Happy reading guyss!!!
Gracia's POV
Suntuk banget seharian penuh cuman bisa rebahan terus. Disebelahku ada Renata yang lagi nyiapin makanan, ia kemudian berbalik terus duduk.
"Gue suapin," ucapnya yang langsung kubalas gelengan pelan.
"Gue bukan lumpuh, gue bisa sendiri."
Renata pun pasrah lalu membiarkanku makan sendiri. Ia membantuku merubah posisi menjadi duduk, menaikkan setelan bangsal rumah sakit ini agar aku bisa bersandar. Ya, kemarin aku dilarikan ke rumah sakit setelah tiga hari dirumah dan tiba-tiba drop.
Kata dokter aku kecapean, dan tipes ku juga kambuh. Renata dengan paniknya ngomel-ngomel bahkan dari UGD sampe aku dibawa ke kamar inap. Selama dua minggu ini memang tidur dan makan ku tidak teratur, nggak tahu kenapa tapi rasanya males aja. Makan juga kalo inget doang, begitu pun kalo tidur.
Dengan sedikit kesusahan aku makan perlahan, karena tanganku tidak kuat sendokku jadi lepas dan terjatuh.
"Batu banget sih dibilangin kan susah, sini biar gue aja yang suapin." Renata mengomel lagi kemudian mengambil alih makananku.
Rian yang ada disofa hanya enteng saja mendengar kerusuhan kami berdua. Papa sama mama pulang duluan, dari semalam mereka menjagaku disini. Begitu juga Renata, tapi aku langsung menyuruhnya pulang dan tadi pagi, matahari belum memunculkan dirinya pun dia sudah ada disini.
Aku pun makan bersama Renata yang menyuapiku dengan sabar meski aku banyak menye-menye nya. Sangat hati-hati dan pelan, ia bahkan meniupi makananku hingga dingin agar aku tidak kesusahan. Setelah makan ia membantuku meminun obat.
"Dikit lagi, ayo." Aku menggeleng dan menutup mulutku rapat-rapat.
Renata menghela nafas, dia paling tahu kalau aku paling susah disuruh minum obat. Kalau bisa milih aku lebih mending di infus dua tangan selama berhari-hari disini daripada harus minum obat, tapi nyatanya harus minum obat juga.
"Gre, lo lagi sakit. Nurut dulu bentar," nampaknya ia mulai frustasi denganku.
"Gue gak suka, Ta." Aku tetap menolak untuk minum obat.
"Nggak lama kok, Gre. Obatnya harus diminum. Sini gue bantuin," Renata kembali membujukku, ia mengambil segelas teh yang tadi ia buatkan untukku dan memegang dua butir pil obat ditangannya.
"Bisa kok, bisa. Langsung telan, gak bakal kerasa pahitnya kalo bareng teh."
Akhirnya aku pun mau, dengan cepat aku memasukkan obat tersebut kedalam mulutku, sebelum aku memuntahkannya kembali Renata segera menahan rahangku dan meminumkanku teh tersebut. Obat itu pun tertelan.
"Huh, kayak anak kecil aja." Dirinya tertawa kecil melihatku.
"Biarin," cibirku dengan kesal.
Ia membersihkan kekacauan yang terjadi, bahkan membantuku membersihkan baju ku yang sempat terkena tumpahan teh tadi. Setelah itu dia tidak meninggalkan tempat duduknya yang ada disebelah kasurku.
"Mau langsung tidur?" Aku menggeleng pelan.
"Gue kupasin buah, ya." Ia kembali bangkit, mengambil sebuah apel dari dalam kulkas lalu mengupasnya untukku. Ia juga mencucinya terlebih dahulu sebelum memberikannya padaku. Rian tiba-tiba izin keluar untuk pulang sebentar.
Renata hanya duduk sambil memperhatikanku memakan buah. "Lo kenapa sih bisa sampe sakit gini?" Tangannya memainkan selang infusku yang tersambung ke tanganku.
"Gak kenapa-kenapa. Emang takdirnya aja gue dikasih sakit sama tuhan." Balasku yang sedang serius menonton tv.
Kudengar helaan nafas pelan keluar dari mulutnya, "Lo lagi banyak fikiran ya, Gre?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Us || gxg (End)
Teen Fiction"Ta, lo anggap gue apasih?" "Ya sahabat lah, emang apa lagi?" "Sahabat? Jadi selama ini yang kita lakuin cuman sebatas sahabat doang?" "Gre. Lo berharap apa sama hubungan kita?" "Gue yakin lo punya rasa yang sama kayak gue." "Tapi lo tau kan gi...