Suhu tubuh Sebastian terus naik. Keringat dingin juga telah membasahi pakaiannya. Wajahnya memerah seperti tomat dan kesadarannya mulai mengabur seperti orang yang mabuk.
Lucius terlihat sangat khawatir dengan kondisi Sebastian. Dia tidak mengerti kenapa pria ini tiba-tiba sakit sampai seperti ini?
Dia menyentuh dahi Sebastian, itu terasa seperti dia sedang menyentuh panci panas.
"Bagaimana bisa setinggi ini?"
Sebastian hanya tertawa kecil melihat Lucius yang berwajah masam. Tangannya meraih tangan Lucius dan meletakkan tangan itu di pipinya.
"Dingin."
"Aku akan mencarikan obat."
Namun Sebastian menahan tangannya.
"Tidak. Obat tidak akan bekerja. Ini adalah efek samping dari skill ku."
"Apa? Skill macam apa yang bisa membuatmu seperti ini?"
"Yahh, skill itu sudah seperti cheat. Jadi efek samping seperti ini hanya mainan anak-anak."
Lucius mendengus.
Dia kembali mengomel, "Lihat dirimu. Kau seperti udang rebus. Mainan anak-anak katamu? Omong kosong."
Sebastian bahkan tidak bisa menahan tawanya melihat sikap Lucius.
Lucius mencoba untuk menggunakan sanatio lucis, tapi itu juga tidak berhasil. Dia akan mencoba menggunakan skill vulnus transfer (transfer rasa sakit) saat Sebastian mengeratkan genggamannya.
Sebastian segera menyadari kalau Lucius akan melakukan hal yang paling dia benci. Mata Sebastian tampak penuh dengan peringatan dan bahkan nada bicaranya terasa seperti sebuah ancaman.
"Jangan coba-coba menggunakan skill sampah itu."
Lucius tidak bisa mengatakan apapun. Mata tajam Sebastian seakan telah mengunci mulutnya.
Melihat ekspresi murung Lucius membuat Sebastian menghela nafas.
"Haaahhh."
Sebastian benar-benar tidak habis pikir kenapa Lucius harus terlihat seperti dia telah disakiti saat Sebastian hanya sedang mencegah Lucius untuk menyakiti dirinya sendiri.
"Aku hanya membutuhkan istirahat, jangan khawatir."
Lucius tidak menjawab.
"Apa kau marah?"
Hening.
"Lucius?"
"..."
Sebastian mulai berpikir apakah dia benar-benar seorang pasien yang membutuhkan perhatian khusus, atau Luciuslah yang sebenarnya membutuhkannya?
Sebastian mengernyit, dia terlihat kesakitan. Itu membuat Lucius memecahkan egonya dan merawatnya dengan hati-hati.
"Heh. Itu selalu berhasil."
Sebastian menahan senyumnya saat Lucius memberikan kompres air dingin ke dahinya.
Estian duduk di sofa dan memandang kakaknya dengan bosan. Pria itu, yang terbaring di sana terasa sepeti rubah baginya.
Estian bisa melihat mata penuh keberhasilan dari Sebastian dan itu membuatnya kesal. Entah mengapa, Estian merasa kalau kakaknya sangat mudah tertipu. Tapi dia sekarang tau kalau kakaknya lemah terhadap orang yang sakit.
Itu memberinya ide untuk memonopoli perhatian lebih dari Lucius.
"Kakakku kuat, tapi juga lemah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Become an Evil Grand Duke [ON GOING]
FantasyDion Leonardo yang tiba-tiba saja merasuk ke dalam tubuh dari seorang karakter di dalam novel. Karakter yang hanya di jabarkan dalam beberapa baris kalimat, seorang Grand Duke jahat yang juga merupakan kakak dari tokoh utama di dalam novel, Lucius M...