Hari ini kedua mempelai sudah bersiap. Hari yang ditunggu-tunggu, hari dimana mereka akan mengucap janji dihadapan tuhan yang akan mengikat mereka sampai maut memisahkan. Gracia sedang menunggu Renata yang masih giliran di rias.
Gracia mendengar suara pantofel mendekat kearahnya, ia menoleh. Ternyata itu Satria yang sudah rapi dengan setelan jas hitamnya, laki-laki itu terlihat sangat tampan. Ia memberikan dua buah buket bunga kecil kepada Gracia. "Kenapa belum turun? Lama banget perasaan, tante Gista nyuruh gue ngecek kalian."
"Nata masih di make up,"
"Ribet banget dah lu cewek-cewek. Kalo udah langsung turun ya,"
Gracia mengangguk setelah itu Satria kembali turun kebawah. Gracia memutar kenop pintu disebelahnya kemudian memunculkan kepalanya dengan perlahan. Ia melihat Renata yang sedang di rias oleh make up artist, mereka menggunakan model gaun yang sama karena mereka sebagai pendamping pengantin wanita bersama dengan beberapa gadis lainnya yang diminta langsung oleh sang pengantin.
Gracia mendekat pada Renata, menatap pantulan gadis itu dari kaca didepannya. Tanpa sadar mulutnya terbuka sedikit, ia sangat mengagumi kecantikan gadis itu yang luar biasa.
Ck, punya pacar kok cantik banget, kalo kayak gini mah gue gak papa kalah saing. Gracia masih asik memandangi Renata yang masih sementara dipoles, tinggal beberapa sentuhan terakhir.
"Awas keselek lalat," celetuk Renata.
Gracia sontak menutup mulutnya dan mengubah ekspresinya kembali seperti biasa. Ia kemudian hanya berdiri disebelah Renata sampai gadis itu selesai di rias.
"Nah, sudah selesai, kak. Apa ada yang kurang?" Tanya sang make up artist setelah menambah polesan terakhir dibibir Renata.
"Udah mbak, udah cantik banget temen saya." Celetuk Gracia. "Ayo, yang lain udah pada nunggu dibawah." Ajak Gracia, pasalnya mereka sudah hampir terlambat.
••••
Mobil pengantin berhenti tepat didepan gereja dimana dilaksanakannya pernikahan. Mempelai laki-laki sudah berdiri siap didalam sana, Renata dan Gracia turun dari mobil. Mereka berdua dan dua gadis lainnya yang notabennya adalah sahabat dekat mempelai wanita berjalan dibelakang untuk menggiring sang pengantin masuk kedalam mengantarkannya sampai ke altar.
Setelah beberapa prosesi mereka sampai pada pengucapan janji. Kedua pengantin saling berpegangan tangan dan menatap mata masing-masing, mengucapkan ikrar janji pernikahan dengan lantang dan keyakinan penuh dihadapan pendeta dan para hadirin.
Renata menggenggam tangan Gracia diam-diam, mereka turut senang atas hari bahagia hari ini. Semua orang lantas bersorak riuh dan bertepuk tangan ketika kedua pengantin berciuman dihadapan semua orang. Semua orang nampak tersenyum lebar.
"Kita bisa gak ya kayak gitu?" Tukas Gracia dengan suara pelan, meski tersamarkan dengan suara orang-orang namun Renata masih dapat mendengarkannya. Renata tidak membalas apapun, ia hanya melirik kearah Gracia yang sibuk memperhatikan kedua mempelai yang sudah turun dari altar kemudian menyapa para hadirin.
Renata mengeratkan genggamannya ditangan Gracia lalu ikut bersorak untuk kedua mempelai yang kini sudah sah menyandang status sebagai pasangan suami istri.
Acara terus berlanjut, kini Renata dan Gracia sedang duduk disalah satu meja sama seperti para hadirin yang sedang di hidangkan beberapa makanan dan cemilan. Mereka mengobrol dengan beberapa sepupu dekat Gracia.
"Kenapa, Gre? Kok pucet?" Renata yang menyadari Gracia yang lebih banyak diam hari ini dan wajahnya sedikit pucat.
Gracia menggeleng kecil. "Pusing dikit,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Us || gxg (End)
Teen Fiction"Ta, lo anggap gue apasih?" "Ya sahabat lah, emang apa lagi?" "Sahabat? Jadi selama ini yang kita lakuin cuman sebatas sahabat doang?" "Gre. Lo berharap apa sama hubungan kita?" "Gue yakin lo punya rasa yang sama kayak gue." "Tapi lo tau kan gi...