Gracia menghela nafas dan menyandarkan tubuhnya disandaran kursi mobil Renata. Sudah lebih dari lima belas menit ia belum meninggalkan pekarangan kampus. Gadis itu menatap handphonenya yang terus bergetar sejak tadi.
Sudah beberapa hari ini Tino terus saja mendesaknya. Bahkan mengancam akan benar-benar membekukan seluruh akses dan aset Gracia secara permanen.
Sudah hampir dua minggu Gracia tidak pulang kerumahnya, ia tinggal bersama Renata di apartement dan masih belum memberitahu gadis itu tentang hal ini. Gracia hanya tidak ingin mengganggu Renata dalam masa pemulihannya, pada saat-saat seperti ini seharusnya Renata mendapat dukungan penuh dan tidak memikirkan hal-hal yang membuatnya stres.
Tempo hari Renata mengaku sudah merasa frustasi dan pusing memikirkan perkuliahannya yang mungkin akan terjeda selama beberapa waktu karena keadaannya yang belum memungkinkan untuk pergi ke kampus. Gracia ikut merasa sedih dengan sang gadis namun ia tidak berhenti untuk menyemangati Renata agar bisa sabar menghadapi.
Handphone nya kembali bergetar diatas dashboard dan Gracia tahu itu papanya. Beberapa saat benda pipih itu berhenti bergetar lalu sedetik kemudian bergetar lagi namun dengan penelepon yang berbeda. Gracia meraih handphonenya saat tahu nama Renata yang muncul dilayarnya.
"Ya, halo."
"Belum balik, Gre?"
"Ini baru mau jalan. Kenapa, Ta?"
"Uhmm, gue mau nitip boleh?"
Gracia mengangguk, "iya boleh, mau nitip apa?"
"Mau cromboloni,"
Gracia tertawa mendengar permintaan pacarnya itu. "Dasar korban tiktok. Itu aja?"
"Mau ice cream juga, sama cheese cake jangan lupa."
"Iya tuan putri, udah? Atau ada lagi?"
"Sama mbak-mbaknya sekalian deh, yang seksi." Renata terkikik diujung sana.
"Tangan kiri lo mau gue patahin juga?"
Renata semakin mengeraskan tawanya ketika mendengar nada sinis dari Gracia. Suara tawa merdu itu terdengar sangat memanjakan telinga Gracia bahkan hanya lewat telepon. "Bercanda sayangku, emang siapa yang lebih seksi dari lo?"
Sialan! Gracia jelas memerah seperti kepiting rebus setelah mendengar penuturan gadis yang tengah berbicara dengannya saat ini. "Diem gak lo?"
Renata tidak bisa berhenti tertawa membayangkan semerah apa wajah Gracia saat ini.
"Iyaa maaf, hati-hati yaa nyetirnya, jangan ngebut-ngebut."
"Okay, see you at home."
"See you, seksi."
Gracia menggelengkan kepalanya dan menaruh handphonenya kembali setelah mereka memutuskan sambungan. Gadis itu tersenyum kemudian menyalakan mesin mobil lalu membawa mobil keluar dari area kampus tanpa menghiraukan tatapan orang-orang padanya yang sudah Gracia dapatkan selama beberapa minggu.
Gracia berhenti di beberapa tempat untuk membelikan pesanan Renata. Disisi lain handphonenya tidak berhenti bergetar disaku celana nya, ia memilih untuk menghiraukannya.
Setelah mendapatkan semua yang Renata inginkan Gracia memutuskan untuk kembali ke apartement. Namun ia harus terjebak macet selama beberapa saat, dan handphonenya terus bergetar tanpa henti membuatnya frustasi. Gracia menggeram kesal, "ck, fucking hell!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Us || gxg (End)
Teen Fiction"Ta, lo anggap gue apasih?" "Ya sahabat lah, emang apa lagi?" "Sahabat? Jadi selama ini yang kita lakuin cuman sebatas sahabat doang?" "Gre. Lo berharap apa sama hubungan kita?" "Gue yakin lo punya rasa yang sama kayak gue." "Tapi lo tau kan gi...