Pagi ini kediaman Kertawijaya nampak sibuk menghias untuk pesta ulang tahun Rian.
Renata yang berada disana juga nampak sibuk memindahkan beberapa barang ke halaman belakang.
Rian, sang pemilik pesta nanti hanya bermain gadget disofa. Gracia menendang kaki adiknya itu karena merasa menghalangi jalannya, padahal disebelahnya masih luas. "Minggir kek lo." Decaknya kesal. Ia membawa banyak barang ditangannya.
"Bukannya bantuin juga," sambungnya lagi.
"Gue yang ulang tahun, jadi hari ini gue harus dispesialkan. Udah, sana lanjut." Rian beranjak dari sofa pergi ke kamarnya.
Gracia mendengus kemudian melanjutkan pekerjaannya. Ia melirik Renata sebentar.
"Bisa nggak?"
Renata hanya mengangguk pelan. Tidak lama kemudian akhirnya ia selesai, gadis itu menyeka keringatnya yang turun didahi. Gista datang dan menghampiri keduanya.
"Kak," panggilnya pada Gracia. Dua gadis itu menoleh.
"Iya, Ma?"
"Kamu tolongin mama ya?"
"Tolongin apa, Ma?"
Gista mengeluarkan secarik kertas dari kantong apronnnya. "Beliin mama bahan kue. Sama Nata deh, biar ditemenin. Soalnya mama kelupaan, masih banyak yang mau dikerjain juga."
"Oke, Ma..." Gista kembali ke dapur.
"Bentar gue ambil jaket dulu."
Renata memutar badannya dan berjalan menuju lantai dua, mengambil jaket dan kunci mobil yang ia taruh dikamar Gracia.
Diperjalanan, Renata sesekali melirik Gracia yang ada disebelahnya. Gadis itu nampak sibuk memperhatikan jalanan tapi Renata tahu gadis itu sedang bergelut dengan pikirannya.
"Rian pasti seneng banget pas liat hadiah dari gue." Renata membuka pembicaraan. Gracia hanya menoleh sekilas, menyandarkan kepalanya disandaran jok.
"Apa?"
"Lo bisa nebak, tapi kayaknya lo tau deh..."
Gracia mengangkat sebelah alisnya, "Jangan bilang...?"
Renata tersenyum dan mengangguk, menaik-turunkan alisnya dengan bangga.
"Dia sampe mohon-mohon ke bokap gue tapi gak di izinin. Bisa-bisanya lo malah beliin dia itu."
"Gak papa, sweet seventeen kan. Harus agak spesial dikit dari birthday-birthday sebelumnya. Nanti gue yang ngomong ke Om Tino."
Gracia mengangguk sekilas. "Hm, ya."
Dalam hati Renata menghela nafas lelah. Entah mengapa akhir-akhir ini respon Gracia terhadapnya lebih sering singkat, dan beberapa kali ia menyadari bahwa Gracia hendak menjauhinya. Karena ketika mereka mengobrol Gracia akan lebih sering cepat-cepat mengakhiri pembicaraan mereka membuat Renata bingung apa yang harus ia lakukan.
Bahkan dirinya sering menanyakan apakah Gracia masih marah tentang hari itu atau tidak, tapi Gracia akan terus menjawab bahwa dirinya tidak marah dan sudah melupakan pertengkaran mereka tempo hari, hanya saja moodnya sedang berubah-ubah akhir-akhir ini.
Renata hanya bisa diam dan mengangguk mengerti.
Jauh didalam hatinya, Renata sangat menyayangkan situasi mereka berdua saat ini. Terasa jauh satu sama lain, rasanya ada dinding yang tinggi yang memisahkan mereka.
Mobil berhenti, mereka singgah ditoko kue langganan Gista. Pemiliknya juga adalah teman masa SMA orang tua Gracia dan Renata, jadi mereka sangat mengenal dekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Us || gxg (End)
Teen Fiction"Ta, lo anggap gue apasih?" "Ya sahabat lah, emang apa lagi?" "Sahabat? Jadi selama ini yang kita lakuin cuman sebatas sahabat doang?" "Gre. Lo berharap apa sama hubungan kita?" "Gue yakin lo punya rasa yang sama kayak gue." "Tapi lo tau kan gi...