Between Us 16

8.3K 380 22
                                    

Hari ini Gracia sudah pulang. Rian dan Dimas datang untuk menjemput Gracia dan Renata, membantu mereka.

Gracia nampak begitu segar, tidak pucat seperti tempo hari yang sempat membuat Renata sangat cemas. Keduanya berjalan dibelakang Rian dan Dimas yang sedang memasukkan barang-barang Gracia kedalam mobil.

Diwajah keduanya terpatri senyuman manis. Entah apa penyebabnya namun terlihat mereka dalam suasana hati yang sedang bagus pagi ini.

"Ini pada kenapa dah? Lain lagi penyakitnya? Lo ketularan juga, Ta?" Heran Dimas saat melirik kedua gadis itu sedang tersenyum-senyum.

Setelah semuanya dimasukkan mereka masuk kedalam mobil, menuju ke rumah Gracia. Di dalam mobil Rian dan Dimas berbicara tentang pertandingan basket yang akan diadakan beberapa hari lagi.

"Lo berdua mau ikut gak? Kan kebetulan pertandingannya weekend, izin dua hari tiga hari gak papa lah..."

"Lo mau?" Renata bertanya pada Gracia.

"Boleh deh."

Mereka menyempatkan diri untuk berhenti di restoran cepat saji untuk makan, namun Gracia harus menahan kesal dengan wajah cemberutnya karena Renata tidak mengizinkannya untuk menyentuh makanan cepat saji tersebut karena dirinya baru saja sembuh.

"Ta, bagi dikit dong."

Renata melirik Gracia yang duduk dikursi sebelahnya, wajahnya nampak begitu memelas, itu membuatnya merasa tidak tega. Kemudian Renata akhirnya menyiapkan sepotong chicken nugget nya untuk Gracia, gadis itu langsung tersenyum senang.

Renata tertawa kecil.

Setelah mereka selesai makan, mereka segera menuju ke kediaman Kertawijaya untuk mengantarkan Gracia pulang. Dimas dan Renata membantu menurunkan beberapa barang sekalian mereka berpamitan pada kedua orang tua Gracia.

"Besok gue kesini."

"Gak usah gue mau ke kampus."

"Jangan dulu, lo belum boleh kemana-mana."

"Alay banget. Lo nyuruh gue salto terus kayang sekarang juga gue udah kuat."

Renata menutupi mulut Gracia dengan tangannya, "bacot, gue mau balik, dadahh" Renata segera pergi setelah mengacak rambut Gracia, menyusul Dimas yang sudah keluar lebih dulu.

Gracia tertawa geli melihat perilaku sahabatnya itu.

••••

Keesokan paginya Gracia serius dengan ucapannya, saat Renata tiba dikampus ia sudah bisa melihat mobil Gracia terparkir ditempat biasanya. Renata menggeleng pelan sebelum akhirnya meraih tasnya dari jok belakang lalu turun dari mobil.

Gadis itu berjalan menghampiri Gracia setelah ia mengirimkan pesan dan bertanya keberadaannya. Sedangkan disisi lain Gracia tidak dapat mengalihkan pandangannya dari bagaimana cara Renata berjalan. Layaknya seperti slow motion Renata yang mengenakan plaid shirt dengan jeans, menampirkan sling bag dibahu kanannya, dan kakinya yang terbungkus sneakers, tidak lupa kacamata bening yang menggantung diwajahnya, rambutnya sedikit berantakan karena tertiup angin, membuat gadis itu seratus persen terlihat sangat cantik.

Anjing... Gimana gue gak naksir kan?

"Semenarik itukah gue?" Renata tertawa kecil. Gracia bahkan tidak menyadari kalau saat ini Renata sudah berdiri dihadapannya, ia berpura-pura mengalihkan tatapannya. "Lo kenapa batu banget? Dibilangin istirahat aja dirumah." Renata mengoceh setelah berhasil mendaratkan bokongnya dibangku sebelah Gracia.

"Emang kenapa? Gue gak selemah itu. Udah sekarang gue udah baikan, aman-aman aja, sayang." Ucap Gracia dengan santai.

"Lo udah sarapan?"

Gracia mengangguk, "gue mau ke kelas sekarang."

"Yaudah, yuk." Mereka berdua pun memutuskan untuk segera masuk ke kelas. Dan beberapa menit kemudian dosen mereka masuk.

Selagi didepan sana dosen mereka sedang menjelaskan materi, Gracia hanya sibuk memandangi Renata yang duduk disebelahnya, wajah serius gadis itu terlihat begitu cantik, apalagi sesekali dia harus membasahi bibirnya yang terkadang kering, hal itu benar-benar menarik atensinya Gracia. Renata sadar gadis disebelahnya sama sekali tidak memperhatikan dosen dan malah memperhatikan dirinya.

"Gracia, saya didepan sini." Renata terkikik kecil saat dosen tersebut akhirnya menegur Gracia.

"Maaf, pak." Gracia segera menegakkan tubuhnya kembali dan melihat ke depan, meski sesekali ia harus berpura-pura menggaruk belakang telinga kanannya yang tidak gatal hanya karena kepalanya bisa menoleh kearah Renata dan mencuri-curi pandang darinya.

Renata menggigit pipi bagian dalamnya, menahan senyumannya yang terus memaksa tertarik, ia tidak tahan dengan kelucuan gadis itu.

Beberapa waktu kemudian mata kuliah pertama Kalkulus pun berakhir. Kebanyakan mahasiswa lainnya memilih keluar dari kelas, mengambil sedikit waktu mereka menghirup udara segar sebelum jam mata kuliah kedua, meninggalkan beberapa orang saja didalam ruangan termasuk Renata dan Gracia kompak tidak beranjak dari kursi mereka.

Malah Gracia mendekatkan bangkunya pada Renata agar ia bisa leluasa berbicara dengan gadis itu.

"Kita mau berangkat kapan?" Gracia membuka obrolan setelah beberapa menit mereka hanya saling bungkam sambil saling memandang.

Renata mengalihkan tatapannya sebentar, mengingat kembali perkataan Dimas semalam, "katanya hari kamis, jadi pulang nanti siapin aja barang-barang lo. Paspor lo juga udah ada kan? Dimas lagi ngurusin paspor buat Rian sama visa perjalanan buat kita, gak bakalan lama soalnya banyak kenalannya di sana. Semuanya udah beres jadi lo tinggal bawa diri aja." Jelas Renata dan menaruh kembali atensinya pada gadis disebelahnya itu.

Sedangkan Gracia sejak tadi berusaha untuk tidak terus melarikan fokusnya pada kedua bibir Renata yang bergerak saat ia berbicara. Namun ia terus saja gagal dan berakhir dirinya memperhatikan kedua benda tersebut. Ingin rasanya dia maju dan meninggalkan kecupan di sana namun Gracia juga harus menahan dirinya, mengingat dimana ia berada sekarang, bahkan beberapa teman sekelas mereka kadang melirik aneh melihat gelagat dua orang itu.

Mereka kembali diam, hanya menikmati ciptaan indah didepan mereka masing-masing, hingga Renata tertawa kecil karena tidak bisa menahan salah tingkahnya saat Gracia tiba-tiba tersenyum lalu ia menutup mata gadis itu supaya tidak melihatnya lagi.

Renata terlanjur melangkah perlahan-lahan keluar dari zonanya, ia suka ini, ia menikmati waktunya dengan Gracia, ia menikmati bagaimana mereka akan saling melempar tatapan yang berbicara tentang perasaan mereka, ia menyukai semua ini. Namun Renata tetap memegang teguh untuk tetap mempertahankan status mereka. Ia tidak tahu sampai kapan, mungkin sampai ia siap untuk memperkenalkan dirinya di dunia luar.

Renata sudah terlanjur memikirkan semua resikonya sehingga ia lebih banyak memakan waktu untuk memikirkan jalan apa yang akan ia pilih. Ini bukan hanya untuk dirinya saja, tapi untuk Gracia juga. Dia tidak ingin ada banyak pihak yang dirugikan hanya karena ke-egoisannya tentang keinginan besarnya memiliki Gracia dihidupnya. Gracia adalah milik orang tuanya, dia tidak ingin egois, apalagi sampai saat ini Renata masih bingung bagaimana cara menjelaskan keadaannya dengan Gracia pada Dimas.

Hubungan ini terlalu rumit. Tidak seperti hubungan normal pada umumnya. Renata hanya berharap dia masih diberi banyak waktu untuk dihabiskan bersama Gracia, karena sejujurnya yang ia perlukan hanyalah Gracia.

Ia hanya berharap perasaan mereka tetaplah sama sampai akhir.




















































































































































Btw guys, aku tuh gak bisa nemu visualisasinya Renata sama Gracia, belum nemu yang cocok. Jadi mohon maaf ya, visualisasinya sesuka kalian aja😭😭

Atau kalau ada yang mau ngasih saran bolehh yaa... thankyouu guysss!!♡⁠♡





Tbc....

Between Us || gxg (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang