Setelah mendapat pesan dari Boy, dengan tergesah-gesah Gracia turun dari kamarnya, meraih kunci mobilnya dan keluar dari rumah.
Gracia menyetir seperti orang gila. Dengan kecepatan tinggi ia melaju dijalanan raya, menyalip dan melambung beberapa kendaraan lainnya, ia tidak memperdulikan beberapa protes yang dilayangkan padanya.
Ia sampai pada titik tujuan. Buru-buru Gracia berjalan ke ruang ICU tempat Renata dibawa. Ketika ia sampai, Gracia berdiri didepan pintu ICU yang tertutup rapat dengan perasaan tidak karuan. Rasanya ia ingin menangis. Ia tidak tahu apa yang terjadi pada Renata hingga gadis itu berakhir dirumah sakit.
Seorang perawat yang membantu perawatan Renata didalam ICU menginterupsi Gracia. "Permisi, mbak. Mbak keluarga pasien?"
"Iya, sus. Dia kenapa ya?"
"Mbak yang didalam korban kecelakaan, mbak. Beberapa menit yang lalu kritis dan semoga dokter yang memberikan perawatan didalam dapat menanganinya dengan baik. Mbak yang sabar dan berdoa."
"Mbak siapanya kalau boleh tau?"
Gracia belum dapat mencerna ucapan dari perawat tersebut. Apa yang terjadi? Dan dimana Boy? Kenapa tidak ada seorang pun disini yang menemani Renata?
"Mbak,"
"Hah? Iyaa, saya temennya, sus."
"Boleh ikut saya ke meja resepsionis dulu, mbak? Soalnya data pasien belum diisi, tadi yang anterin pasien kemari supir truk yang nabrak pasien dan katanya gak kenal sama sekali, kami juga nggak mendapatkan kartu identitas apapun dari pasien."
Gracia hanya mengangguk, entahlah fikirannya kemana-mana. Ia menangis, membayangkan bagaimana keadaan Renata didalam sana.
••••
Gracia terus menunggu hingga petang. Beberapa jam yang lalu dokter sudah keluar dan perawatan selesai, namun Gracia masih belum diizinkan untuk masuk. Langit mulai menggelap, Gracia masih setia duduk menunggu didepan ruangan ICU.
Sore tadi juga orang yang membawa Renata ke rumah sakit datang kembali untuk melihat keadaan Renata dan juga bertemu dengan Gracia. Ia menceritakan kronologi kejadian kecelakaan pada Gracia dan juga sempat menawarkan untuk membayar perawatan Renata atas ganti rugi, namun Gracia menolak dan mengatakan bahwa itu bukan salahnya.
Seorang perawat datang membawa stainless berisikan beberapa obat.
"Permisi mbak, mbak sudah diperbolehkan masuk. Pasien sudah sadar. Tapi tetap ikut pada aturan ya, mbak."
Gracia langsung bangkit dari bangku dan mensterilkan dirinya lebih dulu sebelum masuk kedalam ruangan ICU.
Didalam ruangan begitu dingin dan juga berbau obat-obatan. Ketika masuk Gracia dapat melihat tubuh lemah Renata terbaring diatas bangsal. Cairan bening itu langsung terjatuh tanpa disuruh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Us || gxg (End)
Teen Fiction"Ta, lo anggap gue apasih?" "Ya sahabat lah, emang apa lagi?" "Sahabat? Jadi selama ini yang kita lakuin cuman sebatas sahabat doang?" "Gre. Lo berharap apa sama hubungan kita?" "Gue yakin lo punya rasa yang sama kayak gue." "Tapi lo tau kan gi...