Berbulan-bulan sudah Kaitlin dan Dwiky dekat. Berbulan-bulan sudah pula Raja menghilang begitu saja. Kedekatan Kaitlin dan Dwiky semakin intens. Tapi Dwiky masih mengurungkan niatnya membawa hubungan mereka ke arah yang serius. Karena ia khawatir, Kaitlin hanya memanipulasi dirinya sendiri dan mencoba untuk memulai semuanya dengan yang baru. Ia butuh waktu yang banyak untuk bisa menerima semuanya.
Disini Kaitlin sekarang, berdiri menatap Dwiky tengah tertidur di sofa ruangannya. Sepertinya laki-laki itu terlampau lelah hingga ia menyempatkan diri untuk tidur di sela jam istirahatnya.
Kaitlin keluar tanpa membangunkan Dwiky. Ia berinisiatif memesan makanan untuk mereka berdua siang ini. Tidak lama kemudian, Kaitlin membawakan dua porsi makanan untuk mereka santap.
Kaitlin membelai wajah Dwiky pelan “Ky, bangun”
Dwiky yang merasa wajahnya disentuh menggeliat. Menggenggam tangan Kaitlin dan meletakkan tangan itu di dadanya.
“Bangun dulu, Ky. Makan siang dulu”
Dwiky perlahan membuka matanya dan menatap Kaitlin sambil tersenyum. Dwiky bangun dari tidurnya dan beranjak duduk. Kaitlin dengan telaten mempersiapkan makan siang mereka dan meyerahkannya ke Dwiky.
“Terima kasih” ujar Dwiky tulus.
“Kamu capek banget kayaknya”
“Iya, kamu tau sendiri semalam aku lembur” Ujar Dwiky sembari mengunyah makan siangnya.
“Nanti malam, nonton mau nggak?” Dwiky bosan sekali, hingga saat ia lelah pun, ia ingin berada di luar rumah. Asal bersama dengan Kaitlin.
“Kan capek, malah ajak aku nonton, gimana sih”
“Kalau perginya sama kamu nggak ada capeknya, Lin”
“Sa ae lu”
Tiba-tiba, pintu ruangan Dwiky terbuka dan memperlihatkan Zivia disana.
“Pantes lo gue cari-cari nggak ketemu, pacaran ternyata. Mana udah makan duluan lagi nggak inget gue” Rengut Zivia. Kaitlin maupun Dwiky tidak protes saat Zivia mengatakan bahwa mereka "berpacaran"
“Ya maaf, tadinya gue mau ajak lo setelah dari sini, eh si bapak ini ternyata tidur, jadi gue beli makan buat berdua sama Dwiky”
“Tapi gue dilupain, ish jahara anda bestie”
Ujar Zivia dramatis.
Dwiky hanya terkekeh melihat dua orang di hadapannya ini.
“Tiffany gimana keadaannya?” Kaitlin bertanya kepada Zivia yang sibuk memainkan ponselnya disamping Kaitlin. Zivia hanya menggedikkan bahunya pelan. Melihat itu, Dwiky dan Kaitlin saling tatap“Terakhirkan kalian yang jenguk dia. Gue udah nggak kesana-kesana lagi”
“Kenapa? Tumben? Lo berdua berantem?”
Zivia menghela nafasnya pelan “Nggak mau bahas itu gue”
Zivia beranjak berdiri “Gue balik dulu deh”
“Nanti mau ikutan nonton nggak?” Ujar Dwiky membuat Zivia membalikkan tubuhnya
“Menurut lo, gue mau jadi nyamuk? Ogah” mendengar penuturan Zivia membuat Dwiky maupun Kaitlin tekekeh.
“Lagian ada aja deh” Gumam Kaitlin.
“Berarti nanti kita jadi nonton, ya?” Kaitlin tampak berpikir.
“Kamu yang pilih filmnya deh”
Kaitlin hanya mengangguk dan menghabiskan makanannya.
***
Pukul lima sore, mereka bergegas pergi bersama guna menunaikan janji menonton mereka. Dwiky menunggu Kaitlin di lobby. Melihat Kaitlin datang menghampirinya, membuat senyum Dwiky mengembang seketika.
Dwiky menjulurkan tangannya untuk digenggam oleh Kaitlin dan dengan senang hati, Kaitlin menerima uluran tangan Dwiky. Dwiky membenarkan tatanan rambut kaitlin yang menutupi wajah cantik gadis itu.
Senyum mengembang mengantarkan keduanya pergi ke dunia mereka. Asyik berdua, menghabiskan waktu bersama. Bersamaan saat Kaitlin dan Dwiky memasuki mobil dan hilang dari area kantor, seseorang menatap kepergian mereka berdua dengan perasaan campur aduk.
Raja ada disana, menyaksikan bagaimana Kaitlin kembali tersenyum setelah berbulan-bulan ia pergi begitu saja. Menyaksikan bagaimana Dwiky berhasil menggenggam tangan Kaitlin.
Perasaannya hancur, tapi akan lebih hancur lagi jika Kaitlin berhenti ternsenyum karena dirinya.
“Raja?” Mendengar seseorang memanggilnya, Raja membalikkan tubuhnya dan mendapati Zivia disana.
Zivia spontan menampar Raja ketika laki-laki yang ia lihat tadi benar-benar Raja. Zivia tidak bisa menahan emosinya melihat Raja menyaksikan bagaimana Kaitlin kembali tersenyum. Setelah semua perlahan membaik, ia malah kembali. Zivia memang mengharapkan Raja kembali dan memberikan kepastian. Namun, melihat Kaitlin yang mulai menerima Dwiky, Zivia tidak pernah berharap Raja akan datang lagi.Setelah Raja datang, ia tidak yakin senyum yang baru saja mereka lihat itu akan tetap begitu atau berganti menjadi kesedihan kembali. Zivia tidak pernah siap melihat orang yang ia sayangi bersedih kembali.
Raja memegangi wajahnya yang di tampar oleh Zivia. Namun Raja rasa, ini belum setimpal dan ia pantas mendapatkan ini.
“Kemana aja lo?” Tegas Zivia.
“Bisa kita bicara di tempat lain? Sembari santai, biar lo nggak marah begini” Ujar Raja.
Akhirnya Raja membawa Zivia ke salah satu coffe shop dekat dengan kantor mereka.
“Coba jelaskan lo kemana aja selama ini? Ninggalin Kaitlin gitu aja tanpa kejelasan” Cecar Zivia.
“Gue minta maaf sebelumnya sama lo sebagai sahabatnya Kaitlin. Gue juga minta maaf belum bisa kasih tau apa yang terjadi belakangan ini. Lo perlu tau, gue juga tersiksa tau Kaitlin kacau”"Lo memantau dia selama ini?" Zivia menyipitkan matanya. Raja hanya menganggukkan kepalanya.
"Diantara kami, siapa yang tau dimana lo selama ini?"
"Sam" Dan selama ini, Samudra juga menyembunyikan keberadaan Raja pada Kaitlin. Sewaktu mereka bertemu, Raja sudah meminta Sam untuk tidak memberi tau apapun tentangnya pada Kaitlin.
Mendengar nama Samudra disebutkan oleh Raja, membuat ingatannya kembali saat Tiffany masuk rumah sakit.
"Lo juga yang minta Samudra datang ke rumah sakit waktu itu?"
Raja menggelengkan kepalanya "Bukan, itu inisiatif dia sendiri"
“Apa yang akan lo lakukan sekarang? Balik lagi sama Kaitlin atau biarkan dia bahagia dengan orang yang lebih bertanggung jawab daripada lo?” Zivia menjeda kalimatnya
“Lo lihat, kan, bagaimana Kaitlin senyum tadi? Jangan lo hancurkan lagi, Ja, perasaannya” Lirih Zivia. Raja hanya mengangguk mendengar penuturan Zivia barusan.
“Di dalam keadaan ini, semua mutlak salah gue. Dan gue harap, lo jangan kasih tau Kaitlin dulu kalau kita ketemu. Masih ada hal yang harus gue selesaikan”
“Tiffany tau soal lo?”
Raja menganggukkan kepalanya “Dia sama kagetnya waktu gue temui. Dia nggak tau apa-apa soal ini. Belum, Tiffany juga belum tau apa-apa. Jadi, gue harap, jangan bicara apapun dulu ke Kaitlin. Gue mohon sama lo”
Raja terkekeh “Harusnya kita juga belum boleh ketemu. Tapi, here we are. Kita ketemu dan lo nampar gue”
“Gue nggak menyesal sudah tampar lo, Ja. Bahkan lebih dari itu pun, lo pantas dapatkan. Kasih keputusan untuk hubungan lo berdua. Dan tolong secepatnya temui Kaitlin. Karena gue nggak mau dia selalu tanya sesuatu hal yang jawabannya cuma ada di lo. Jangan buat dia bingung, Ja”
“Gue akan selesaikan secepatnya, Ziv. Terima kasih sebelumnya untuk simpan hal ini dulu” Setelah Raja selesai bicara, Zivia pergi begitu saja meninggalkan Raja sendiri.
Raja mencoba kembali ke rumahnya. Berjalan tertatih bak raga tanpa nyawa. Ini keputusannya, dan ia tersakiti oleh keputusan yang ia buat sendiri.
Jika dilihat, orang-orang yang menganggap Raja bersalah akan menilai bahwa Raja hanyalah seorang pria pengecut yang bersembunyi dan berlagak menjadi orang yang paling tersakiti.
Namun tanpa orang lain tau, Raja lebih mementingkan kebahagiaan Kaitlin ketimbang perasaan dan hidupnya sendiri. Hanya ia yang paham bagaimana cara membuat orang yang ia cintai bahagia dengan caranya. Meski sekalipun cara itu akan menyakiti orang yang ia cintai.
Raja menyeret langkahnya menuju kamar bernuansa abu-abu hitam itu. Menutup pintunya rapat dan meluruh di balik pintu. Merintih kesakitan dan memegangi dadanya sendiri.
Bagaimana bisa melihat senyum Kaitlin yang bahagia bukan lagi karenanya bisa semenyakitkan ini.
Air mata itu belum habis. Perasaan itu masih sama. Sakit di hatinya belum sembuh. Padahal itu adalah keputusannya. Namun ia juga yang merasa sakit. Ia menyakiti dirinya sendiri demi Kaitlin. Demi orang yang ia cintai.
Raja mencoba berdiri dan meraih foto yang sengaja ia letakkan di nakas kamarnya. Memeluk foto itu dan menciuminya.
Raja memeluk foto itu seolah Kaitlin yang sedang ia peluk. Raja membayangkan Kaitlin ada disini, memeluknya seperti biasa, membelai rambutnya dan menenangkannya. Namun hal itu tidak lagi ada.
Ia harus mengakhiri semuanya secepatnya. Lebih cepat ia mengakhiri semuanya, lebih cepat Kaitlin bangkit dan mendapatkan kembali bahagia miliknya.
Lalu bagaimana dengan perasaannya sendiri? Biarlah Raja yang mengobati dirinya sendiri. Biarlah Raja yang menanggungnya sendiri. Biar. Yang penting Kaitlinnya bisa kembali hidup dan bahagia.
***Dwiky sama Kaitlin kelihatannya makin deket nih, hmm. Nah, yang kangen Raja, nih orangnya ada. Kangen kangennya segitu dulu ya. Jadi, gimana? Ada yang mau main tebak-tebakan akhirnya akan gimana?
Terima kasih sudah mau tunggu dan selalu baca cerita ini dengan sabar guys .
Selamat membaca dan semangat puasanyaaa.
Big Love
Cayon!
KAMU SEDANG MEMBACA
Can We? [Completed]
Teen FictionCinta akan membawamu pulang kepadaku. Meskipun langkahmu sudah terlalu jauh, aku yakin, kau akan kembali pada orang yang kau sebut rumah, yaitu aku.