Kaitlin. Seolah mengerti kesulitan Raja yang sulit menggerakkan tangannya, Kaitlin membantu Raja mengarahkan tangannya dan meletakkan tangan laki-laki itu di pipinya. Kaitlin memejamkan matanya saat merasakan kulit Raja menyentuh pipinya.

“Kamu cukup berdoa untuk aku, Lin. Nggak perlu berkorban banyak. Biar aku saja”

“Kamu boleh datang kalau dia mengizinkan. Kalau nggak, jangan. Aku nggak mau jadi penghalang hubungan kalian”

Kaitlin terdiam mendengar penuturan Raja. Benar, Raja benar, ia harus selalu jujur kepada Dwiky. Perihal ini, biar menjadi urusan Kaitlin.

Mengingat jam sudah mulai larut, Kaitlin beranjak berdiri, berpamitan pada Raja dan berjanji akan mengunjunginya bahkan menemani Raja jika ia ada waktu.
Kaitlin keluar dari kamar Raja dan bertemu Samudra di ruang tamu Raja.

“Thanks, Sam, sudah jujur sama gue”

Samudra hanya menganggukkan kepalanya “Tapi Tiffany marah sama gue”

“Pelan-pelan jelasinnya, Sam. Dia kadang begitu memang” Sebagai seorang sahabat, Kaitlin paham betul bagaimana Tiffany kalau sedang marah.

“Lo harus bisa bujuk, sih, kalau nggak ya pasti dia akan mendiamkan lo terus”

“Sebegitunya, ya, kalau dia marah?”

Kaitlin memukul bahu Samudra pelan “Lo bawa-bawa sahabatnya dari kecil, Sam. Wajar dia marah, lagian bisa-bisanya lo berdua sembunyikan ini dari Tiffany dan juga gue”

Samudra menghela nafasnya, ia mengaku bahwa ini memang salah “Tapi kan itu permintaannya Raja, Lin. Gue sebagai temannya dan sebagai laki-laki, harus bisa pegang janji”

“Berarti sekarang lo bukan laki-laki dong?”

Samudra mengernyitkan dahinya “Maksud lo?”

“Lo udah kasih tau gue dan Tiffany soal janji lo”

Samudra berdecih “Itu keceplosan, Lin”

Kaitlin terkekeh “Cowok tuh memang gitu, ya, diancam sedikit sama cewek yang dia suka, sudah mau buka rahasia”

Samudra menggaruk tengkuknya yang tidak gatal “Memang kentara, ya?”

“Ya menurut lo aja, Sam”

“Lagian kalau gue nggak kasih tau Tiffany, lo juga nggak akan tau, kan?”

“Iya, sih, but thanks ya, Sam, sudah mau kasih tau gue”

“Its oke, Lin. Asal hal ini nggak membuat lo dan pacar lo berantem aja”

Mendengar penuturan Samudra, Kaitlin hanya terkekeh “Aman udah”

Kaitlin kemudian berpamitan pada Samudra dan mengendarai mobilnya sendiri. Di dalam mobil pun, Kaitlin masih sibuk memikirkan segala kemungkinan-kemungkinan buruk yang akan terjadi pada Raja. Dan itu membuat Kaitlin sepenuhnya menyadari bahwa Raja masih merajai hatinya.

Namun ia menyadari diri pula  bahwa ada Dwiky yang selama ini mengisi kekosongannya dan mengobati lukanya akibat kebodohan yang Raja lakukan padanya. Tapi ternyata itu semua belum sepadan dengan perasaannya yang masih mengharapkan Raja ada di di sisinya.

Kaitlin menggelengkan kepalanya dan menghela nafas cukup kuat. Ia mengatakan pada dirinya sendiri bahwa ia hanya perlu menjalani semua ini dengan sebagai mana mestinya. Hubungannya dan Dwiky dan perasaannya pada Raja, biarlah semesta yang mengurus semuanya.

Perjalanan Kaitlin tempuh hanya membutuhkan waktu tiga puluh menit, saat Kaitlin berbelok memasuki pekarangan rumahnya, Kaitlin menemukan mobil Dwiky bertengger tapi di sana.

Kaitlin hanya mampu menghela nafas atas kedatangan Dwiky yang tidak ia ketahui. Kaitlin membuka ponselnya dan benar, Dwiky sedari tadi tidak henti menghubunginya.

Mau tidak mau, Kaitlin harus menghadapi keributan yang akan terjadi selanjutnya.
Kaitlin turun dari mobil dan menampilkan senyum terbaiknya agar wajah dingin Dwiky mencair. Namun ternyata, itu semua tidak bekerja sama sekali. Dwiky masih menatapnya dingin.

“Dari mana kamu?” Sebelum Kaitlin berhasil memeluk Dwiky, kata-kata yang keluar dari bibir laki-laki itu menghentikan niatnya.

“Dari rumah teman” Ujar Kaitlin pelan. Wajah dingin Dwiky membuat ia malas berbicara.

“Teman yang mana?”

“Zivia” Ujar Kaitlin singkat

“Jangan bohong, aku tadi sudah hubungi Zivia untuk cari kamu dan dia nggak tau kamu ada di mana” Kaitlin mengumpat dalam hatinya, ia lupa bekerja sama dengan Zivia perihal ini.

“Jujur, kamu habis dari mana?” Kaitlin menghela nafasnya diam.

“Kamu habis bertemu Raja, kan?” Perkataan Dwiky membuat Kaitlin langsung menoleh ke arah Dwiky. Bagaimana laki-laki ini bisa tau arah perjalanannya.

“Kamu tau dari mana?”

Dwiky berdecih “Ternyata benar”

Dwiky menatap Kaitlin “Kamu nggak perlu tau aku tau darimana. Yang jelas, kamu sudah ingkar janji dan bohong”

“Maaf kalau aku salah. Tapi aku merasa aku perlu tau kamu tau darimana kalau aku dari rumah Raja. Kamu menguntit aku?”

“Salah memang kalau aku mengikuti kamu?”

“Aku butuh privasi, Ky. Aku nggak suka ruang privasi ku di usik”

“Kamu merasa aku mengusik kamu?”

“Bukan itu maksudku, kamu nggak perlu mengikuti aku kemanapun aku pergi. Aku punya hak pergi kemanapun aku mau”

“Termasuk ke rumah mantan kamu?” Mendengar pernyataan Dwiky membuat Kaitlin menatap tajam Dwiky.

“Aku ke rumah mantan ku pun nggak melakukan hal-hal aneh. Kamu nggak perlu menekankan kata mantan di nada bicara kamu”

Dwiky berdecih “Oh, kamu membela mantanmu? Membernarkan hal yang kamu lakukan hari ini?"

“Memangnya kenapa kalau aku pergi ke rumah Raja?"

Wajah Dwiky sudah memerah sekarang “Ya kamu mikirlah, Lin. Pacar mana yang nggak marah kalau pacarnya pergi ke rumah mantan pacarnya tanpa sepengetahuan dia?"

“Harusnya kamu nggak perlu marah, karena aku nggak ngapa-ngapain di sana"

“Siapa yang tau?”

Kaitlin menyipitkan matanya “Kamu nggak percaya aku?”

“Bukan nggak percaya, Lin. Kamu aja nggak jujur”

“Kamu perlu tau, Ky, aku cuma butuh kamu percaya sama apapun yang aku lakukan. Dengan kamu menguntit dan ngomong aneh-aneh seperti tadi, kamu menyinggung aku. Sangat menyinggung aku" Kaitlin adalah orang yang sangat tidak suka jika hal-hal tentang dirinya di ganggu seperti itu, oleh siapapun.

Seperti biasa, Kaitlin tidak pernah mau kalah dengan argumentasinya jika ia menganggap dirinya benar.

“Aku bingung deh, sebenarnya di antara kita aku atau kamu yang salah?”

“Nggak ada yang salah, kita berdua membenarkan persepsi kita sendiri. Kamu nggak bisa menerima persepsi aku dan sebaliknya” Ujar Kaitlin.

“Berarti, perdebatan ini nggak ada ujungnya?”

“Ada. Stop membenarkan persepsi masing-masing. Aku nggak seperti apa yang kamu pikirkan. Dan maaf kalau kamu merasa kalau aku salah”

“Kamu ingkar janji dan bohong, itu yang salah. Dan menurut kamu, persepsi aku yang itu salah?"

Kaitlin berdecih “Aku sudah minta maaf, kenapa harus terus di bahas dan di perpanjang, sih?"

Dwiky menggelengkan kepalanya “Kamu egois, Lin. Mulai hari ini dan seterusnya, kemanapun atau dengan siapapun kamu ingin pergi, kamu harus kabari aku”

“Kamu nggak perlu membatasi dan mau tau apapun tentang aku, Ky”

Dwiky mulai terpancing emosi “Kamu sadar nggak sih kalau aku pacar kamu?”

“Tapi aku butuh privacy dan aku nggak suka di atur begitu, Dwiky Lingga Gautama” Kalau sudah menyebutkan nama panjang seperti itu, Kaitlin berarti sudah betulan marah.

Dwiky menghela nafas untuk menetralisir emosinya “Kalau kamu nggak mau di atur, kamu jangan pacaran”

Setelah itu, Dwiky pergi meninggalkan Kaitlin.

Di satu sisi, Kaitlin akan menjadi seorang pribadi yang keras. Di satu sisi pula, Kaitlin akan menjadi seorang penurut jika ia rasa ia harus menuruti orang yang memintanya untuk menurut.

Dan dalam posisi ini, Kaitlin bersalah meski tak pernah mau di salahkan. Kesalahan itu datang ketika ia mengetahui kebenaran pasal Raja. Entah kemana cerita ini akan bermuara, semua hanya akan tergantung pada takdir yang bekerja.

***

I love you till the end, guys. Stay with me, ya?

Big Love
Cayon!





Can We? [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang