Dan disinilah mereka sekarang. Gracia berdiri memandangi pagar besar didepannya dengan Renata yang menunggu disebelahnya. Renata menggenggam tangan wanita tersayangnya dan meyakinkannya kalau semua akan baik-baik saja.
Gracia membalas tatapan teduh Renata dan itu membawa aliran hangat menyebar ke seluruh tubuhnya.
Perlahan mereka pun melangkahkan kaki masuk melewati gerbang.
Genggaman ditangan Renata mengerat ketika mereka sampai didepan pintu utama. Mereka berdiri berdampingan dengan perasaan yang berbeda. Gracia penuh kalut dan khawatir, ia mulai takut dan ingin mengurungkan niatnya kemudian mengajak Renata segera pulang saja.
Namun niat itu hilang begitu saja ketika pintu utama tiba-tiba terbuka. Rian terhenti ketika melihat dua wanita itu berdiri didepan.
"Lho, kak?" Dirinya terkejut melihat Renata dan Gracia.
Renata tersenyum, "Halo, Yan."
Rian tersenyum lebar dan menyambut kedua wanita itu dengan pelukan. "Lo kok gak bilang kalau mau balik sih?"
Gracia sedikit berjinjit membalas pelukan Rian karena kini adiknya itu sudah bertambah sangat tinggi melebihi dirinya, Rian juga kini nampak lebih dewasa dari cara berpakaiannya dan bulu-bulu tipis yang sudah tumbuh didagunya serta suaranya yang sudah lebih berat.
"Mau kemana? Rapi banget." Tanya Gracia.
"Ada mata kuliah, sekalian gue ada rapat organisasi juga."
"Cielah yang udah mahasiswa sekarang."
Rian tertawa. "Iya dong,"
"Tante ada, Yan?" Tanya Renata menginterupsi percakapan adik-kakak tersebut.
"Ada kok didalam, masuk aja. Yaudah gue berangkat ya, takut telat." Rian berpamitan pada keduanya lalu segera berjalan kearah motor kesayangannya yang sudah terparkir manis dihalaman. Motor itu adalah pemberian dari Tino saat ulang tahunnya yang ke-17 lalu.
"Maklum masih semester-semester awal, belum merasakan kerasnya kehidupan mahasiswa." Celetuk Renata yang mengundang tawa dari Gracia.
"Yuk masuk," Ajak Renata.
Gracia mengangguk sebelum akhirnya melangkah mengikuti Renata masuk kedalam rumah. Diam-diam Gracia menghelakan nafas karena gugup.
Suasana rumah cukup sepi, entah dimana para penghuni nya berada. Gracia melarikan pandangannya, hawa dan suasananya benar-benar sangat dia rindukan. Gracia kembali ke rumahnya. Rumah yang sejak kecil ia tinggali bersama keluarganya.
"Heyy..." Renata menyentuh bahu Gracia, nampaknya wanita itu cukup khawatir. "Are you okay?" Tanya Renata lembut.
Gracia mengangguk dan menampilkan senyum terbaiknya. "I'm okay, don't worry."
"Mungkin mama dibelakang," Ucap Gracia dengan maksud mengajak Renata ke halaman belakang.
Renata mengangguk dan mengikuti Gracia. Dia tidak melepaskan genggaman tangan mereka.
Hingga keduanya tiba dihalaman belakang, dan benar Gista sedang berada disana tengah menyirami tanaman-tanamannya dan juga kebun bunganya, wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu bersenandung kecil dengan senyum tipis diwajahnya memandangi bunga-bunga yang indah didepannya.
"Mama,"
Gista berbalik dan seketika terkejut melihat Gracia berdiri tidak jauh dibelakangnya.
"Astaga, anak mama!" Gista dengan senyuman lebarnya berjalan cepat menghampiri Gracia dan langsung menyambut anak perempuannya itu dengan pelukan erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Us || gxg (End)
Teen Fiction"Ta, lo anggap gue apasih?" "Ya sahabat lah, emang apa lagi?" "Sahabat? Jadi selama ini yang kita lakuin cuman sebatas sahabat doang?" "Gre. Lo berharap apa sama hubungan kita?" "Gue yakin lo punya rasa yang sama kayak gue." "Tapi lo tau kan gi...