28. Akhir Cerita

224 35 5
                                    


Hari ini terasa panjang sekali. Kaitlin menunggu malam datang dengan cepat. Bolak balik Kaitlin melihat jam di pergelangan tangannya. Padahal, ini masih memasuki jam makan siang. Dan ia lupa, bahwa Dwiky berada di sampingnya saat ini. Memperhatikan Kaitlin yang sedari tadi tampak gelisah menatap jam tangannya sendiri.

Dwiky menggenggam tangan Kaitlin dan membuat Kaitlin kembali fokus dan menatap Dwiky

“Kamu gelisah banget, kenapa?”

Kaitlin hanya menggelengkan kepalanya dengan senyum tipis “Nggak, aku banyak banget pekerjaan. Jadi pingin selesaikan cepat-cepat”

Dwiky hanya menganggukkan kepalanya meskipun tau, Kaitlin berbohong. Karena Dwiky tau, pekerjaan Kaitlin hari ini tidak sebanyak yang Kaitlin ucapkan tadi. Dwiky mengajak Kaitlin untuk kembali ke ruangan mereka mengingat waktu istirahat hampir habis.

Dwiky dan Kaitlin kemudian berhenti di depan ruangan Kaitlin “Nanti aku tunggu di lobby, ya? Pulang bareng”

Dengan gelagapan, Kaitlin mencari alasan untuk menghindari ajakan Dwiky “Aku pulang sama Zivia, ya? Mau ke rumah Tiffany malam ini”

Lagi-lagi, Dwiky menganggukkan kepalanya. Pura-pura mempercayai Kaitlin dengan gelagat aneh Kaitlin saat berbicara tadi.

Dwiky berdeham “Oke kalau begitu”

Dwiky menyentuh lengan Kaitlin halus “Kalau sudah sampai di rumah Tiffany, kamu kabari aku. Jangan lupa istirahat, ya?” kemudian Dwiky membelai lembut wajah Kaitlin dan beranjak dari sana.

Dwiky berjalan dengan perasaan berkecamuk. Menebak-nebak apa yang sedang Kaitlin sembunyikan darinya. Namun Dwiky hanya mampu diam tanpa bertanya apa-apa kepada Kaitlin.

Dwiky berpapasan dengan Zivia dan menghentikan langkah gadis itu “Nanti kalau sampai rumah Tiffany, jangan lupa suruh Kaitlin istirahat, ya?”

Zivia mengeryitkan dahinya “Ha?”

Tepat. Prasangka Dwiky tepat. Kaitlin menyembunyikan sesuatu.

Melihat ekspresi Dwiky, membuat Zivia merutuki dirinya sendiri. Bagaimana bisa ia lupa bahwa Kaitlin akan bertemu Raja malam ini. Dan Kaitlin menjadikan dirinya alasan agar Dwiky tidak mencurigainya. Namun dari jawabannya tadi, membuat Dwiky mungkin berpikir bahwa Kaitlin berbohong

Zivia cepat-cepat membenarkan jawabannya “Oh, iya Ky, aman, nanti gue ingetin dia istirahat. Nanti pulangnya sama gue juga kok”

Zivia berbohong dan lagi-lagi Dwiky menyadari hal itu. Dwiky hanya menganggukkan kepalanya dan pergi dari hadapan Zivia

“Bego banget Kaitlin, bukannya briefing dulu sama gue” Ujar Zivia dalam hati

***

Dan malam pun datang dengan lambat. Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam dan Kaitlin buru-buru membereskan mejanya setelah berhasil menyelesaikan seluruh pekerjaannya tak tersisa.

Dengan cepat, Kaitlin menuju halte busway yang berada tepat di depan kantornya. Mengingat dirinya tidak mengendarai mobil karena pagi tadi ia berangkat dengan Zivia.

Kaitlin menghela nafasnya berkali-kali menatap mobil dan motor yang berlalu lalang. Untungnya, Kaitlin menaiki busway dan tidak menyetir sendiri hingga ia bisa memejamkan matanya. Dengan earphone yang bertengger di telinganya. Lagu favoritnya dan Raja terputar membuat Kaitlin membuka mata lalu menutupnya lebih rapat.

Lagu ini bukan lagi milik mereka. Raja bukan lagi rumahnya dan ia juga bukan lagi rumah untuk Raja. Perasaan sakit sekali lagi menghantamnya kuat-kuat. Bahkan saat ini ia merasa bersalah pada Dwiky telah menjadikan laki-laki itu sebagai pelampiasan.

Perasaan Kaitlin sebenarnya masih abu-abu pada Dwiky. Benar, Kaitlin takut kehilangan Dwiky. Benar, Kaitlin menyayangi Dwiky. Namun, perasaan itu tak kalah besar dari harapan dan cintanya pada Raja. Raja masih jadi pemenang dalam hatinya.

Saat Kaitlin sampai pada tujuannya, Kaitlin menuruni busway dan menatap sebuah coffe shop ber-rooftops kemudian bergegas berjalan sembari menghela nafas. Setiap langkah kaki Kaitlin membuat jantungnya berdegup kencang dan hatinya semakin sakit. Karena semakin dekat tujuannya, semakin dekat pula perasaannya akan hancur berkeping-keping lebih dari kemarin.
Hari ini, hubungan mereka akan resmi kandas dan semua mimpi dan angan mereka akan hilang.

Kaitlin menatap punggung itu dari luar. Dan lagi-lagi Kaitlin kembali menghela nafas. Kemudian Kaitlin membuka pintu kaca itu dan dingin langsung menyambutnya.

Kaitlin langsung menarik bangku dan duduk tepat di hadapan Raja. Sudah lama sekali rasanya ia tidak menatap wajah itu. Lama sekali.

Raja menatapnya dalam. Setelah berbulan-bulan, akhirnya mereka menikmati pemandangan terindah dalam hidup mereka. Air mata Kaitlin spontan keluar saat menatap wajah Raja berhasil mengingatkan ia pada rasa sakitnya.

“Kita bicara di rooftops” Tanpa menunggu Kaitlin, Raja berlalu begitu saja membuat Kaitlin benar-benat terpukul.

Kaitlin hanya mampu mengikuti Raja dari belakang. Raja menuju rooftops yang tidak ada orang disana. Hanya mereka berdua. Raja menumpu tangannya di pembatas.
Membalikan memutar tubuhnya ke arah samping yang terdapat Kaitlin disana. Menatap jauh ke langit malam yang kini hanya ada bintang di sana.

“Mungkin kamu sudah menebak apa yang mau aku bicarakan ke kamu” Mendengar kalimat pembuka dari Raja, Kaitlin hanya diam dan menganggukkan kepalanya.

“Sebelumnya, aku minta maaf sudah hilang beberapa bulan ini tanpa kabar sama sekali. Aku sengaja, agar kamu melupakan aku”

Kaitlin menoleh ke arah wajah raja yang mengajarkan hal itu tanpa rasa bersalah sama sekali. Padahal, Raja merasa pisau menusuknya berkali-kali setiap satu kata berhasil menyakiti Kaitlin

“Mudah ya, bicara begitu. Seolah-olah semua yang kita lewati nggak pernah ada harganya”

“Semua yang berharga punya waktu masing-masing untuk kehilangan harganya” Raja menimpali perkataan kaitlin.

“Seenggaknya kamu memutuskan hubungan kita dari awal agar aku nggak terlalu berharap kalau kamu akan kembali. Kalau tau begini, seharusnya kamu nggak perlu muncul di hadapan ku sama sekali"

“Sekali lagi aku minta maaf sama kamu untuk hal-hal yang buat kamu sakit selama ini. Dan aku juga berterima kasih untuk tiga tahun yang sudah kita lewati berdua,-“ Raja menjeda kalimatnya sambil menghela nafas

“Kamu tau aku sudah mau menikah. Dan aku harap, kamu akan segera menemukan kebahagiaan kamu yang bukan lagi aku” Mendengar penuturan Raja, Kaitlin diam.

Raja menghela nafasnya, kata-kata yang akan ia keluarkan membuat rongga dadanya menyempit “Keputusan ini yang terbaik untuk kita. Diantara kita berdua ternyata kita sudah memiliki akhir, yang berakhir bukan dengan kata kita. Tapi kamu dengan bahagiamu dan aku dengan bahagiaku”

Kaitlin menundukkan kepalanya dan menangis “Aku kira kamu bercanda waktu itu. Ternyata, akhirnya memang harus begini, ya?”

“Kita nggak bisa memaksakan kehendak untuk terus sama-sama. Aku akan menyakiti kamu lebih dalam kalau kita memaksakan hubungan kita untuk terus berlanjut”

“Jadi, kamu sudah menemukan jawaban kamu tentang aku, kan?”

Kaitlin menoleh ke arah Raja, bagaimana laki-laki ini bisa tau pertanyaannya.

“Jawaban dari pertanyaan kamu sudah aku jawab. Akhir dari cerita kita berakhir seperti ini”

“Boleh aku peluk kamu?” Ujar Raja. Bisa-bisanya ia meminta sebuah pelukan perpisahan pada Kaitlin saat Kaitlin sibuk mengembalikan kesadarannya.

Kaitlin linglung, ia kira ini hanya mimpi. Setelah Raja merengkuhnya dalam peluk, di situ Kaitlin sadar bahwa ini bukan mimpi. Ini adalah kenyataan. Ia dan Raja berakhir.

Setelah pelukan mereka terlepas, Kaitlin menatap dalam mata Raja “Kalau memang akhirnya harus begini, aku terima. Semoga kamu bahagia, Ja”

Kaitlin kemudian pergi dari hadapan Raja. Petir menyambar berkali-kali dan perlahan hujan mulai turun satu persatu hingga ribuan temannya datang kembali untuk membasahi bumi malam ini.

Kaitlin berjalan tanpa arah. Hujan malam itu menambah kesialannya. Namun hujan mampu menyamarkan air mata yang membasahi pipinya sejak tadi.

Langkah Kaitlin terseok-seok. Ia mencoba menemukan kepingan hatinya yang berserakan. Namun hatinya tak lagi utuh sejak pertama kali Raja mengumumkan bahwa ia memiliki calon istri. Dan separuh hati Kaitlin tertinggal pada Raja yang tidak bisa ia minta untuk dikembalikan.

Kaki Kaitlin tersandung dan membuat gadis itu terjatuh. Tangisnya makin menjadi dan ia berteriak di tempat sepi yang siapapun tidak bisa menyaksikan kehancurannya.

Kaitlin berkali-kali menekan dadanya dan merintih kesakitan. Sakit di hatinya tak mampu hilang. Hatinya tak akan mampu kembali. Ia kepalang hancur. Berkeping-keping.

"Gue kira nggak akan sesakit ini" Ujarnya bermonolog.

Hujan deras seolah tau jika mereka tengah membutuhkan hal yang mampu menyamarkan air mata mereka.

Kaitlin tidak tau, ada sepasang mata yang sedari tadi mengikuti langkahnya. Menatap tangisnya. Mendengar rintihan dan teriakannya.

Dwiky di sana. Menyaksikan semuanya dari awal. Bagaimana tatapan terluka Kaitlin menatap Raja dalam. Bagaimana Kaitlin akhirnya menerima hubungan mereka yang berakhir. Menatap bahwa ia masih kalah oleh keadaan.

Dengan perlahan, air mata Dwiky pun jatuh di sela hujan yang membasahi dirinya. Kaitlin masih begitu mencintai Raja.

Dwiky tidak berusaha menghampiri Kaitlin. Dwiky hanya memantau kemana arah kaki Kaitlin membawanya. Dwiky membiarkan Kaitlin menikmati kehancurannya. Biarlah saat ini ia hanya mampu menyaksikan tanpa melakukan apapun.

Tanpa mereka tau, sepeninggal Kaitlin tadi, Raja jatuh tersungkur. Tangis kencangnya di telan suara guntur dan hujan deras. Berkali-kali berteriak dan merintih serta memukuli dadanya.

Semuanya berakhir. Kisah cintanya berakhir.

***

Selamat membaca.
Big Love
Cayon!

Can We? [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang