Between Us 10

8.1K 392 2
                                    

"Because i have crush on you. Gue suka sama lo, Renata."

Renata menatap Gracia dengan tatapan terkejutnya. Apa gadis itu serius dengan ucapannya? Dia tidak ingin ketakutannya selama ini benar-benar terjadi sekarang.

"Gre?" Panggil Renata pelan. Menatap gadis didepannya itu tepat pada kedua bola matanya. "Lo pasti tau dengan hubungan kayak gitu kan?"

"Perasaan lo ke gue itu salah, Gre."

Gracia menghela nafasnya. "Gue tau, Na. Tapi gue gak bisa bohongin perasaan gue lagi. Perasaan ini udah ada sejak bertahun-tahun lamanya, namun gue selalu menepisnya karena takut lo bakal ngejauhin gue kalau tau yang sebenarnya. Tapi ngeliat perlakuan lo semalam, sekarang gue udah gak ragu lagi. Lo juga ngerasain sama kayak yang gue rasain kan?"

"Kalo boleh jujur, perasaan gue kayak gini cuman ke lo doang, Ta. Lo cewek pertama yang berhasil bikin gue baper dengan semua perhatian manis lo ke gue. Gue tau ini mungkin terlalu mengejutkan, tapi rasa ini timbul gitu aja, Nata. Gue nyaman sama lo." Gracia meraih Tangan Renata untuk digenggamnya. Namun Renata hanya diam, bergelut dengan fikiran dan hatinya. Tidak percaya jika Gracia akan confess padanya, mengatakan perasaannya yang sebenarnya pada gadis itu. Ada rasa cemas dihatinya saat tahu penuturan sahabatnya itu.

Gracia menatap Renata dengan lamat. "Ta, lo juga punya rasa yang sama kayak gue kan?" Terlihat dari mata gadis itu yang penuh harap, Renata membalas tatapannya dengan tatapan yang penuh arti. Lama gadis itu terdiam tidak menjawab pertanyaan Gracia. "Nata?"

"Gre, gue..." Gracia mengangkat alisnya kala Renata menggantungkan ucapannya. Gadis itu belum siap untuk mengatakan yang sebenarnya, keraguan masih menyerang dirinya.

"Gue gak bisa." Tiga kata itu membuat Gracia seakan diterjang kuat-kuat oleh gadis itu. Mulutnya tiba-tiba terkatup rapat setelah mendengar ucapan Renata barusan.

"Gue-"

Tok... Tok... Tok...

"Gre? Nata?"

Ucapan Renata terpotong karena ketukan pintu. Renata berjalan kearah pintu dan membukanya, itu Dimas. Pria itu menatap kedua gadis tersebut secara bergantian. Mengapa suasananya terasa begitu tegang?

"Lo berdua mau nemenin gue gak?"

Disinilah mereka sekarang. Berada didalam mobil yang sama, ditemani kesunyian. Tidak ada percakapan sama sekali, benar-benar terasa canggung. Dimas sesekali melirik Renata dan Gracia, dua gadis itu terlihat sama-sama menghindari obrolan. Biasanya jika mereka sudah bertemu pasti akan ramai dengan suara mereka, entah membahas hal yang tidak penting pun. Dimas merasa aneh, apa mereka sedang bertengkar?

"Kok lo berdua diem-dieman gini? Lagi berantem?" Renata dan Gracia sama-sama menoleh, melirik sekilas pada pria itu lalu kembali sibuk dengan fikiran mereka masing-masing. Posisinya Dimas yang menyetir, Renata duduk di jok sebelahnya, dan Gracia di jok belakang. Dimas semakin mengerutkan alisnya bingung karena tidak salah satu dari kedua gadis itu ada yang menjawab pertanyannya.

Pada akhirnya Dimas tidak mengeluarkan suaranya lagi, ikut terlarut dengan keheningan dua gadis tersebut. Namun sesekali pria itu berdehem untuk sedikit mencairkan suasana, namun tidak berhasil, seperti berada ditengah-tengah dua orang yang sedang perang batin.

Dimas memberhentikan mobilnya, mereka singgah disebuah cafe. Cukup terkenal dikalangan anak muda. Niatnya tadi Dimas ingin mengajak dua gadis itu untuk bersantai, namun sepertinya keadaannya cukup tidak tepat. Tapi disinilah mereka sekarang.

Dimas berjalan lebih dulu, meninggalkan Renata dan Gracia yang masih saling diam sejak tadi itu. Keduanya sama-sama tidak melirik, bahkan berjalan hampir dengan jarak satu meter. Entah kenapa mereka jadi saling membisu seperti ini.

Between Us || gxg (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang