Renata berjalan mengekor dibelakang Gracia yang sedang melihat-lihat bermacam-macam merk didepannya. Beberapa jam yang lalu Gracia memberitahunya kalau rasa pusingnya sudah hilang lalu mengajaknya pergi ke mall.
"Gue beli yang merk ini pas kita di New York kemarin, kok lebih murah disini sih." Cibir Gracia melihat salah satu jaket dengan merk yang sama saat mereka di New York.
Pusing? Obatnya ya shopping. Renata menggelengkan kepala kecil melihat Gracia yang sibuk dengan dunianya sendiri. Namun beberapa menit kemudian Gracia menghampirinya. "Udah?" Tanya Renata.
Gracia menggeleng. "Gak ada yang gue suka, nanti aja deh di toko yang lain." Ia menggandeng lengan kiri Renata lalu mengajaknya berkeliling.
Hingga Renata terkejut karena tiba-tiba Gracia menariknya, membuatnya hampir kehilangan keseimbangan. "Lo kenapa?" Renata mengernyitkan dahinya bingung melihat Gracia yang tiba-tiba pucat dan bersembunyi dibelakang tubuhnya, tubuhnya bergetar kecil.
Sepertinya Renata tahu mengapa gadis itu menjadi aneh, ia lantas melirik ke sekitarnya, mencari benda yang membuat Gracia takut. Dia menemukannya. Dari jarak 10 meter ada seorang badut yang sedang berfoto dan bermain dengan beberapa anak kecil. Dengan segera Renata memeluk Gracia setelah itu membawanya pergi menjauh dari badut tersebut.
Ia menyuruh Gracia untuk duduk lalu membelikannya air minum oleh pedagang-pedagang kecil.
"Udah enakan?" Tanya Renata pelan, ia berjongkok dibawah Gracia agar bisa melihat keadaannya. Gracia memang tidak suka badut sejak kecil, ia akan menangis ketakutan jika bertemu badut, bahkan sampai sekarang Gracia masih akan kerap menangis kalau bertemu dengan badut. Ia memiliki phobia terhadap badut.
Gracia sudah cukup tenang karena bantuan dari Renata. "Kita pulang aja?" Renata bertanya untuk memastikan namun dibalas gelengan oleh gadis itu.
"Ayo jalan, nanti badutnya dateng lagi." Ajak Gracia dan Renata langsung menurut.
Hampir dua jam mereka berkeliling akhirnya mereka memutuskan untuk pulang. Mereka tiba di basement, keduanya berjalan menuju mobil Renata terparkir. Renata membantu Gracia memasukkan barang-barangnya dikursi tengah.
Meoww... Meoww...
Gracia mencari-cari suara anak kucing tersebut. Ia kemudian mendekat kearah salah satu mobil, dimana ada seekor anak kucing disebelah mobil tersebut. "Ihh, kamu anak siapa?"
"Kok sendirian disini?" Gracia perlahan menyentuh anak kucing tersebut. Ia nampak kedinginan dan sendirian. Anak kucing tersebut pun langsung mendekat pada Gracia, menggosokkan tubuhnya dikaki gadis tersebut. "Mama kamu kemana, meng?"
Beberapa menit Gracia sibuk bermain dengan anak kucing tersebut hingga melupakan Renata yang ternyata sudah menunggunya dimobil.
"Gre,"
"Iyaa."
Sedetik kemudian Renata datang menghampiri Gracia. "Ngapain?"
"Ta, mau kucing."
"Bukannya tante Gista alergi kucing ya?"
Gracia mengangguk. "Gue udah lama mau pelihara kucing tapi gak dibolehin. Sama lo boleh ya?"
"Please?"
Renata menggaruk tengkuknya bingung, bukannya bagaimana, tapi dia sama sekali tidak pernah punya hewan peliharaan seumur hidupnya. Dia tidak tahu bagaimana caranya merawat hewan. "Iyaa nanti aja." Meski begitu ia tetap mengiyakan untuk menyenangkan hati sang pacar.
Gracia tersenyum lebar. Kemudian Renata mengajaknya untuk pulang, sebelum itu Gracia meminggirkan anak kucing tersebut, memasukkannya kedalam sebuah kardus. "Disini ya, meng, jangan kemana-mana. Ntar mak lu pasti balik nyariin lu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Us || gxg (End)
Novela Juvenil"Ta, lo anggap gue apasih?" "Ya sahabat lah, emang apa lagi?" "Sahabat? Jadi selama ini yang kita lakuin cuman sebatas sahabat doang?" "Gre. Lo berharap apa sama hubungan kita?" "Gue yakin lo punya rasa yang sama kayak gue." "Tapi lo tau kan gi...