48. Bersiap Kehilangan

182 23 4
                                    

Desing suara mesin mobil menyala menginterupsi pendengaran dua anak manusia yang sedari tadi membisu. Sejak matahari terbenam dan air mata yang menetes sedari tadi, tidak ada satu patah katapun yang keluar dari bibir mereka masing-masing.

Suara radio yang sedari tadi tak mereka hiraukan, kini menjadi perhatian mereka kala lagu favorit mereka berdua berputar. Kau Rumahku – Raissa Anggiani. Makin mendengar lagu itu dadanya menyempit, sesak menyerang mereka berdua hingga kesulitan bernafas. Lagi-lagi Kaitlin meneteskan air matanya. Raja hanya mampu menghela nafas dan tertunduk.
Raja mengambil sesuatu di belakang mobilnya. Sebuah kotak. Raja langsung menyerahkan kotak itu kepada Kaitlin yang masih menatap bingung kotak yang berada di hadapannya. Kaitlin menyeka air matanya dan menatap Raja.

“Ini apa?”

“Syarat kedua yang harus kamu tepati”

Tangan Kaitlin bergerak untuk membuka kotak itu, namun Raja menahan pergerakan tangan Kaitlin “Jangan di buka sekarang, nanti setelah aku pulang”

Hal itu membuat Kaitlin terdiam. Ponsel Raja tiba-tiba berdering. Tangan yang tadi menahan lengan Kaitlin malah melemah. Raja tidak dapat menggerakkan tangannya. Raja mengumpat penyakitnya dalam hati. Bagaimana mungkin penyakitnya kambuh di saat ia sedang bersama Kaitlin.

Kaitlin menatap Raja yang masih terdiam. Kemudian menatap tangan Raja yang tidak bergeser dari lengannya. Genggaman tangan Raja pada lengannya melemah, namun Raja enggan melepas tangannya. Hal itu membuat Kaitlin curiga.

“Kenapa nggak di angkat?”

Raja menggelengkan kepalanya sekaligus memejamkan matanya menahan sakit. Darah segar keluar dari hidung Raja membuat Kaitlin panik. Kaitlin langsung menampung darah yang keluar dari hidung Raja dengan tangannya.

“Ja, hey, bangun!” melihat Raja yang meringis hingga memejamkan matanya, membuat perasaan Kaitlin memburuk.

Kaitlin bersusah payah memindahkan Raja ke kursi penumpang agar kemudi bisa ia kendalikan. Kaitlin meraih tisue dan membersihkan darah segar yang terus keluar dari hidung Raja. Kaitlin sudah menangis sedari tadi. Raja kehilangan kesadarannya membuat Kaitlin habis-habisan menahan diri untuk tidak berteriak. Suara telfon yang berasal dari ponsel Raja kembali berdering. Ternyata Tiffany yang menghubungi Raja.

“Ja, dima,-?”

“Ti... Raja Ti...” terdengar suara tangis yang menjawab panggilan dari Tiffany.

“Ini? Lin, Raja kenapa?!” Mendengar suara tangis Kaitlin membuat Tiffany ikut merasa panik.

“Raja mimisan dan nggak sadar, gue takut, Ti, gue takut” Suara Kaitlin bergetar. Namun pegangannya pada kemudi mengeras. Seolah Kaitlin menjaga tenaganya tetap ada. Meskipun sebenarnya, Kaitlin merasa lemas melihat keadaan Raja yang prihatin.

“Tenang, Lin, tenang” Tiffany mencoba menangkan, padahal ia sendiri panik setengah mati.

“Lo lagi bawa mobilkan?”

“I.iya, Ti”

“Oke, lo fokus bawa mobil dan antar Raja ke rumah sakit, gue dan Sam menyusul. Jangan panik, Oke?”

Kaitlin hanya menganggukkan kepalanya dan melajukan mobil milik Raja dengan cepat. Sesekali Kaitlin menatap Raja yang tidak sadarkan diri dan membuat ketakutannya semakin menjadi. Bagaimana, kalau tatapan tadi adalah tatapan terakhir yang ia dapatkan dari Raja?

Sampai di rumah sakit, Kaitlin langsung berteriak memanggil petugas rumah sakit. Dan dengan cepat, petugas rumah sakit membawa brankar dan mendorong tubuh Raja yang tak bergerak. Semua petugas yang diikuti Kaitlin menggerakkan kaki mereka cepat.

Can We? [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang