Between Us 46

2.9K 159 25
                                    

"Ta,"

"Nata,"

"Huh?"

Panggilan itu menyadarkan Renata yang tengah duduk sendirian dibalkon kamarnya sambil melamun. Dimas memandang bingung adiknya yang entah memikirkan apa. Sudah tiga hari sejak kedatangannya gadis itu lebih sering duduk sendirian dibalkon dan tidak melakukan apa-apa.

"Kenapa sih? Lagi mikirin apa?" Tanya Dimas penasaran. Tidak biasanya adiknya itu jadi pendiam seperti ini.

"Gak ada apa-apa," Renata menggelengkan kepalanya dan berusaha tersenyum untuk terlihat meyakinkan bahwa ia baik-baik saja. "Lo udah selesai?"

Dimas mengangguk. "Gue panggilin daritadi tapi malah ngelamun disini."

"Sorry,"

Dimas pun akhirnya menemani Renata untuk makan siang. Dimas baru saja selesai memasak.

Dimas awalnya marah dan kesal karena Renata tidak memberitahunya hal sepenting ini. Ia mengerti adiknya itu tidak mau membebaninya yang sedang sibuk, dirinya memang selalu sibuk karena pekerjaan dan pendidikannya. Renata menjelaskan dan memberi pengertian yang membuatnya tidak bisa marah pada adik satu-satunya itu.

Renata pun tidak pernah mau kalau Dimas mengajaknya untuk pindah ke London dan tinggal bersamanya. Renata selalu menolak. Padahal Dimas sendiri sudah memiliki rumah disalah satu kawasan elit di London, dan juga ia sukses berkarir disana. Dimas tidak mengerti mengapa Renata menolak untuk meninggalkan tanah kelahiran ibu mereka ini.

Namun bagi Renata, semua tidak ada artinya tanpa Gracia.

Dimana Gracia berpijak maka Renata pun akan ada disana. Seolah ia membiarkan gadis itu membawa nyawanya kemana pun ia pergi. Sama seperti sekarang, Renata bersikap biasa saja namun pikirannya berlarian entah kemana. Seperti sesuatu telah hilang dari kepalanya.

Gracia belum menghubunginya lagi. Sejak pertengkaran mereka malam itu, Gracia hanya meninggalkan secarik kertas berisikan tulisan tangannya, tanpa memberitahu kemana ia akan pergi.

Renata ingin sekali meminta maaf atas apa yang telah ia katakan pada Gracia malam itu. Ia benar-benar menyesal karena sudah keterlaluan, Renata sudah menyakiti Gracia.

Bagaimana pun Renata telah sadar bahwa mereka hanya terlalu takut untuk menghadapi kenyataan.

Dalam situasi ini perasaan egois mulai membuat mereka goyah, mengambil alih diri mereka. Dan keberanian itu hilang entah kemana.

••••

Gracia berjalan mendekati Renata. Tatapan mata Renata tidak lepas dari sosok gadis itu, memancarkan tatapan rindunya yang menggebu-gebu. Gracia tersenyum teduh, senyuman yang selalu membuat Renata merasa tenang.

Gracia berjongkok didepan Renata. Mengambil kedua tangannya dan menggenggamnya. "Haii,"

Renata tidak bisa menahan senyumannya. Matanya berkaca-kaca, ia sungguh merindukan gadis itu, Gracia telah mendiamkannya dalam waktu yang lama. Membuat hati Renata porak poranda selama beberapa waktu.

"Maaf ya," ucap Gracia lembut sambil mencium punggung tangan Renata dengan sayang.

Mendengar itu membuat Renata cemberut sedih. Ia menarik Gracia, "mau peluk." Pintanya dengan wajah memelas.

Gracia tertawa gemas kemudian ia pun tidak bisa menolak dan membawa Renata ke pelukannya.

Sangat nyaman.

Between Us || gxg (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang