"Estian?"
Sebuah tangan menepuk pipinya. Estian terbangun dengan suara itu dan membuka matanya perlahan. Lucius kembali membuka mulutnya dan berkata, "Apa kau mau tidur di kasurku saja?"
Estian mengusap matanya dan duduk. Dia menggeleng pelan dan tersenyum, "Tidak. Aku hanya tertidur saat menunggu kakak. Ah! Apa makanannya mau di panaskan?"
"Tidak usah. Aku akan makan sekarang." - Lucius duduk di sebelah Estian, dia mengambil makanan dan memakannya dengan tenang. Beberapa menit berlalu, namun piring Lucius masih menyisakan banyak makanan.
"Apa kakak sudah selesai? Kau baru makan sedikit." - Estian mengernyit tidak suka.
"Aku kenyang." - Lucius menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa. Matanya menerawang jauh dan pikirannya kembali memikirkan rencana untuk menghalangi insiden teror.
Estian memperhatikan kakaknya, dia bertanya, "Apa yang sedang kakak pikirkan?"
"Sepertinya sebentar lagi akan ada teror di saat acara penobatan Putra Mahkota."
"Aahh... Insiden yang membuat Pangeran Emmanuel terluka parah itu? Aku tidak tau bagaimana kondisi kakak saat itu karena aku mengurung diri di kamar." - batin Estian. Dia mulai memikirkan cara untuk mencegah insiden mengerikan itu.
"Tapi bagaimana kakak tau?"
"Aku mendengarnya saat mengintip markas Count Houston di sebuah pemukiman kumuh." - saat Lucius memikirkan kejadian beberapa waktu yang lalu, sebuah pemberitahuan sistem muncul di depannya.
[Peringatan sistem! Tubuh anda telah terkontaminasi oleh racun mematikan yang berasal dari 'mana yang mati'. Stigma 'poison resistence' akan mengeluarkannya dengan paksa. Level stigma 'protector' belum cukup kuat untuk bisa menghalau rasa sakitnya. Mohon bertahan sampai semua darah kotor keluar dari tubuh anda."]
"Apa?! Kenapa tiba-tiba?" - Lucius sangat kesal hingga sangat ingin mengumpat dengan pemberitahuan sistem yang sangat terlambat.
Lucius berdiri dari tempat duduknya dan ingin segera pergi ke kamar mandi. Namun Estian menahan tangannya.
"Apa kakak tidak mendengarkanku? Kenapa kau pergi ke tempat itu sendirian?"
Lucius tidak mau menjawab, rasa sakit yang mulai merambati jantungnya membuatnya tidak nyaman. Lucius melepaskan tangannya dengan kasar dan bergegas menuju ke kamar mandi. Namun langkahnya terhenti saat jantungnya tiba-tiba tersengat. Dia meringkuk ke depan, menggigit bibirnya agar tidak mengerang. Tangan kanannya menekan dadanya, berharap rasa sakitnya akan ternetralisir walau hanya sedikit.
"Kakak? Apa yang terjadi?" - Estian beranjak dari tempat duduknya dan berjalan perlahan mendekati Lucius.
"Hah... Pergi- ke kamarmu Estian."- Lucius menahan suaranya. Tubuhnya akan gemetar saat dia kesakitan, Estian tau tentang fakta itu. Dia tidak menuruti ucapan kakaknya dan justru berjalan lebih cepat menuju tempat Lucius berdiri terpaku. Tangannya meraih bahu Lucius, namun Lucius membentaknya dan membuang tangannya dengan kasar.
"KU BILANG PERGI ESTIAN!"
"Apa yang..." - Estian terkejut dengan sikap kakaknya yang tiba-tiba membentaknya. Nalurinya mengatakan untuk tidak pergi. Dia lagi-lagi tidak mau mendengarkan perintah kakaknya.
Lucius tidak lagi bisa menahannya, dia terhuyung mundur. Estian dengan sigap menangkap tubuhnya dan memeluknya erat. Keringat dingin dan wajah pucat Lucius membuat Estian yakin kalau kakaknya sedang kesakitan.
"Ughh haah... pergi Estian. Aku mohon, menjauhlah. Aku- tidak ingin seperti ini di depanmu." - Lucius sangat benci saat seseorang menatapnya dengan rasa iba. Dia tidak menyukainya. Dia juga tidak suka saat orang-orang khawatir padanya. Dia tidak bisa melihat wajah itu. Wajah orang-orang yang memedulikannya. Orang-orang yang ingin bersamanya saat dia terluka. Dia tidak bisa melihat mereka menangis karena dirinya. Dia akan merasa bersalah telah membuat mereka khawatir apalagi sampai menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Become an Evil Grand Duke [ON GOING]
FantasyDion Leonardo yang tiba-tiba saja merasuk ke dalam tubuh dari seorang karakter di dalam novel. Karakter yang hanya di jabarkan dalam beberapa baris kalimat, seorang Grand Duke jahat yang juga merupakan kakak dari tokoh utama di dalam novel, Lucius M...