10. KESALAHPAHAMAN YANG TERSELESAIKAN 4

6.7K 844 14
                                    

Kereta kuda dengan lambang Edinburgh berjalan dengan kecepatan sedang.

Lucius memandang keluar jendela dengan tatapan kosong. Dia tengah memikirkan hal-hal yang akan dia lakukan untuk rencana ke depannya. Masalah dengan Count Houston, pengangkatan Putra Mahkota Emmanuel, pemberontakan permaisuri, hingga peperangan yang akan terjadi.

Estian terus menatap kakaknya yang terlihat pucat itu. Dia juga mengkhawatirkan masa depan dimana peperangan akan menjadi makanan sehari-harinya. Dia khawatir kakaknya itu akan maju pada barisan terdepan saat perang meletus. Kakaknya pasti akan ikut berperang. Dia yakin itu, tetapi dia tidak ingin kakaknya ikut berperang. Dia sudah kehilangannya sekali, dia tidak ingin kehilangannya untuk yang kedua kalinya.

Dia sudah bertekad untuk menjadi lebih kuat, lebih kuat dari kehidupannya sebelumnya dan melindungi kakaknya bagaimanapun caranya.

"Estian. Jika perang terjadi... Apa yang akan kau lakukan?" - Lucius mengatakan kalimat yang tidak terduga.

Estian terkejut dengan kalimatnya. Bagaimana kakaknya tau kalau akan ada perang sebentar lagi? Apakah dari dulu kakaknya memang sudah mengetahuinya? Kakaknya adalah orang yang jeli, tidak akan aneh jika dia mengetahuinya.

Estian ragu untuk menjawab.

Lucius kembali berkata, "Jika perang terjadi, utamakan keselamatan dirimu dan orang-orang yang mengikutimu. Jika tidak bisa, aku ada di sampingmu untuk membantu, aku akan mengurus beberapa hal untuk bersiap. Cepat atau lambat perang akan terjadi lagi, aku yakin karena swordmaster yang meracuniku mengatakan demikian."

"Ah.. benar. Kakak pernah ikut berperang dua tahun yang lalu." - batinnya.

"Aliansi di Utara menerima bantuan kuat dari organisasi rahasia. Aku melihat lambangnya, bunga Krisan berwarna merah darah. Bunga yang melambangkan harapan tetapi justru diwarnai dengan darah. Itu lah sesuatu yang aku tangkap" - Lucius masih menatap keluar jendela.

"Kakakku sangat tajam. Dia benar, mereka adalah pemuja Dewa harapan yang terkutuk. Dewa harapan yang palsu, tidak ada dewa yang menyerap harapan dan menimbulkan keputusasaan."

"Apakah kakak akan ikut berperang?"

"Entahlah. Aku sejujurnya sudah sangat lelah dengan dunia ini." - Lucius tanpa sadar mengungkapkan kelelahannya yang terus bertarung dari kehidupannya sebelumnya, bahkan sekarang dia juga harus bertarung lagi demi hidupnya. Dia terkejut dengan perkataannya sendiri dan berdeham pelan.

"Ah.. maksudku, kalau bisa aku tidak ingin ada perang." - sambungnya.

Namun Estian telah menangkapnya, kakaknya yang selalu dingin itu terkadang tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.

Estian memeluk Lucius secara tiba-tiba. Lucius terkejut sekali lagi.

"Tidak apa-apa jika kakak tidak ingin ikut berperang. Aku akan maju menggantikanmu, tapi tolong jangan tinggalkan aku kak. Aku hanya ingin kakak terus berada di sampingku, aku akan menjadi pedang sekaligus perisaimu." - Estian.

"Aku tidak bilang akan meninggalkanmu. Kenapa kau menangis?" - Lucius merasakan bahunya basah.

Namun Estian menggeleng kuat dan semakin menenggelamkan kepalanya ke dada kokoh Lucius, "Aku tidak menangis."

Lucius menghela nafas dan membelai punggung adiknya.

"Aku tidak akan membiarkanmu pergi kemanapun kakak. Tidak masalah jika kau memanfaatkan ku, tidak masalah jika kau menggunakan ku sebagai pedang yang menggantikan mu berperang. Tapi aku tidak ingin kau menyerah dengan hidupmu seperti sebelumnya."

Become an Evil Grand Duke [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang