39. TEMAN LAMA 3

3.8K 501 21
                                    

Lucius kembali ke kediamannya. Disana Estian dan juga Sebastian telah menunggunya dengan ekspresi tidak suka di wajah mereka. Namun Lucius tidak memiliki waktu untuk melihat ekspresi keduanya saat otaknya telah di penuhi hal oleh lain.

Dia bertanya-tanya tentang apa yang terjadi padanya. Hal apa yang membuatnya begitu sedih dan kecewa? Apakah karena ayah dari 'Lucius'?

Dia merasa seakan identitasnya sangat ambigu. Apakah dia masih seorang Dion? Atau dia telah menjadi Lucius sepenuhnya? Perasaan sedih dan kecewa ini apakah miliknya? Atau itu adalah apa yang 'Lucius' rasakan sebagai pemilik asli tubuh ini?

Sudah sejak awal dia merasa kalau keberadaannya itu tidak menyatu dengan dunianya sebelumnya, di tambah sekarang setelah dia memasuki tubuh Lucius, dia merasa keberadaannya benar-benar tidak jelas. Apakah ini hanya kekhawatirannya yang berlebihan? Atau memang ada sesuatu di balik kehadirannya?

Mungkin dia terlalu percaya diri, namun... Perasaan itu membuatnya terganggu. Lucius tersadar dari lamunannya saat sebuah tangan meraih pundaknya. Itu adalah Estian.

"Apa terjadi sesuatu? Kau tidak terlihat baik."

Lucius menatap Estian dalam.

"Bahkan rasa sayangku pada anak ini, apakah itu adalah milikku? Atau itu adalah milik Lucius?"

Lucius menggeleng, "Tidak ada. Aku hanya.. Sedikit lelah, aku ingin beristirahat. Tolong jangan biarkan siapapun masuk ke kamarku."

Setelah mengatakan itu, Lucius pergi ke kamarnya dan mengunci pintunya.

Hal itu sangat asing bagi semua orang yang ada di kediamannya. Lucius yang biasanya terlihat tegak dan tidak tergoyahkan, terasa sangat lemah secara mental saat ini. Semua orang mengira ada sesuatu yang terjadi di istana, apakah itu berhubungan dengan Kaisar? Atau justru permaisuri? Tidak ada yang tau apa yang Lucius pikirkan saat ini, bahkan Sebastian sekalipun.

Sementara itu, Lucius melemparkan tubuhnya ke atas ranjang. Dia menatap ke langit-langit kamarnya, tangannya terangkat di udara.

"Sebenarnya siapa aku?"

Naga putih itu muncul di sampingnya.

"Apa ada masalah?"

"Hanya... Keberadaanku terasa asing."

Naga itu tampak setuju dengan beberapa hal, ia kemudian mengutarakan isi hatinya.

"Sejujurnya, sejak awal kita bertemu... Aku merasa seperti kita telah bertemu dalam waktu yang lama. Bukankah itu aneh? Usiaku baru lima tahun dan bagaimana bisa kita bertemu? Lalu kehadiranmu terasa berbeda dengan manusia lainnya. Entahlah, itu terasa sangat agung hingga naga sepertiku juga sempat terpana."

Lucius mengernyit, "Agung?"

"Entahlah, bagaimana menjelaskannya? Itu seperti kau adalah orang yang seharusnya berdiri di atas segalanya? Aku juga tidak yakin karena itu samar."

Lucius mengepalkan tangannya kemudian bergumam, "Di atas segalanya?"

Dia kemudian bangkit dan duduk di ujung kasurnya.

"Bukankah itu berlebihan? Orang yang bisa berdiri di atas segalanya... Tidak ada. Tidak mungkin ada."

Naga itu memiringkan kepalanya, "Manusia tidak bisa, lalu bagaimana dengan eksistensi lain?"

Lucius tersentak, "Konyol."

Naga itu mengangkat bahunya, "Yah semua kemungkinan bisa saja terjadi. Ah ngomong-ngomong... Aku tidak punya nama."

Lucius menoleh dan menatap naga kecil itu.

"Tidak punya nama?"

Melihat naga itu mengangguk, Lucius memikirkan sebuah nama yang cocok untuknya.

Become an Evil Grand Duke [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang