55. DEWA YANG TURUN 1

3K 358 20
                                    

Ruangan itu hening setelah pernyataan Xyn. Tentu itu tidak lama, Sebastian menarik kerah Xyn dan memaksanya menjauh dari Lucius.

"Hei, aku adalah tuanmu."

"Bukankah anda pernah berkata jika tuan kami sebenarnya adalah Yang Mulia Grand Duke? Anda bilang akan menyerahkan Nirvana pada Yang Mulia."

"Itu benar, tapi aku tidak mengizinkanmu terlalu dekat dengan Lucius. Lagipula apa yang kau katakan? Orang yang berada disisinya huh? Jangan bermimpi, orang yang ada disisinya adalah aku."

Xyn mengernyit tidak percaya dengan apa yang Sebastian katakan.

"Apa? Anda takut Yang Mulia lebih menyayangiku karena aku adalah Santo-nya? Anda iri karena saya berbagi pecahan jiwa dengan Yang Mulia?"

Kali ini Sebastian tersenyum dengan geram.

"Bocah sialan ini. APA KAU BERCANDA HAH?! Sial, seharusnya kau ku lempar ke neraka sejak awal."

"Anda kan membutuhkan kekuatan saya. Mustahil anda bisa melempar saya ke neraka."

Urat wajah Sebastian menegang bersamaan dengan aura yang mulai membara disekitarnya.

"Brengs*k. Ada apa dengan sikap itu? Sebelumnya kau takut kepadaku, sekarang kau sangat berani ya?"

"Memangnya anda berani berbuat apa? Anda kan takut dengan Yang Mulia."

"... Apa- Aku tidak takut!"

"Benarkah? Tapi anda sekarang bahkan tidak berani menarik pedang dengan sembarangan seperti sebelumnya."

Wajah Sebastian kini memerah, Xyn memukul tepat pada titik lemahnya dengan kata demi kata yang dia ucapkan. Tangan Sebastian meraih gagang pedangnya, aura destruktif yang senada dengan bencana menguar dengan ganasnya. Mata hitam pekat milik Sebastian berkilat dengan amarah yang bercampur dengan rasa malu.

Tepat saat dia akan menebaskan pedangnya, Xyn telah melangkah dan bersembunyi di belakang Lucius.

Tatapan lelah Lucius membuat Sebastian menggigit bibirnya, dia melepaskan pedangnya. Aura yang mencekat juga perlahan menghilang.

"Kau beruntung hari ini bocah."

"Benarkan. Anda tidak berani."

"AGHHHHH AKU SANGAT KESAL."

Melihat perdebatan tidak penting itu membuat kepala Lucius berkedut.

"Apa sebaiknya aku pura-pura pingsan saja ya?.."

Ini bahkan lebih melelahkan daripada bertarung. Seharusnya dia tidak bersantai disini sekarang. Tapi jika dia bilang ingin pergi melaporkan semuanya pada kaisar... Bukankah orang-orang ini akan membuat keributan yang lebih besar?

Mungkin dia akan berakhir di kurung atau bahkan sebuah rantai juga akan melingkar di tangan dan kakinya. Seperti beberapa waktu yang lalu. Mengingat bagaimana Eclair yang tampak paling normal bahkan memakaikannya rantai... Sepertinya orang-orang gila ini akan melakukan hal yang lebih mengerikan.

Estian mendekat padanya dan membisikkan sesuatu yang membuat Lucius tidak habis pikir, "Kakak... Bukankah menurutmu mereka terlalu terobsesi denganmu?"

Lucius menatap Estian dengan kerutan di wajahnya.

"Apa bocah ini sedang membicarakan dirinya sendiri?"

Lucius tidak mau menanggapi perkataan Estian. Disaat itulah dia juga mendengar suara Kalo di kepalanya, "Manusia, bukankah aku yang paling normal di antara mereka? Aku selalu merasa kalau hidupmu sangat berat..."

Lucius memijat pelipisnya.

"Tidak. Mereka semua dan bahkan naga ini tidak ada yang normal."

.

Become an Evil Grand Duke [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang