Setelah satu hari yang tenang itu, mereka kembali ke kenyataan bahwa situasi Kekaisaran sedang dalam masa kritis. Para bangsawan terus mendesak Kaisar untuk mengadakan pertemuan berskala besar.
Karena kejadian pemberontakan ini sudah mulai membuat mereka resah. Ditambah dengan rentetan kejadian di dalam Kekaisaran serta pergerakan Aliansi yang sudah mulai agresif, orang-orang yang tidak ingin terkena dampak perang itupun mulai gelisah.
Lucius hadir dalam pertemuan bangsawan yang berada di aula istana kekaisaran pada pagi harinya. Dia telah menyerahkan segala bukti yang dia miliki kepada Kaisar secara sembunyi-sembunyi.
Lucius juga membawa serta Sebastian dan Estian yang berdiri di belakang kursinya.
Pada saat itu, Kaisar mulai berbicara.
"Mungkin kalian telah menebak. Beberapa waktu yang lalu, sebuah pasukan pemberontak telah bekerja sama dengan pihak luar untuk menyerang Kekaisaran. Beruntung, Grand Duke Lucius dan pasukannya menghentikan penyerangan sebelum benar-benar memasuki pusat kota."
Setelah hening beberapa saat, Marquess Maeglin mulai angkat bicara.
"Bagaimana anda yakin kalau Yang Mulia Grand Duke adalah 'pahlawan' dan bukan pemberontak?"
Pria tua itu kembali membual setelah sadar bahwa semua orang telah menatapnya.
"Bukankah itu aneh? Grand Duke Lucius selalu ada tepat di waktu pemberontakan terjadi. Pertama, teror pada hari penobatan putra mahkota. Lalu beliau juga muncul di pelelangan budak, dan saya juga mendengar kalau beliau juga ikut campur dengan wilayah hutan? Kenapa beliau melakukan itu?"
Dia berhenti beberapa saat, "Bukankah itu mencurigakan? Kali ini pun... Bukankah beliau yang pertama kali muncul bagaikan pahlawan? Aneh sekali."
Suasana menegang, beberapa bangsawan juga mulai meragukan keberadaan Lucius sebagai pelindung Kekaisaran.
Tak lama, terdengar suara seorang pria yang menyatakan persetujuannya. Dia adalah Count Selvian yang berada dalam faksi permaisuri.
"Setelah saya pikirkan... Apa yang Marquess katakan terdengar masuk akal. Yang Mulia Grand Duke cukup mencurigakan."
Setelah pernyataan persetujuan itu, beberapa bangsawan juga menyatakan persetujuannya. Mereka bersahut-sahutan seperti sekelompok anjing yang menggonggong.
Lucius bahkan tidak terlihat terusik dengan suara orang-orang yang menyudutkannya. Dia duduk di tempatnya dengan tenang seolah sedang mengawasi setiap orang yang melawannya.
Tatapan mata yang tenang namun tajam itu membuat orang-orang yang tadinya bersemangat untuk menjatuhkannya mulai kehilangan keberaniannya. Setelah suasana kembali menjadi tenang, Emmanuel mengajukan pertanyaannya.
"Apakah kalian memiliki bukti? Sebuah dugaan tanpa bukti hanya akan menjadi omong kosong."
Marquess terlihat menarik bibirnya dan mulai tersenyum, "Bukan hal yang tidak mungkin jika beliau membersihkan seluruh bukti dengan kekuasaannya, atau bahkan bekerjasama dengan seseorang dengan kuasa tinggi untuk menghilangkan bukti."
Emmanuel merasa tertarik.
"Oh? Dan siapa yang anda maksud?"
"Entahlah... Siapa yang menurut anda dekat dengan Grand Duke? Di seluruh Kekaisaran ini, bukankah hanya ada dua pihak yang dekat dengannya?"
Emmanuel hampir menyemburkan tawanya, tapi wajahnya itu hanya menampilkan senyuman yang terasa sedikit mencekam.
"Ah... Begitukah?"
Estian mulai berpikir, "Bukankah orang tua ini menargetkan terlalu banyak pihak? Bodoh sekali."
Marquess Maeglin secara terang-terangan menantang Grand Duke Edinburgh, Marquess Epharaim, dan bahkan Putra Mahkota. Sungguh kesombongan yang tidak tau diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Become an Evil Grand Duke [ON GOING]
FantasyDion Leonardo yang tiba-tiba saja merasuk ke dalam tubuh dari seorang karakter di dalam novel. Karakter yang hanya di jabarkan dalam beberapa baris kalimat, seorang Grand Duke jahat yang juga merupakan kakak dari tokoh utama di dalam novel, Lucius M...