Setelah keluar dari toilet, Gracia dan Renata kembali ke meja mereka. Dimana Dimas sudah kembali duduk disana, dan ada makanan mereka di meja tersebut. Masih sedikit berasap menandakan pesanan mereka belum lama telah disiapkan.
Kedua gadis itu duduk yang berhasil mengundang atensi Dimas dari layar handphonenya. Melihat keadaan dua gadis itu. "Lo gapapa, dek?" Tanyanya pada Renata. Terlihat khawatir, semua karena kejadian tadi.
Renata mengangguk dan tersenyum tulus. Seolah memberitahukan pada kakaknya itu bahwa ia baik-baik saja. "Emang tadi siapa sih? Rese banget keliatannya." Dimas sama kesalnya dengan Gracia tadi, mereka sama-sama menggerutu mengingat sikap menyebalkan Hana beberapa saat yang lalu. Dimas tentu melihat kejadian itu dengan jelas, apalagi posisinya yang duduk menghadap kearah meja tempatnya sebelumnya. Dia dengan jelas melihat gadis itu menumpahkan jusnya kearah Renata dengan sengaja.
"Hanya temen."
"Temen kok gitu?"
"Udah, Mas. Itu orang nyebelin, lain kali kalo gue ketemu dia lagi, liat aja gue bales dia," ujar Gracia, dengan gemas dirinya mengepalkan kedua tangannya. Membayangkan jika dia sedang menarik rambut milik gadis kurang ajar tadi.
"Yang penting lo gapapa, kan? Dia gak mukul lo, kan?" Renata sekali lagi mengangguk meyakinkan Dimas.
"Gue gapapa."
"Yaudah kalian makan aja dulu, terus nanti langsung balik. Lo pake aja mobil, gue dianterin balik sama temen-temen gue, soalnya kita masih mau jalan." Jelas Dimas yang juga seperti meminta izin, dua gadis itu manggut mengerti. Memberikan kunci mobil pada Renata sebelum kembali ke meja teman-temannya.
Setelah makan mereka segera pulang seperti perintah Dimas tadi. Dan sekarang hari sudah menjelang malam, senja mulai menyembunyikan sinarnya, dan digantikan dengan gelapnya langit yang dihiasi ribuan bintang. Renata melepaskan jaket milik Gracia lalu mengembalikannya ketika mereka berada didalam mobil. Gracia menghela nafasnya, tapi tetap menerima kembali jaketnya.
Gadis itu menyesap coffee lattenya yang sempat ia pesan untuk take away sebelum mereka pulang. Menyodorkan pada Renata, dan Renata menyesapnya tanpa menolak meski sudah bekas gadis itu. Setelah itu Gracia kembali meminumnya, sembari memperhatikan jalanan didepannya.
"Nata."
"Hm?"
Gracia diam, tidak melanjutkan ucapannya, membuat Renata mengerutkan alis dan melirik gadis itu sebentar. "Kenapa?"
Gracia menggeleng, "Gak jadi."
Renata diam, tidak membuka suara lagi. Perkiraannya Gracia tadi hendak membahas soal percakapan mereka di apartement, namun ia terlihat ragu. Baguslah karena Renata juga sedang tidak ingin membahasnya.
Beberapa menit keheningan mengisi mereka, Renata yang penasaran dengan apa yang membuat gadis disebelahnya terdiam langsung melirik kearahnya. Dilihatnya Gracia yang sudah tertidur nyenyak dengan kepala tersandar dijendela mobil. Renata langsung memelankan laju mobilnya, takut jika ia akan melukai kepala Gracia jika mobilnya terlalu bergerak.
Renata menggeleng pelan sebelum kembali memfokuskan pandangannya ke jalan. Tiba di basement apartement nya, Renata tidak tega harus membangunkan Gracia. Tapi yang pastinya mau tidak mau ia akan melakukan itu.
"Gre, bangun." Renata menepuk pelan pipi sahabatnya. Gracia mengerang pelan dan membuka matanya.
Renata membukakan seatbelt nya selagi Gracia masih mengumpulkan kembali kesadarannya. "Lo ngantuk banget?" Gracia mengangguk pelan.
"Yaudah, nginep aja. Gak baik nyetir kalau lagi ngantuk." Gracia hanya menurut. Mereka pun turun dari mobil kemudian berjalan kearah lift.
Mereka berdua menaiki lift, Gracia bersandar pada dinding karena rasa kantuk yang masih menyerang dirinya. Renata tersenyum tipis dan berdiri disebelahnya, siaga jika gadis itu akan jatuh karena kantuk ia akan langsung menangkapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Us || gxg (End)
Ficção Adolescente"Ta, lo anggap gue apasih?" "Ya sahabat lah, emang apa lagi?" "Sahabat? Jadi selama ini yang kita lakuin cuman sebatas sahabat doang?" "Gre. Lo berharap apa sama hubungan kita?" "Gue yakin lo punya rasa yang sama kayak gue." "Tapi lo tau kan gi...