63. PENYERANGAN DUA ARAH 3

2.5K 276 48
                                    

Angin sejuk yang bercampur dengan aroma asin khas air laut. Deburan ombak yang terdengar di sepanjang pantai, dan percikan air yang menenangkan. Pasir putih dengan butiran halus, kerang-kerang yang terdampar di pasir, dan bahkan bintang laut yang berjemur di bawah terik matahari. Pemandangan ini luar biasa indah.

Lucius merasakan ketenangan yang selalu dia rasakan ketika tiba di pesisir pantai. Melihat tenangnya ombak dan tebing di sekitaran pantai membuatnya segar.

Dia mengedarkan pandangannya jauh ke tengah lautan.

"Apakah itu gerbang maut?"

Matheus memandang ke arah yang Lucius tunjuk dan mengangguk, "Benar, itu adalah gerbang maut."

Tebing yang menjulang tinggi di tengah lautan itu masih bisa terlihat dari tempatnya berdiri. Dia paham kenapa tempat itu di juluki sebagai gerbang maut.

Tebing itu berdiri layaknya sebuah benteng raksasa. Pusaran air di beberapa titik sangat bertolak belakang dengan ketenangan di sisi pantai. Lucius bisa memprediksi sekuat apa pusaran air itu, mungkin bisa menghancurkan kapal besar jika mereka melewati pusaran itu.

"Itu seperti gerbang ke dunia lain kan? Maksudku semacam neraka." - Sebastian melemparkan pendapatnya dengan sedikit candaan.

"Bagaimana kalau kau pergi kesana dan lihat apakah itu neraka?" - Estian membalasnya dengan tatapan sinis.

Sementara itu, Sebastian hanya tertawa geli mendengar balasan kasar dari Estian.

Mereka, Lucius, Sebastian, Estian, Eclair, Lewis, Matheus, Eden dan Arthur datang ke sini untuk melihat lokasi yang akan menjadi medan pertempuran.

Selain itu...

"Kalian sudah datang?"

Lucius masih memandang 'gerbang maut' ketika mengatakan kalimat ini.

Dua pangeran kembar dengan rambut hitam pekat, kulit tan yang eksotis, dan mata coklat almond. Mereka adalah Pangeran Neith Satis dan Pangeran Chenzira Garai.

"Anda adalah..."

Lucius berbalik, dia melepaskan tudungnya dan memberikan salam secara resmi.

"Saya adalah Grand Duke dari Dukedom Edinburgh Kekaisaran Adelard, Lucius."

Tanpa mendengar namanya, hanya melihat rambut putihnya yang terlihat bagaikan benda suci, dan kedua bola mata dengan warna yang berbeda, kedua pangeran itu telah menyadari siapa orang yang berdiri di depan mereka.

Tentu saja hal ini membuat mereka waspada. Seorang bangsawan tinggi dari benua tetangga menemui mereka yang berada di ujung tanduk, bagaimanapun mereka memikirkannya, ini mungkin berbahaya.

Melihat sorot mata dari kedua pangeran itu yang tidak bersahabat, Matheus dengan suara tegasnya menegur mereka.

"Beliau adalah orang yang mampu mengendalikanku. Itu artinya, jika kalian membutuhkan bantuanku, kalian harus menghormatinya dengan sepenuh hati."

Perkataan tegas itu membuat Lucius mengernyit.

Mengendalikan? Dia tidak suka kata itu...

"Raja Matheus..."

"Tidak apa-apa Yang Mulia Grand Duke, setidaknya biarkan saya mengatakan ini."

Jujur saja, jika Matheus bukanlah seorang raja paus, mungkin dia sekarang telah tunduk di bawah kaki Lucius dan menjadi pedangnya. Tapi dia sebagai raja dan kakak dari Bethea, memiliki tanggung jawab sebagai pemimpin. Karena itulah, dia berharap bisa menjadi alat bagi Lucius untuk mencapai tujuannya.

Become an Evil Grand Duke [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang