41. TEMAN LAMA 5

4.3K 530 20
                                    

"Tidak apa-apa? Apa kau tidak memiliki kata-kata lain? Lima hari tidak sadarkan diri, tidak bisa makan maupun minum, tidak mau membuka mata meskipun dokter-dokter terbaik di seluruh Kekaisaran mencoba untuk menyembuhkanmu. Kau masih bilang tidak apa-apa? Saat kau di temukan tergeletak di balkon yang telah membeku oleh salju, seluruh tubuh pucat pasi seperti mayat, dan suhu tubuhmu sedingin es. Apakah itu tidak apa-apa? Bagaimana mungkin itu tidak apa-apa?!"

Dia benar-benar tidak habis pikir, mungkin benar apa yang Sebastian katakan sebelumnya. 'Apa-apa' yang mungkin kakaknya maksud adalah sekarat yang nyaris mati. Ah tidak, bahkan saat Lucius sekarat dengan bilah pedang Estian yang menusuk jantungnya, Lucius juga berkata 'tidak apa-apa'.

Sebenarnya kapan kakaknya akan berbicara jujur tentang kondisinya? Apa yang dia rasakan dan bagaimana dia bisa membantu? Apakah hari saat kakaknya mencurahkan seluruh isi hatinya, saat Lucius meminta bantuan seseorang dan mencoba bergantung pada orang lain benar-benar tidak akan pernah datang?

Dia benar-benar takut.

Melihat Estian memiliki ekspresi yang rumit membuat Lucius merasa bersalah. Namun apa yang bisa dia katakan? Dia benar-benar baik-baik saja. Tidak ada yang terjadi padanya, dia sehat dan bahkan tenaganya meluap-luap.

"Sejujurnya aku..."

Telah berpindah dimensi, dan berurusan dengan para dewa sialan yang bersikap seenaknya.

Dia tidak bisa mengatakan itu.

Dia membengkokkan niatnya kemudian berkata hal lain.

"Saat itu aku merasa pusing, dan tiba-tiba saja aku tidak sadarkan diri. Mungkin karena terlalu kelelahan, atau racun dari mana yang mati telah memunculkan efeknya. Aku tidak yakin."

Dia berbohong lagi.

Meskipun begitu, mendengar Lucius mulai terbuka padanya membuat Estian lega, namun dia segera khawatir. Dia telah membaca berbagai buku tentang mana yang mati, dan mereka sangat berbahaya.

"Apa kau merasa ada yang tidak nyaman? Racun mana yang mati sangat berbahaya, jika kita tidak segera menemukan cara untuk mengeluarkannya, aku takut..."

Estian bahkan tidak berani mengatakannya.

"Jangan khawatir, efek dari racun mana yang mati akan sedikit melambat dengan adanya atribut kematian milikku. Kita bisa mencari caranya perlahan."

"Dan kau akan menderita selama itu, bahkan di masa-masa ini kau juga harus menghadapi sekelompok bajingan itu? Tidak mungkin."

Estian tampak marah pada para bajingan yang terus menerus memaksa kakaknya untuk bertarung antara hidup dan mati. Bisakah dia membiarkan kakaknya berperang dalam kondisi seperti ini? Hanya tersisa satu minggu lagi sebelum Aliansi Utara melakukan penyergapan Hutan Mystica.

"Apakah mana yang mati bisa di sembuhkan dengan kekuatan suci?"

Lucius menggeleng pada pertanyaan Estian, "Kekuatan suci dan mana yang mati memiliki esensi yang bertolak belakang. Akan sangat gawat jika sampai orang yang teracuni mana yang mati mendapatkan penyembuhan dari kekuatan suci. Mungkin satu-satunya cara... Adalah meminum air dari pohon dunia. Hanya saja, bangsa elf tidak akan pernah mengizinkan siapapun memasuki wilayah mereka."

Estian kemudian teringat dengan elf yang mereka temui di jalanan Ibukota Adelaide.

"Tapi bukankah kau pernah memasuki wilayah mereka meskipun saat itu sedang tidak sadarkan diri? Jika kau meminta bantuan mereka... Apa itu mungkin?"

Mendengar itu, Lucius ingat saat dia secara tidak sengaja membantu desa para dwarf di masa lalu.

"... Aku juga tidak yakin."

Become an Evil Grand Duke [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang