Setelah Kaitlin mengakui kekalahannya di tengah laut tempo hari, Kaitlin berkali-kali meyakinkan diri bahwa dirinya sudah jauh lebih baik. Kehadiran Dwiky kadang membuat kekosongannya terisi meskipun separuh.
Meskipun terkadang ia masih berpikir tentang hubungannya dengan Raja, Kaitlin lebih siap bila kemungkinan terburuk akan ia dapatkan ketika laki-laki itu kembali.
Minggu pagi ini, Dwiky mengajak Kaitlin menghabiskan waktu berdua di area Senayan dengan sepeda mereka masing-masing. Car free day, adalah waktu yang mereka pergunakan untuk memiliki moment berdua kali ini.
Meskipun Dwiky sadar, Kaitlin belum sepenuhnya menerima semua tentang dirinya. Tentang ia yang bersedia di jadikan rumah oleh Kaitlin, tentang ia yang bersedia mencintai perempuan itu meski tidak balik di cintai.
Dwiky tidak perduli tentang perasaannya yang bertepuk sebelah tangan. Setidaknya, ia disini sekarang, berada di sisi Kaitlin. Berdua, dan menulis moment mereka berdua.
Mereka berdua sering sekali mencoba untuk mengenyahkan kecanggungan antar keduanya. Dan mereka berhasil. Di sinilah mereka sekarang, dengan perasaan canggung yang tidak mereka munculkan ke permukaan. Menganggap pengakuan-pengakuan itu tidak pernah terjadi.
Bersama dengan pesepeda lainnya, mereka berdua bersantai dengan sesekali tertawa dengan lelucon yang mereka buat sendiri. Yang hanya mereka yang mengerti.
Mereka sudah memutari area GBK tiga kali. Kaitlin yang jarang olahraga membuat tenaganya habis pagi-pagi begini. Dwiky menghentikan sepedanya dan mengajak Kaitlin untuk beristirahat. Dengan senang hati, Kaitlin menganggukkan kepalanya dan mencari tempat yang pas untuk mereka beristirahat.
“Kamu tunggu di sini sebentar, ya?” Kaitlin hanya mengangguk sambil menyeka keringatnya dan mengipas dirinya sendiri dengan tangannya.
Kurang dari lima menit, Dwiky kembali dengan dua botol air mineral dingin dan menyerahkan satu botol kepada Kaitlin. Sebelum menyerahkan botol itu kepada Kaitlin, Dwiky membuka tutupnya terlebih dahulu. Kaitlin hanya tersenyum dan mengucapkan terimakasih.
Dwiky duduk di sebelah Kaitlin yang tengah asyik menenggak minuman dinginnya.
“Seger banget capek gini minum minuman yang dingin” Kaitlin sesekali menghembuskan nafasnya guna menetralisir udara yang masuk ke dalam paru-parunya.
“Baru tiga putaran aja udah capek” Ledek Dwiky yang menenggak minumannya.
Melihat hal itu, Kaitlin sengaja menyenggol tangan Dwiky yang membuat air yang ada di dalam botol minuman milik Dwiky tumpah sebagian ke wajah laki-laki itu. Kaitlin tertawa lepas melihat Dwiky yang ingin marah namun mengurungkan niatnya karena menatap tawa lepas perempuan itu.
“Kamu mah, iseng banget” Ujar Dwiky kemudian berdiri. Sisa minuman yang ada di botol miliknya ia siram ke wajahnya sendiri guna membasuh wajahnya agar lebih segar.
Kaitlin melihat itu bagai adegan slowmotion yang memperlihatkan betapa menawan laki-laki di hadapannya ini. Namun Kaitlin menggelengkan kepalanya sembari tersenyum dan merutuki pikirannya sendiri.
“Duh, seger”
“Eh, Lin, kita sarapan yuk, laper aku” Ujar Dwiky mengedarkan pandangannya
“Baru selesai olahraga sudah menimbun lemak lagi”
“Ya namanya kebutuhan manusiawi”
“Kita makan bubur ayam dekat kompleks rumah kamu aja” Lanjut Dwiky
“Pernah coba memang?”
“Belum sih, tapi biar lebih dekat dari rumah kamu aja. Sekalian ambil mobil”
Tidak lama setelah itu, mereka sampai pada tujuan mereka. Sebelum duduk, Dwiky memesankan dua mangkuk bubur ayam beserta dengan teh hangat untuk mereka berdua.
“Tapi hari ini panas banget ya, Ky. Gerah banget tau aku. Sampai rumah mau langsung mandi aja deh”
“Ya kali sampai rumah kamu nggak mandi, Lin. Semerbak nanti rumah kamu kalau kamu nggak mandi”
Mendengat celoteh Dwiky membuat Kaitlin kesal dan memukul lengan Dwiky pelan “Enak aja kamu”
“Permisi, Mbak, Mas, ini bubur ayamnya silahkan” Penjual bubur ayam itu meletakkan pesanan mereka di atas meja. Tanpa basa-basi, mereka berdua menyantap sarapan mereka dengan lahap.
Benar memang, setelah berolahraga, tingkat lapar manusia meningkat drastis. Pas sekali, penjual bubur ini berjualan tepat di bawah pohon rindang yang membuat sarapan mereka semakin nikmat dengan teduhnya pohon di atas mereka.
***
“Aku malas pulang deh, Lin. Aku di sini dulu masalah nggak buat kamu?” Ujar Dwiky duduk melepas sepatunya.
“Nggak apa-apa, sih, tapi baju kamu kan basah gitu karena keringat. Bawa baju ganti memang?”
Dwiky tampak berpikir “Ya nggak, tapi ya gimana. Malas pulang” Rengek Dwiky bagai anak kecil.
“Masa kamu pakai baju aku? Ada sih, yang ukurannya pas sama kamu” Jeda Kaitlin
“Tapi memangnya kamu mau pakai?”
“Nggak apa-apa”
Kaitlin menganggukkan kepalanya dan mengajak Dwiky masuk ke dalam rumahnya. Setelah memberikan baju ganti dan handuk bersih kepada Dwiky, Kaitlin lantas naik ke kamarnya guna membersihkan diri.
Seorang Kaitlin yang mandi minggunya tidak pernah lama, sudah lebih dulu turun dan membuat juice orange untuk mereka berdua.
Kaitlin meminum juice orange miliknya. Ketika pintu kamar mandi terbuka, Kaitlin melihat Dwiky, tersedak kecil dan kemudian tertawa pelan. Dwiky yang keluar dengan menunduk malu kemudian berjalan ke arah Kaitlin.
“Ada baju lain nggak, Lin? Aku nggak suka kucing”
Kaitlin mengangkat kepala Dwiky yang menunduk dan memegang kedua bahu laku-laki itu sambil menatapnya. Tawanya ingin pecah, namun Kaitlin menahannya agar Dwiky tidak lebih malu dari ini.
Warna baju yang diberikan Kaitlin memang tidak sama seperti warna baju perempuan lainnya. Hanya saja, gambar bagian depan baju yang Dwiky kenakan adalah kucing lucu. Dan itu membuat Dwiky malu.
Bagaimana bisa laki-laki tulen seperti Dwiky memakai baju kucing lucu seperti ini.
“Lucu, kok, Ky, beneran deh” Kaitlin meraih ponselnya.
“Coba diem, aku mau foto dulu”
“Jangan di foto atuh, Lin” Rengek Dwiky
“Nggak, cuma koleksi pribadi aku aja kok” Kaitlin mengarahkan kameranya ke arah Dwiky.
“Ky, senyum dong”
Dengan terpaksa, Dwiky tersenyum memenuhi permintaan gadis itu. Meski dengan senyum terpaksa.
“Kawaiiii” Gemash Kaitlin pada foto yang berhasil ia tangkap.
“Janji cuma untuk konsumsi pribadi, ya, Lin? Awas aja kamu”
“Iya, ih. Aku buatkan juice orange nih, di minum” Dwiky menenggak setengah juice orange buatan Kaitlin.
“Gimana kalau hari ini kita nonton?” Usul Kaitlin.
“Ih, pakai baju ini? Nggak mau, ah” Tolak Dwiky
“Loh, nontonnya kan di rumah” mendengar penuturan Kaitlin membuat Dwiky mengangguk.
Dan akhirnya mereka menonton beberapa episode drama Korea yang sama sekali tidak dimengerti oleh Dwiky. Kaitlin dan Dwiky berkali-kali berdiskusi tentang drama yang mereka tonton.
“Kisah mereka bakalan happy ending atau sad ending?” Tanya Dwiky
“Nggak tau, episode selanjutnya belum keluar”
Ketika mereka sedang menikmati tontona mereka, tiba-tiba sebuah panggilan masuk dari Zivia mengalihkan perhatian mereka.
“Halo”
“Lo dimana, Lin?”
“Di rumah, kenapa?”
“Tiffany masuk rumah sakit nih”
“Hah? Kenapa? Yaudah, gue kesana sekarang” Kaitlin buru-buru bangkit dan mengganti bajunya.
Setelah selesai, Kaitlin menarik Dwiky agar ikut dengannya. Tanpa mengganti baju laki-laki itu, mereka segera berangkat tanpa memperdulikan apapun.
***Halo, teman-teman, maaf aku baru update setelah satu Minggu lamanya. Maaaaf banget, aku lagi stuck banget dan merasa jenuh. Maaf kalau cerita ini nggak sesuai sama ekspektasi kalian. Tapi tenang, meskipun aku slow update, aku bakalan selesaikan cerita ini kok. Aku nggak akan gantungin kalian, huhuhu, maaf yaa.
Tapi aku mau, kalian tetep sama sama aku ya, sampai aku berhasil selesaikan tulisanku yang ini.
Makasih untuk yang sudah mau mengerti aku. And here we go, selamat membaca, sayang-sayangku.
Big Love
Cayon!
KAMU SEDANG MEMBACA
Can We? [Completed]
Teen FictionCinta akan membawamu pulang kepadaku. Meskipun langkahmu sudah terlalu jauh, aku yakin, kau akan kembali pada orang yang kau sebut rumah, yaitu aku.