9. KESALAHPAHAMAN YANG TERSELESAIKAN 3

6.3K 796 33
                                    

"Kakak?!"

Lucius tersentak saat mendengar suara yang tidak asing.

"Apa dia itu hantu? Dia selalu tiba-tiba muncul entah dari mana dan menggangguku." - Lucius mengusap darah di mulutnya dan menoleh ke arah Estian.

"Apa?" - jawabnya dengan lesu.

"Kau memuntahkan darah lagi? Dan ada apa dengan air ini? Kenapa ini sedingin es? Kenapa kau merendam tubuhmu ke dalam air ini?" - Estian.

"Kenapa kau ribut sekali? Aku sedang mengobati racun di dalam tubuhku dan membutuhkan air ini untuk mengimbanginya." - Lucius mencelupkan dirinya lebih dalam hingga hanya tersisa kepalanya.

"Kau tidak tau makhluk apa yang ada di dalam danau itu dan masih merendam tubuhmu sedalam itu?" - Estian melepas bajunya dan segera menyusul kakaknya.

"Hah? Apa kau tidak mendengarkan ku? Aku mengatakan kalau aku sedang mengobati racun dan membutuhkan air ini." - Lucius.

"Aku sudah memutuskan untuk tidak mempercayai apapun yang kau katakan. Aku yang akan memutuskan semuanya setelah melihatnya langsung dengan mataku."

"Dasar gila." - gumam Lucius. Dia memejamkan matanya dan menyandarkan kepalanya pada batu besar di pinggir danau.

Estian sudah berada tepat di sampingnya dan menatapnya dengan tajam. Lucius merasakan wajahnya terbakar oleh tatapan Estian dan menjadi tidak fokus.

"Jika kau terus menggangguku dengan tatapanmu itu maka aku akan benar-benar mati." - Lucius.

"Apa-apaan? Kenapa berkata omong kosong yang tidak masuk akal seperti itu?!" - Estian menjadi marah dengan ucapan Lucius.

"Maka dari itu diamlah, aku mencoba menekan efek samping dari penawar racunnya." - Lucius.

Penyatuan antara panas dan dingin membutuhkan waktu yang cukup lama. Karena pada dasarnya, kedua elemen itu tidak bisa menyatu. Seperti minyak di atas air. Saat kedua elemen itu di paksa untuk menyatu, kekuatan penghancurnya akan benar-benar besar. Jika Lucius tidak memiliki stigma protector, dia pasti akan menjerit kesakitan.

"Haahh.." - tubuh Lucius merasakan antara panas dan dingin secara bergantian.

Estian memperhatikan Lucius dengan perasaan khawatir. Tangannya terkepal erat.

"Kakak terlihat sangat menderita..." - pikirnya.

Tanpa sadar, wajah Lucius berkerut menahan hawa yang tidak biasa. Dia menggigit bibirnya untuk menahan agar tidak mengerang. Penyatuannya telah berada pada tahap akhir dan itu membuat jantungnya seperti tersengat listrik. Sebuah erangan lolos dari mulutnya bersama dengan darah kotor yang keluar.

"Ughh.. haah.."

Darah itu mewarnai danau dengan warna hitam.

Estian tidak bisa menahannya dan meraih pundak Lucius. Tubuh kakaknya lagi-lagi gemetar. Estian mengusap darah di sekitar bibir Lucius dengan lembut.

"Kakak?"

"Hm?"

"Apa kau.. baik-baik saja?"

"Ya. Bantu aku naik."

Estian mengalungkan tangan kakaknya ke lehernya dan memapahnya keluar dari danau. Dia mengambil jubah Lucius dan membantu memakaikannya, dia kemudian membantu kakaknya kembali ke dekat api unggun dan menyalakannya.

Lucius melihat Estian sebelum bertanya, "Ku dengar kau telah menjadi swordmaster?"

"Oh? Kau benar-benar mengawasi ku secara diam-diam ya?" - entah kenapa Estian terlihat bahagia.

Become an Evil Grand Duke [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang