Between Us 36

4.1K 205 22
                                    

"Apa-apaan ini?!"

Gracia dan Renata refleks memundurkan dirinya, memberi jarak. Memandang orang yang berdiri dibelakang mereka yang nampak shock dengan pemandangan barusan.

"Sa-Satria? L-Lo kok udah balik?" Gracia bertanya dengan gugup. Detak jantungnya yang sejak tadi berirama cepat kini semakin cepat dengan keberadaan sepupunya yang tidak terduga itu.

"Gue disuruh om Tino balik duluan karena katanya lo lagi gak enak badan dan cuman berdua bareng Renata. Tapi apa yang gue lihat barusan?"

"Lo berdua...."

Renata sudah tidak dapat berkata-kata. Layaknya sudah tertangkap basah kini mereka berdua hanya bisa terdiam didepan Satria yang masih terkejut.

"Bisa tolong jelasin?" Satria mendesak kedua gadis yang hanya saling diam didepannya itu.

Gracia maju dan menyentuh lengan sepupunya itu, "Sat, biar gue yang ngomong sama lo." Ia kemudian melirik Renata yang masih berdiri diam disana dengan keadaan yang cukup berantakan. "Ta, lo masuk kamar aja ya?"

Renata menatap Gracia dengan khawatir. Bagaimana Gracia akan menjelaskan ke Satria? Namun Gracia dengan cepat melemparkan tatapannya dan memberitahu bahwa ia akan baik-baik saja, ia bisa mengurus hal ini. Dengan ragu-ragu akhirnya Renata berjalan meninggal kedua orang itu pergi menuju kamarnya dilantai dua.

••••

Satria melepaskan jasnya dan melemparkan ke salah satu sofa, ia melonggarkan dasinya dan menggulung lengan kemejanya hingga sikut. Ia duduk diam dan hanya menatap Gracia yang masih berdiri disana. Perlahan Gracia pun duduk disofa berseberangan dengan Satria, mereka dijarakkan oleh meja didepan mereka.

"Sekarang jelasin apa yang lo lakuin tadi dengan Renata didapur." Sekali lagi Satria kembali mendesak. Gracia meremas kedua tangannya merasa gugup, sungguh ia sedang menyiapkan dirinya untuk berbicara. Beri ia waktu.

Melihat Gracia yang masih terdiam, Satria menghela nafasnya. "Gre, kalo kayak gini gue gatau mau ngomong apa sama om Tino." Gracia segera mengangkat kepalanya kearah Satria yang menatapnya dengan tatapan penuh arti.

"Satria, lo gak perlu ngomong ke bokap gue. Gue sendiri yang bakal ngomong ke Papa kalau gue udah menemukan waktu yang tepat."

Satria sekali lagi menghela nafasnya. "Lo bukan anak kecil lagi yang pada akhirnya hanya menganggap semua hal itu bukan apa-apa. Gue tau lo sangat sadar dengan semua konsekuensi yang ada."

Gracia terdiam ditempatnya. Ia tidak berani menatap sang sepupu. Satria bangkit dari sofa kemudian mendekat kearah Gracia, ia duduk tepat disebelahnya. Satria meraih kedua tangan Gracia yang bergetar untuk digenggam oleh tangan besarnya. "Heii... Gue gak ambil pusing tentang hubungan lo dan Renata. Gue bukan orang kuno yang hidup di tahun 40an, dengan pehamaman gue sendiri gue mengerti soal definisi cinta seperti apa. Gak usah cemas soal pandangan gue ke elo, itu gak akan pernah berubah sekalipun gue tau rahasia besar lo ini."

"Gue cuman khawatir sama lo, apa lo bisa melewati semuanya?"

Air mata Gracia jatuh begitu saja. Satria dengan lembut menarik gadis itu kedalam pelukannya, mengelus kepalanya dengan pelan yang bersandar didada bidangnya. Gracia juga sudah seperti adiknya sendiri. Ia dan Sarah memiliki hubungan yang sangat erat dengan Gracia.

"Lo kenapa gak pernah cerita sama gue?"

Satria membiarkan Gracia terisak didadanya, bahkan ia bisa merasakan kemejanya itu sudah basah. "Dimata gue lo masih anak kecil yang ceroboh, jadi gue khawatir." Canda Satria berusaha untuk menghiburnya.

Between Us || gxg (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang