47. MYSTICA GREAT WAR 5

3.3K 449 28
                                    

Itu adalah kamar yang besar jika hanya untuk Lucius seorang. Dia tampak sangat diistimewakan disini. Mereka yang menyadari ini tidak begitu paham mengapa para elf yang tertutup itu bersedia untuk menampung manusia dari dunia luar terutama Lucius yang merupakan seorang bangsawan dari kekaisaran.

Mereka, dan ras barbarian sepenuhnya tidak mau mengikuti aturan manusia, dimana mereka lebih memilih hidup terasing daripada 'mengikuti' kekaisaran.

Hal ini memang berjalan lancar sebelumnya karena kekaisaran menerimanya dan menghormati keputusan mereka. Lebih daripada itu, kekaisaran juga mengetahui tentang sejarah panjang ras elf yang hidupnya lebih panjang daripada manusia. Daripada memaksa mereka, ras elf yang sombong akan bangsanya untuk tunduk dan menjadikan mereka sebagai pisau dalam selimut, lebih baik menjaga batas dan kenetralan agar semuanya menjadi lebih damai.

Namun kali ini berbeda, ras elf juga pasti menyadari akan terjadi bencana yang besar dalam waktu dekat. Dengan hadirnya kultus iblis dan penyerangan yang mereka lakukan terhadap bangsanya yang netral, membuat mereka sadar akan bahaya yang mengintai. Aturan maupun hukum tertulis tidak dapat melindungi mereka.

Dengan kesadaran itu membuat Sang Raja Moses membuat perjanjian dengan Lucius tepat sebelum perjamuan perayaan kemenangan perang itu diadakan. Namun kata-kata yang Moses ucapkan membuat Lucius, Estian dan Sebastian bingung.

Moses berkata, "Saya akan mengikuti anda, bukan Kekaisaran Adelard."

Mereka semua bertanya-tanya mengapa Moses melakukan itu, namun mereka juga lebih peduli tentang perjanjian kerjasama diantara kedua ras. Tentu mereka tidak bisa menghindari rasa penasaran yang terus mendesak untuk mencari kebenarannya.

Hanya saja dengan kondisi yang bahagia ini, mereka memilih untuk diam dan menunggu.

Eatian menggenggam tangan kakaknya yang setengah tertidur di atas kasurnya.

"Kakak... Tentang kau yang berpindah dimensi, tidakkah kau ingin menceritakannya padaku?"

Lucius membuka matanya dan menatap ke arah Estian dengan mata sayu.

"Berpindah dimensi... Ah benar, aku berpindah ke sini. 'Dia' bilang kalau aku adalah orang yang mati pertama kali dalam novel... Tapi aku tidak ingat dengan jelas tentang kehidupan itu."

"Dia?" Estian berpikir sebentar kemudian dia menduga kalau, 'dia' yang kakaknya maksud adalah wanita yang mengirimkan 'cahaya'.

Perkataan Lucius kemudian membenarkan dugaannya.

"Dia bilang kalau dia adalah Dewi... Kupikir itu Dewi Kehidupan? Tapi kemudian... Aku bertemu satu entitas yang sama."

"Huh?!" Estian tampak terkejut. Bagaimana dia tidak terkejut saat mendengar kata 'entitas' yang lain? Itu berarti seorang dewa maupun dewi lain juga telah menghubungi Lucius.

Di masa lalu, entitas itu memang membuatnya memiliki kesempatan lain untuk memperbaiki segalanya. Namun di sisi lain, mereka juga yang telah membuat kakaknya berada dalam bahaya. Dia tidak tau harus bagaimana menanggapi hal ini.

Dia melihat Lucius yang tengah duduk sembari berpikir.

"Tapi aku tidak mengerti kenapa pria itu seperti itu? Ah tidak.. Dia bukan pria tapi dewa."

Lucius saat ini sedang mabuk, tentu dia mengatakan semuanya dengan lancar. Estian tau tentang hal ini, maka dari itu dia memanfaatkan kondisi kakaknya untuk membuat Lucius berkata jujur. Bukanya dia ingin melakukannya, namun kakaknya adalah tipe orang yang tidak mau berbagi beban pada siapapun termasuk dirinya. Dia khawatir kakaknya akan terlalu terbebani dengan hal-hal gila ini.

Estian tidak berbicara saat Lucius kemudian melanjutkan perkataannya tanpa disuruh.

"Ini." Dia menunjuk dadanya, "Disini terasa sakit melihat dia sedih... Aku tidak tau alasannya. Dia juga menunjukkan ingatan tentang Ksatria naga dan era kekacauan yang hampir membuat manusia dan seluruh makhluk hidup punah. Aku tidak ingat, dan itu membuatku gelisah."

Become an Evil Grand Duke [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang