Setelah percobaan bunuh dirinya tempo hari, Kaitlin makin membangun temboknya tinggi-tinggi. Ia berhenti menangis, rasanya ia tidak lagi memiliki air mata untuk ia tumpahkan bahkan saat mengingat Raja. Ia sudah tidak bisa mengeluarkan air mata setelah menyadari bahwa ia hanya berhalusinasi dan berniat menghilangkan nyawanya sendiri demi menyusul Raja.
Kedua sahabatnya sudah tidak lagi berani untuk meminta Kaitlin mendatangi psikiater. Kedua sahabatnya berhenti membujuk Kaitlin ke tempat yang mereka rasa akan membantu Kaitlin untuk tetap hidup. Namun terakhir saat mereka berdua nekat membawa Kaitlin ke psikiater, mereka berdua menelan bulat bulat amarah Kaitlin yang sejak lama ia tahan karena disangka gila. Tidak, ia tidak gila, ia masih memegang kewarasannya. Ia hanya masih marah pada dunia yang bersikap tidak adil padanya. Ia marah pada Tuhan yang seolah tidak mengizinkan ia bahagia sedikitpun. Ia, hanya kehilangan arah.
Kaitlin tidak lagi pernah memperlihatkan kesedihannya pada siapapun. Ia tidak sepenuhnya sembuh. Lukanya masih menganga lebar. Namun apapun yang terjadi, ia akan berusaha bertahan seperti keinginan Raja.
Pasal dirinya dengan Dwiky, Dwiky sudah mengantarkan surat perceraian yang sudah mereka berdua tandatangani ke pengadilan. Hanya menunggu waktu, palu akan diketuk dan mereka akan resmi bercerai. Dalam benak Dwiky yang paling dalam, selamanya ia tidak pernah rela menyetujui perpisahan mereka. Namun ia bisa apa? Ia tidak mau nyawa Kaitlin lenyap begitu saja. Lebih baik ia menderita asal Kaitlin masih bisa ia pandang senyumnya. Sedalam itu cinta yang diberikan Dwiky pada Kaitlin hingga ia lebih memilih menderita daripada harus menyaksikan belahan jiwanya membeku menjadi mayat.
Dwiky menepati janjinya, dan Kaitlin memberikan kesempatan Dwiky untuk menjadi suami yang baik di saat-saat akhir status suami istri yang mereka miliki. Dwiky selalu memandangi Kaitlin saat sedang terlelap. Mereka masih berada dalam satu atap dan ranjang yang sama. Hanya saja, Kaitlin lebih sering memunggunginya dan tak tidak perduli sama sekali. Tapi Dwiky menjalankan peran sebagai suami yang baik dengan sesekali menyiapkan Kaitlin air hangat untuk mandi dan sarapan untuk mereka santap bersama.
Kaitlin mengikuti sandiwara yang diciptakan oleh Dwiky. Saat mereka terjaga dan melewati hari, Kaitlin dan Dwiky tampak seperti pasangan suami istri selayaknya. Beberapa orang yang mengetahui masalah mereka menatap iba, haruskah ada perpisahan jika tampak romantis seperti ini jauh lebih baik?
Mereka yang hanya melihat tidak mengerti, betapa gemuruh di kepala mereka luar biasa berisik hingga membuat mereka tidak mampu berpikir dengan jernih.
Seperti saat ini, Dwiky dan Kaitlin menikmati makan siang mereka penuh tawa bersama kedua orang tua Dwiky. Senyum terpaksa tergambar dari masing-masing wajah mereka. Mereka menciptakan kebahagiaan itu sampai mereka lupa, pahit akan mereka telan setelah kebahagiaan ini menghilang.
Setelah semua pekerjaan mereka selesai, Dwiky menghampiri Kaitlin di ruangannya dan berencana untuk pulang bersama. Dua hari lagi. Mereka punya dua hari lagi untuk menyandang status suami istri. Dwiky tidak menyia-nyiakan kesempatan itu untuk terus berada di dekat Kaitlin lebih lama lagi. Karena ia sadar, setelah mereka resmi bercerai, tidak akan ada lagi wajah manis dari Kaitlin setiap ia terbangun. Tidak ada lagi yang bisa ia pandangi setiap bangunnya di pagi hari. Tidak ada lagi peluk dalam tidur yang membuat tidurnya nyenyak. Tidak ada lagi yang bisa membuat ia tertawa. Dan semua itu tidak akan pernah ada lagi.
Dwiky membawa Kaitlin kembali ke rumah. Sebelum itu, Dwiky mengajak Kaitlin untuk mampir ke sebuah mini market untuk membeli bahan makanan. Dwiky berencana memasak masakan spesial untuk Kaitlin.
“Tenang, malam ini kamu akan makan masakan chef handal” Bangga Dwiky pada Kaitlin.
Kaitlin menaikkan kedua alisnya “Mari kita lihat”
Kaitlin sibuk mendorong troli dan memandangi Dwiky yang memilah apa saja yang harus ia masukkan ke dalam troli yang sedang Kaitlin dorong.
Seseorang di dekat mereka tampak kesibukan untuk menenteng belanjaan miliknya. Dwiky yang melihat itu mengedarkan pandangannya untuk membantu wanita paruh baya yang tampak kebingungan membawa belanjanya itu. Setelah matanya menangkap kumpulan troli di pojok supermarket, ia bergegas mengambilnya dan menyerahkan troli yang ia bawa kepada wanita paruh baya tadi.
Kaitlin yang menatap Dwiky hanya mampu tersenyum. Dwiky adalah laki-laki baik, tapi entah mengapa ia tidak bisa menerima Dwiky dalam hidupnya. Namun hal itu membuat senyum Kaitlin memudar.
Setelah memasukkan belanjaan wanita paruh baya tadi, wanita itu memberikan senyum hangat pada Dwiky dan Kaitlin yang mendapat anggukan sopan dari Kaitlin.
“Terima kasih, ya, sudah bantu saya. Saya doakan agar rumah tangga kalian selalu langgeng dan harmonis, ya?” Hati mereka tersentil, bagaimana bisa mereka berharap langgeng ketika dua hari lagi mereka akan segera bercerai. Setelah kepergian wanita paruh baya itu, kecanggungan tampak dari wajah Kaitlin. Melihat itu, Dwiky berusaha mengembalikan mood wanita yang masih berstatus istrinya itu.
“Sayang, aku belikan ice cream” Dwiky mengangkat tinggi dua ice cream dan meletakkannya ke dalam troli.
“Akan lebih seru kalau kita nonton Drakor sambil makan ice cream” Kaitlin hanya menatap Dwiky sekilas dan mengangguk menyetujui. Padahal, sebentar lagi tidak ada nonton Drakor bersama lagi.
Dwiky meneliti isi trolinya dan menepuk tangannya sekali “Yup, sudah semua”
Dwiky memandang Kaitlin dengan senyum hangat “Udah? Yuk?” Tangan Dwiky menggeser tangan Kaitlin agar bergantian mendorong troli belanjaan mereka ke arah kasir.
Setelah belanja mereka selesai, Dwiky buru buru membawa mobil yang berisikan mereka berdua ke rumah mereka. Setelah sampai, Dwiky meletakkan semua paper bag belanjaannya dan menyingsing lengan kemejanya hingga ke lengan. Mengeluarkan semua bahan masakan dan memulai kegiatannya.
“Kamu mandi dulu, gih, aku selesaikan ini dulu” Tanpa basa basi, Kaitlin hanya menganggukkan kepalanya dan beranjak membersihkan diri.
Selama tiga puluh menit Dwiky berkutat dengan masakannya. Sebentar lagi masakannya akan selesai. Dwiky mencicipi sedikit masakannya. Saat ujung lidahnya menyentuh masakan itu, ia tersenyum. Karena masakannya sempurna.
Langkah kaki Kaitlin yang menuruni anak tangga membuat fokus Dwiky beralih.
“Wangi masakan kamu sampai ke kamar tau, aku jadi lapar”
Dwiky menyunggingkan senyum “Iya, sebentar lagi matang”
Kaitlin mendekati Dwiky dan mengaduk makanan yang sebentar lagi matang itu. Pasangan Kaitlin beralih pada dahi Dwiky yang berkeringat. Ia meraih tisue dan menyeka keringat yang ada di dahi Dwiky saat ini. Melihat pergerakan Kaitlin bak slow motion, Dwiky berdoa pada Tuhan agar detik ini berhenti di sini saja. Ia ingin terus-terusan seperti ini bersama orang yang paling ia cintai.
Dwiky meraih tangan Kaitlin dan mengarahkannya ke depan bibirnya untuk ia cium. Wangi buah menyeruak dari kulit Kaitlin yang baru saja selesai mandi.
Kaitlin mengalihkan tatapannya ke masakan Dwiky dan melepaskan tangannya dari tangan Dwiky yang masih setia menggenggamnya.
“Sebentar lagi ini matang, lebih baik kamu mandi dulu biar makannya enak” Ujar Kaitlin yang langsung di iyakan oleh Dwiky.
Dwiky melepas apronnya dan segera beranjak membersihkan diri. Setelah selesai, tubuh Dwiky menjadi segar dan ia langsung bergegas menuju dapur karena perutnya yang sudah diserang lapar.
Dia melihat Kaitlin tengah menata makanan ke atas meja. Senyumnya mengembang tak kala melihat Kaitlin yang menoleh ke arahnya dengan senyum sumringah. Dwiky berteriak dalam hatinya ‘Ya Tuhan, apakah ini tidak bisa berakhir manis seperti ini saja? Iya ingin berada dalam situasi seperti ini dalam jangka waktu yang lama’
“Yuk, sudah siap semua” Ujar Kaitlin mengambilkan piring untuk Dwiky.
“Kamu mau makan yang mana dulu?” Tanya Kaitlin
“Kamu” Mendengar jawaban Dwiky membuat Kaitlin sontak menoleh. Dwiky hanya terkekeh dan meraih piring yang Kaitlin genggam.
Kaitlin menjauhkan piringnya “Biar aku aja. Malam ini aku ingin melayani suamiku”
Setelah mengatakan itu, Dwiky hanya diam mendapati Kaitlin yang berperan sebagai istrinya malam ini. Kaitlin menyerahkan piring beserta makanan yang akan Dwiky santap.
Kaitlin berkali-kali memuji masakan Dwiky. Dwiky tersenyum bangga dan membanggakan dirinya sendiri. Tawa mereka lepas sekali. Mereka menghabiskan tawa mereka malam ini tanpa mengingat hari esok. Tanpa mengingat, air mata sudah menunggu mereka untuk jatuh.
Makanan mereka tandas, Kaitlin memutuskan untuk membersihkan bekas makan mereka terlebih dahulu. Dwiky membantu Kaitlin agar pekerjaan wanita itu segera selesai.
Dwiky melirik ke arah Kaitlin yang tengah menikmati serial drama Korea favoritnya yang memasuki babak akhir. Dwiky meraih ice cream yang mereka beli tadi dan meletakkannya di depan Kaitlin.
“Gimana lanjutan ceritanya?” Ujar Dwiky yang tatapannya lurus pada televisi dan mengambil tempat duduk tepat di sebelah Kaitlin.
Kaitlin meneteskan air matanya sambil menelan ice cream yang ada ditangannya. Dwiky mau tidak mau mengalihkan tatapannya pada Kaitlin yang menyeka air matanya sedari tadi. Akhir drama yang mereka tonton berakhir tragis. Pemeran utama wanita yang notabenenya adalah istri pemeran utama laki-laki meninggal. Dan itu membuat Kaitlin menyeka air matanya berkali-kali.
“Kasihan banget, Chang Ho, di tinggal mati” Ujar Kaitlin serak.
“Itu cuma K-Drama sayang” Ujar Dwiky menenangkan kaitlin.
“Meskipun gitu, tapi kan tetap aja akhirnya sedih”
“Kisah kita di dunia nyata jauh lebih menyedihkan daripada kisah mereka” Perkataan Dwiky menusuk bagi Kaitlin. Kaitlin tidak menanggapi sama sekali.
Kaitlin buru-buru menghabiskan ice creamnya dan kembali ke kamar mereka tanpa memperdulikan Dwiky. Namun nyatanya benar, kenyataan yang mereka miliki akan jauh lebih menyedihkan dari pada serial drama yang mereka tonton.
Dwiky menyusul Kaitlin ke dalam kamar mereka. Lagi lagi Dwiky hanya mendapatkan punggung Kaitlin. Namun Dwiky mendekat ke arah Kaitlin dan memeluknya dari belakang. Dwiky sibuk memenuhi area penciumannya dengan harum rambut Kaitlin yang akan ia rindukan. Biarkan seperti ini dulu hingga akhirnya mereka harus benar-benar berpisah.
“Maaf, harusnya aku nggak menyinggung itu sama sekali” Suara Dwiky menyiratkan rasa bersalah hingga membuat Kaitlin akhirnya memilih diam.
Kaitlin membalikkan tubuhnya dan masuk kedalam dekapan Dwiky “Jangan di bahas, biarkan aku tidur nyenyak malam ini di pelukan kamu walau untuk yang terakhir kalinya. Jangan rindu aku”
Mendengar penuturan Kaitlin membuat hati Dwiky seperti di tusuk pisau tajam. Namun Dwiky tidak menolak keberadaan Kaitlin dalam pelukannya. Ia menerima Kaitlin yang memeluknya. Dwiky mengeratkan pelukannya hingga mereka bersama terbang ke alam mimpi.
Biarkan mereka menikmati moment bahagia mereka tanpa mengingat bahwa kesedihan yang akan mereka nikmati setelahnya. Biarkan mereka mengarungi mimpi indah mereka bersama sampai malam malam dengan di temani mimpi buruk mereka akan menjadi teman mereka sepanjang malam.
Biarkan. Biarkan mereka menciptakan kenangan menyenangkan untuk mereka kenang walau akhirnya akan berakhir menyakitkan.
***Selamat membaca, semuanya. Aku tetap akan bilang, aku sayang kalian. Terima kasih masih mau bersabar nungguin cerita ini selesai. Sabar ya, sebentar lagi selesai kok.
Big Love
Cayon!
KAMU SEDANG MEMBACA
Can We? [Completed]
Teen FictionCinta akan membawamu pulang kepadaku. Meskipun langkahmu sudah terlalu jauh, aku yakin, kau akan kembali pada orang yang kau sebut rumah, yaitu aku.