Itu telah berlalu beberapa menit semenjak dia sedikit berdebat dengan permaisuri. Sekarang dia tengah berada dalam perjalanan menuju keretanya yang telah menunggunya. Namun ketika dia tengah berjalan, dia lagi-lagi mendengar seseorang memanggilnya.
Hanya saja suara itu berbeda, nada bicara yang ringan dan terdengar muda itu mengingatkannya pada satu orang.
"Kakak peri!"
Itu adalah suara riang dari Putri Elizaveta.
Ketika Lucius menoleh, tebakannya benar. Anak itu tengah berlari dengan wajah bersemangat miliknya. Anak itu tersenyum lebar dengan sedikit tawa kecil yang terdengar. Sayangnya, dia terlalu bersemangat hingga tidak menyadari sebuah batu yang menghadangnya. Dia tersandung.
Namun Lucius dengan cepat bergerak menangkap anak itu. Dia lalu berjongkok dan memeriksanya.
"Tuan Putri... Mengapa Anda selalu terjatuh setiap kali kita bertemu?"
Mendengar ini membuat Elizaveta merasakan sedikit malu. Bahkan pipinya yang memerah itu terlihat sangat menggemaskan. Sulit baginya untuk membayangkan anak selucu dan selugu ini menjadi seseorang yang hampir membantai satu kota.
"Kakak peri! Saya punya permintaan. Saya dengar para peri bisa mengabulkan permintaan seseorang, apakah itu benar?"
Lucius sedikit canggung dengan sifat ceria anak itu. Dia kemudian menjawab dengan sedikit keraguan.
Dia bergumam dengan suara lirih, "Mmm... Saya baru mendengarnya..."
"Memangnya apa yang anda inginkan?"
"Tolong sembuhkan ibu saya! Saya tidak tau mengapa, tapi ibu sepertinya sakit."
Ingatan tentang catatan yang semula dia sangka adalah novel kemudian kembali mengalir di dalam kepalanya. Efeknya sudah terlihat. Anak ini sedang dalam bahaya. Setidaknya jika dia ingin anak itu selamat, maka dia harus meminta izin kepada Kaisar untuk menjenguk sang selir, atau setidaknya mengasuh Elizaveta setelah selir itu tiada.
Dia tidak yakin kenapa dia bisa yakin kalau selir itu tidak bisa diselamatkan. Mungkin karena dia telah menyadari bahwa dirinya adalah seorang dewa, eksistensi yang memiliki kekuatan untuk melihat kematian. Meski dengan kekuatan yang masih tersegel, instingnya mengatakan kalau selir itu akan segera pergi.
Pada dasarnya, kematian adalah takdir yang tidak dapat di ubah. Keterlambatannya dalam mengetahui tentang selir yang telah diracuni ini membuat kematian itu secara alami semakin dekat. Jika saja dia tidak menghabiskan waktu terlalu lama di dalam Hutan Mystica, mungkin saja dia masih bisa diselamatkan. Namun situasinya telah menjadi rumit.
"Aku harus mengamankan Eliza."
Hanya saja dia tidak tau bagaimana dan apa yang dia punya untuk meyakinkan anak ini?
Dia secara alami tidak memiliki pengalaman dengan anak kecil. Dia tidak tau apa yang dipikirkan anak-anak atau apa yang membuat mereka dapat mempercayainya. Ini akan sulit.
"Seharusnya.... Mungkin Edmund tau?"
Butler paruh baya itu telah mengasuhnya dan Estian sejak lama. Seharusnya dia tau bagaimana cara untuk meyakinkan anak-anak seusia Eliza.
Lucius kemudian mengeluarkan satu ramuan. Itu adalah ramuan yang dapat memperlambat efek dari berbagai jenis racun. Dengan catatan keras, itu hanya memperlambat dan bukan menghilangkan.
Lucius memberikannya pada Eliza.
"Ini akan sedikit membantu. Tuan putri, anda..."
Dia tidak tau apa yang harus dia katakan. Dia benar-benar menemui jalan buntu. Mungkin diam untuk sekarang adalah yang terbaik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Become an Evil Grand Duke [ON GOING]
FantasyDion Leonardo yang tiba-tiba saja merasuk ke dalam tubuh dari seorang karakter di dalam novel. Karakter yang hanya di jabarkan dalam beberapa baris kalimat, seorang Grand Duke jahat yang juga merupakan kakak dari tokoh utama di dalam novel, Lucius M...