28. INSIDEN 4

3.9K 573 3
                                    

Tang! Tang!

Suara pedang berbenturan dan ledakan meramaikan malam. Lewis dan Estian bertarung melawan dua swordmaster dan tiga assassin dari suku serigala merah.

Xavier terdorong mundur saat Estian menembakkan auranya.

"Sial! Tidak ada yang mengatakan kalau dia sangat kuat."

Dia kembali maju menghunuskan pedangnya. Namun lagi-lagi, pedangnya di tangkis dengan mudah oleh Estian.

"Kau hebat."

Estian tidak sempat menanggapi saat sebuah belati melesat ke arahnya. Dia melompat dan menyerang arah datangnya belati itu. Tapi dia tidak berhasil mengenai apapun.

"Ck."

"Skill Stealth dari suku serigala merah memang selalu merepotkan."

Dia mendarat di tanah, mengumpulkan auranya dan memfokuskan inderanya.

"Aku harus cepat dan membantu kakak."

Matanya melirik sekilas pada tempat dimana Lucius bertarung. Kakaknya terkepung oleh lima penyihir dan satu ahli tombak. Itu akan menjadi pertarungan yang sulit karena musuh dapat menyerang dari jarak jauh dan memperkecil kesempatan Lucius untuk melawan balik. Sudah jelas, mereka benar-benar melakukan segalanya untuk membunuh Lucius.

Sementara itu, Santo Caspian berdiri di tempatnya dengan tenang. Tidak seperti tamu lain yang bergegas pergi dengan panik, dia sangat tenang.

"Bahkan Dewa berkata untuk mempercayai Yang Mulia dan menunjuknya sebagai 'pelindung'." Gumamnya.

"Santo Caspian."

Seorang wanita berjalan ke arahnya, "Apakah Sang Dewa Kematian juga menunjuk beliau sebagai 'pelindung'?"

"Benar, Saintess Latonia."

Latonia menatap tempat dimana Lucius bertarung.

" 'Sang Kehancuran dan Kekacauan telah tiba'. Dewi juga berkata, 'Kegelapan yang tidak bisa di hancurkan dengan cahaya, akan hancur oleh kegelapan yang lebih pekat'."

Caspian mengangguk ringan dan kembali menatap tempat dimana pertarungan terjadi.

" 'Kematian bukanlah akhir, namun sebuah awal dari takdirnya yang luar biasa.' Itulah yang Dewa Kematian katakan."

Mereka berdua memejamkan matanya, tangan masing-masing dari mereka menyatu seperti saat mereka berdoa pada dewanya. Divine power dalam jumlah yang luar biasa memenuhi seluruh area aula penobatan, Divine reinforcement adalah kemampuan dari mereka yang memiliki berkat dewa.

Kekuatan semua orang yang mereka anggap sebagai rekan akan meningkat drastis hingga sembilan puluh persen.

Lucius yang berada di sisi lain tersenyum tipis.

"Aku sudah menunggunya."

Energinya meluap, dia dengan mudah menebas empat penyihir yang menyerangnya. Saat pedangnya mengarah pada Dendra, master tombak itu menangkisnya.

"Argon adalah master tombak yang handal. Atributnya adalah kilat dengan serangan utama yang mengerikan. Tidak bersuara, namun energi penghancurannya sangat besar."

Argon mengeluarkan aura tombaknya saat kedua senjata mereka bersentuhan. Lucius tersentak mundur saat aura itu menyetrumnya dengan sangat kuat. Tangannya gemetar dan terasa panas.

"Air. Jika aku menggunakan air saat dia mengeluarkan aura tombaknya yang mengandung listrik, itu akan menjadi kekalahannya."

Dia ingat dengan air yang telah dia tampung beberapa minggu yang lalu. Namun dia belum sempat untuk mengambil kalungnya saat sebuah tombak air yang bercampur dengan aura kilat milik Argon melesat ke arahnya.

Become an Evil Grand Duke [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang