"Gue pasti lagi mimpi." Renata membuang nafasnya dengan kasar, dan membalikkan tubuhnya. Meringkuk diatas kasur dengan sebuah bantal yang menutupi wajahnya.
"Dia pasti cuman lagi mabok, makanya ngelakuin hal aneh kayak gitu." Monolognya sendiri.
"Tapi kan kalo orang lagi mabok apa yang diomongin itu bener."
"Arrghhh.... Gatau."
Renata lagi-lagi menghela nafas kasar. Baru kali ini dia uring-uringan seperti ini, cuman karena ucapan Gracia semalam. Ia pun kembali meraih handphonenya yang terletak disebelahnya. Menatap pada layar persegi itu yang memperlihatkan room chat nya dengan Gracia. Chat terakhir tepat setelah ia mengantarkan gadis itu pulang, dan ketika dia tiba di apartement gadis tersebut mengiriminya chat dengan ucapan selamat malam dan selamat tidur. Bahkan dengan satu kalimat terakhir yang membuatnya lagi-lagi kaget, 'Love you'.
Kalimat yang sama yang ia ucapkan ketika di club. Apakah semalam gadis itu benar-benar mabuk atau tidak?
Renata menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Tidak tidak tidak, dia bisa gila memikirkannya. Lalu dengan berat hati Renata merubah posisinya menjadi duduk, mencepol rambutnya asal. Dan saat hendak beranjak, getaran handphonenya membuat ia menghentikan pergerakan.
Gracia
|heh
|lo gak ke kampus?
Seen 9.18Renata mengerjapkan matanya, hanya menatap handphonenya itu. Lalu melihat Gracia kembali mengetikkan sesuatu membuat ia tiba-tiba saja menjadi gugup entah kenapa.
|di read doang bgst?
|woi
|renata
|anjg
Seen 9.21Haruskah ia membalasnya? Oke baiklah.
gue telat bangun|
absenin ya|Bisa aja lo ngelesnya, padahal mah emang gamau ketemu. -Renata
|y
Renata menghela nafas, entah sudah berapa kali dia menghela nafas pagi ini. Namun satu chat masuk dari Gracia kembali membuatnya menghela nafas lagi dan lagi.
Gracia
|abis kelas gue ke apart lo
Gadis itu membanting dirinya keatas kasur, menutup wajahnya dengan bantal. "Please, gue gamau ketemu lo dulu."
•★•
Sepertinya menghela nafas adalah kebiasaan baru untuk Renata sekarang. Melihat kearah jamnya yang dimana sudah menunjukkan hampir pukul sebelas. Kelas Gracia akan berakhir sebentar lagi. Entah mengapa dirinya terlalu cemas untuk bertemu Gracia hari ini. Rasanya dia akan cukup canggung pada gadis itu.
"Lo kenapa sih, dek?"
Renata menoleh pada Dimas yang baru keluar dari dapur. Membawa semangkuk indomie nya yang baru selesai ia buat sendiri.
"Gue udah lama gak makan ginian. Gue liat dilemari lo ada dua bungkus, perasaan lo gak suka makan instan ginian deh?"
"Bukan gue, punya Gracia."
"Dia sering nginep disini?"
Renata mengangguk. Melirik sebentar kakak laki-lakinya yang sudah menyantap mie instannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Us || gxg (End)
Teen Fiction"Ta, lo anggap gue apasih?" "Ya sahabat lah, emang apa lagi?" "Sahabat? Jadi selama ini yang kita lakuin cuman sebatas sahabat doang?" "Gre. Lo berharap apa sama hubungan kita?" "Gue yakin lo punya rasa yang sama kayak gue." "Tapi lo tau kan gi...