Angin malam ini lumayan kencang, pertanda hujan akan segera mengguyur Jakarta. Untungnya, sebelum hujan turun, Kaitlin sudah sampai di apartment Raja menggunakan taksi online. Gerimis mulai jatuh satu persatu, setelah itu, milyaran lainnya jatuh bersamaan membasahi tanah Jakarta.
Hawa mendingin, perasaan Kaitlin pun begitu. Ia bingung harus menjelaskan dengan kata apa tentang dirinya dan Dwiky kepada Raja. Ia tau kedekatan mereka yang terlalu intens itu salah. Tapi Kaitlin adalah Kaitlin. Perempuan dengan sejuta pesona yang dapat menarik perhatian laki-laki manapun meski ia sendiri tak memiliki rasa barang setitik. Kedekatan mereka hanya ia anggap sebagai teman dan tidak lebih.
Kaitlin menemukan Raja tengah menatap luar yang diguyur hujan serta sorot lampu apartemen yang menyala dan hiruk pikuk mobil dan motor yang berlalu lalang memberi cahaya berjalan bagai bintang diatas langit.
Raja memasukkan kedua tangannya di dalam kantung celananya. Raja merasakan seseorang berdiri disampingnya.
Raja menyentuh kaca besar apartemennya dan menatap lampu lampu yang berkerlap-kerlip. Kemudian mendongak keatas langit yang ditutupi awan mendung. Raja mengesah nafas pelan.
“Kamu pernah bilang, suka lihat kerlap-kerlip kendaraan dari atas sini. Katamu, kerlap-kerlip mereka bisa menggantikan bintang yang jarang menghiasi langit malam Jakarta”
Raja menatap Kaitlin lama “Aku ada di posisi yang mana? Bintang di langit, atau sekedar kerlap-kerlip lampu kendaraan pengganti bintang jika bintang tidak muncul?”
Kaitlin mengerti maksud Raja dan menatap Raja dengan tatapan lirih. Kaitlin mencoba meraih tangan Raja dan Raja diam saja melihat Kaitlin berusaha menggenggam tangannya.
“Nggak gitu, Ja. Dia cuma teman kerja aku, nggak lebih. Jangan salah paham dulu kamu”
“Kamu kelihatan nyaman tadi aku lihat. Sampai mau di pegang-pegang lagi”
“Dia cuma bersihin bekas ice cream doang, Ja. Lagian kamu tumben begini sama aku” Mereka berdua sekarang bersitatap
“Tapi orang lain menangkap kedekatan kalian jauh dari konteks teman. Aku tau selama sebulan ini kamu gimana. Aku juga tau kalau dia manager baru kamu” Raja menjeda kalimatnya
“Tapi aku nggak suka kalau ada laki-laki sedekat itu sama kamu. Aku cemburu” Raja mengutarakan kecemburuannya dengan gamblang.
“Kamu tau kami cuma teman, tapi kamu cemburunya sampai begini. Aku aja nggak pernah cemburu sama kedekatan kamu dan Tiffany. Karna aku tau kalian teman dari kecil” Mendengar kata-kata yang Kaitlin keluarkan membuat Raja menatapnya lama.
“Kamu kenal Tiffany. Dia sahabat kamu dan dia juga teman kecil aku. Dan aneh kalau kamu harus cemburu sama sahabat kamu sendiri”
“Terus kamu wajar cemburu sama aku dekat dengan teman sekantor ku?”
“Aku nggak kenal sama dia dan nggak tau dia menyimpan perasaan sama kamu atau nggak, ya, Lin” Raja menekan setiap kata-katanya mulai terpancing emosi.
“Bukannya kedekatan dua orang yang lebih lama jauh berpotensi untuk ada rasa ya?” Kaitlin mulai mengeraskan hatinya. Mendebat Raja dan tidak mau kalah.
“Maksud kamu, Tiffany?” Melihat Kaitlin diam membuat Raja benar-benar ingin marah sekarang. Pasalnya, ia dan Tiffany sudah lama dekat sebagai teman. Kaitlin bahkan bersahabat dengan Tiffany, bagaimana bisa Kaitlin mengatakan hal tersebut pada Raja.
“Ini cerita dalam konteks yang berbeda, Lin. Kamu tau Tiffany, tau dia dan aku bagaimana, mana mungkin kamu cemburu dengan Tiffany orang yang dekat sama kamu. Kamu sedikit nggak waras kalau itu betulan ada di pikiran kamu”
KAMU SEDANG MEMBACA
Can We? [Completed]
Teen FictionCinta akan membawamu pulang kepadaku. Meskipun langkahmu sudah terlalu jauh, aku yakin, kau akan kembali pada orang yang kau sebut rumah, yaitu aku.