Di sisi lain, dalam pandangannya. Lucius melihat Estian yang terjebak dalam aura hati iblis yang sangat pekat.
"Huh? Estian?"
"Ini... Apa yang terjadi?"
Sebelum dia sempat memikirkan apapun, dia kemudian merasakan sakit di dadanya. Itu adalah pedang yang menancap disana. Sangat dalam dan menembus tubuhnya. Bau amis darah menusuk hidungnya saat dia terjatuh dia atas lututnya.
"Ah?"
Itu sakit.
"Estian? Apa yang kau- ughh."
Lucius mencengkram dadanya. Darah terus menetes dari lukanya. Tangannya menggapai celana Estian dan menggenggamnya.
"Mengapa?"
Sebuah bayangan kemudian berbisik di telinganya.
"Adikmu membencimu. Mengapa kau masih melindunginya? Bunuh dia Lucius."
Lucius menggigit bibirnya.
"TIDAK! Tidak akan pernah."
"Mengapa? Kau sudah berkorban banyak, tapi dia membunuhmu hanya karena dia tidak mempercayaimu. Bukanlah itu tidak adil? Kenapa hanya kau yang menderita? Kau telah menjalani tiga kehidupan dan tidak pernah merasa bahagia sekalipun. Kali ini... Bukankah lebih baik jika kau menjadi penguasanya? Semuanya akan berada di bawah kendalimu."
"Diam."
Namun daripada diam, bayangan itu bergerak maju dan menutup matanya. Pandangannya menjadi gelap, dan ketika matanya kembali mendapatkan suntikan cahaya, dia melihat sesuatu yang asing.
Tempat itu di penuhi dengan jeritan putus asa dari semua manusia. Langit telah berubah menjadi merah. Ratusan wyvern, ular naga dan chimmera terbang melintasi langit dengan sombongnya. Daratan yang di penuhi dengan monster mengerikan, dan bahkan lautan yang dikuasai oleh Hydra serta monster laut lainnya.
Kemudian bayangan itu kembali berbisik.
"Lihatlah. Mereka yang menghinamu akan berakhir dengan tragis. Kehidupan mereka ada di tanganmu. Jadilah raja kami."
Nafasnya terasa sesak. Bau darah yang menguar dari segala penjuru membuatnya mual. Dia menutup mata dan telinganya, namun bayangan itu meraih dagunya dan memaksanya untuk melihat.
"Lihat ini Lucius. Daripada menjadi salah satu dari mereka, bukankah lebih baik kau bergabung dan menghancurkan segalanya? Kekuasaan, harta, dan segalanya akan menjadi milikmu."
Lucius menggeleng dengan keras, dia tidak sanggup lagi untuk berbicara. Matanya memanas, dan air matanya menetes.
"Hentikan. Siapapun tolong hentikan."
Lalu kemudian, semuanya berubah. Semua suara jeritan itu menghilang bersamaan dengan langit merahnya. Semuanya menjadi sunyi.
"Lucius."
Itu adalah suara lembut seorang wanita. Dia membalikkan badannya dan mendapati dua orang yang dikenalinya. Itu adalah ayah dan ibunya. Mereka tersenyum persis seperti apa yang dia ingat.
"Ayah? Ibu?"
Mereka mengangguk ringan. Tangan mereka terulur.
"Kemarilah nak."
Lucius perlahan berdiri, dia berjalan kemudian berlari memeluk mereka.
"Aku takut ayah, ibu. Aku merindukan kalian. Uh.."
Dia menangis, semua beban di hatinya seakan menghilang. Mungkin orang-orang lupa, tapi Lucius masihlah seorang remaja berusia sembilan belas tahun. Dia membutuhkan seseorang untuk menjadi tumpuannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Become an Evil Grand Duke [ON GOING]
FantasyDion Leonardo yang tiba-tiba saja merasuk ke dalam tubuh dari seorang karakter di dalam novel. Karakter yang hanya di jabarkan dalam beberapa baris kalimat, seorang Grand Duke jahat yang juga merupakan kakak dari tokoh utama di dalam novel, Lucius M...