Di siang harinya, Lucius yang telah terbangun dari tidurnya tidak mengingat apa yang pagi tadi dia katakan. Dia justru bertanya mengenai penyelidikan Sebastian terhadap legenda Ksatria Naga yang sempat dia tanyakan.
Estian ada disana saat mereka berdua membahas hal itu. Dia mengeluarkan buku yang selama ini dia simpan di dalam kantung dimensinya. Setelah melihat buku itu, Lucius terlihat sedikit terkejut.
"Kaelo... Buku ini, bukankah mirip dengan milikmu?"
"Huh?" Naga itu terbang rendah dan melihat bahwa benar, buku itu mirip dengan yang dia temukan di goa.
"Benar."
Naga kecil itu mengeluarkan sebuah buku. Perbedaan antara keduanya adalah pada tulisan yang tertera di judul maupun isinya. Buku Kaelo memiliki tulisan serta bahasa kuno, sedangkan milik Estian memiliki tulisan dan bahasa yang masih bisa dipahami orang-orang pada masa ini.
Lucius membaca buku milik Estian hingga akhir. Dia tidak asing dengan kisah ini. Tentu itu karena dia telah melihat secara langsung saat Dewa Kematian memberikan sebagian ingatannya. 'Cahaya' yang dia lihat itu rupanya adalah Sang Dewa Harapan yang asli. Ingatannya di potong saat itu juga, jadi dia tidak tau sebelumnya. Namun setelah membaca buku ini, itu adalah Sang Dewa yang turun langsung.
Hanya saja yang membuatnya merasa janggal adalah, mengapa Dewa Kematian memotong ingatannya? Jika dia boleh menebak, mungkin Dewa Harapan itu menjadikan tubuhnya sebagai tubuh inkarnasinya selama dia turun ke bumi. Karena ingatan itu pasti akan terlalu membebaninya, maka Dewa Kematian memotongnya disana.
Dewa tidak bisa ikut campur secara langsung dengan kehidupan di dunia manusia. Mereka yang memaksa turun akan mendapatkan ganjaran besar seperti apa yang terjadi dengan Dewa Harapan. Itu adalah pelajaran dasar di setiap kuil. Jika mereka memaksa ingin turun, mereka membutuhkan tubuh inkarnasi yang mampu menampung kekuatannya.
Dan jika dikaitkan lagi, maka tubuh dari Ksatria naga itu memang adalah tubuh yang paling cocok untuk ditinggali sementara. Dan bagaimana dia bisa menjadi lumpuh seperti itu, adalah akibat dari kekuatan Dewa Harapan yang meluap. Itu adalah asumsinya.
Lucius telah membaca buku dari Estian hingga akhir. Dia beralih untuk membaca buku milik Kaelo. Dia ingin mencoba menganalisis huruf-huruf kuno yang tertulis disana. Namun tanpa dia duga, buku yang semula tidak dia pahami, kini mulai terbaca sedikit demi sedikit.
"Apakah ini karena ingatan yang pulih?"
Dia menebaknya.
Buku itu mulai dia baca, dua orang yang mendampinginya merasa heran dengan Lucius yang tampaknya mampu membaca buku bertuliskan tulisan kuno itu. Isi dari keseluruhan buku itu mirip.
Hanya saja ada satu halaman yang membuat Lucius bingung dan merasa takut dengan alasan yang tidak jelas. Itu bertuliskan :
"Hukuman tiga kehidupan.
Memaksa 'turun' adalah kejahatan. Namun baik buruknya suatu tindakan itu tidak bisa dipastikan menggunakan 'tulisan'. Hukum tertulis hanya akan membuat dunia manusia hancur pada masa ini. Para iblis yang turun... Manusia tidak akan bisa mengalahkan mereka.
Akulah, Sang Dewa Harapan.
Hukuman ini adalah hal kecil yang harus dibayarkan untuk keselamatan alam semesta. Baik di bumi ini maupun bumi yang lain.
Invasi dari kaum iblis yang terbuang ke dalam lubang hitam. Aku Sang Penguasa Kekacauan yang akan menghancurkannya."
Lucius terpaku ditempatnya. Melihat satu kalimat, 'Aku Sang Penguasa Kekacauan' membuatnya tersentak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Become an Evil Grand Duke [ON GOING]
FantastikDion Leonardo yang tiba-tiba saja merasuk ke dalam tubuh dari seorang karakter di dalam novel. Karakter yang hanya di jabarkan dalam beberapa baris kalimat, seorang Grand Duke jahat yang juga merupakan kakak dari tokoh utama di dalam novel, Lucius M...