48

244 36 1
                                    

"Jadi?"

Semua orang sudah pergi, sekarang tinggal aku yang duduk sendiri di meja asrama slytherin.

Setelah tadi menolak ajakan kawanan ular untuk berjalan bersama, lalu menyuruh Bella untuk kembali ke asramanya. Dia menyetujuinya dengan wajah sedih, itu lucu.

Pak tua itu berjalan menuju arahku dengan diikuti Apollo. Aku menatap tajam Apollo membuatnya langsung berlari ke arahku.

Tentu saja aku kesal, seolah-olah pak tua itu masternya saja.

"Kau adalah keturunan Silva, aku benar bukan?"

Pertanyaannya membuatku mengangkat satu alisku bingung.

"Benar" kataku pada akhirnya.

Lalu apa yang dia ingi-

Tunggu! Aku tau arah pembicaraan ini kemana!

Ck, menyebalkan.

Aku menatap malas pak tua itu.

"50 Galleon per jam" kataku sambil berdiri menghadap dia.

"Bahaya juga ya keturunan Silva bercampur dengan Black"

Kau baru menyadarinya?

"Itu tidak penting, setuju tidak?"

"Baiklah, tapi bagaimana saat kau belajar? Tentu kau tak ingin di curigai teman-temanmu bukan?"

"Tak usah khawatir, lalu masukkan itu ke aset pribadi ku bukan aset keluarga"

"Baik" lalu dia pergi meninggalkan aku berdua dengan Apollo.

[Dia meminta master menjaga piala bodoh itu]

[Itu memang piala bodoh, tapi lebih bodoh orang yang memasukkan nama nya kedalam piala itu

Dengar Apollo saat pagi nanti kau kemari bersama Cleo sehingga tak ada yang mencurigaiku selama misi ini berlangsung, mengerti?]

[Baik master!]

Apollo pergi meninggalkan aku sendiri di great hall yang besar ini.

Seram juga. Ngomong-ngomong tentang hantu, mengapa dia tidak meminta bantuan mereka saja? Mengapa dia malah meminta bantuan dariku?

Pak tua itu memang punya banyak pikiran ya, kasian.

Aku mendekati dinding lalu menempelkan kedua tanganku. Menempelkan kedua kaki sehingga sekarang aku terlihat seperti cicak raksasa.

Meskipun menjijikan tetapi cara ini menjadi rencana ampuh yang membantu mengalahkan penyihir kriminal sebelumnya.

Informasi itu sangat penting dalam medan perang asal kalian tahu.

Aku merayap sampai diatas piala biru itu. Membalikan badanku sehingga yang menempel dengan langit-langit adalah punggung dan kedua telapak kaki. Seperti posisi tiduran tapi diatas atap.

Membuat tubuhku tembus pandang dan menipiskan hawa keberadaan. Tak akan pernah ada yang menyadari aku berada disini bahkan jika mereka mencari selama 350 tahun.

Baik itu agak berlebihan, tetapi memang benar adanya. Haha.

Bertepatan dengan itu, seseorang membuka pintu great hall. Dia menolehkan kepalanya ke kanan dan kiri luar great hall, mungkin jaga-jaga ada yang mengikuti.

Siapa sih itu? Sepertinya dia tamu yang tadi bersama murid-murid botak itu.

Baiklah kita lihat saja apa yang dia lakukan.

Hmm? Dia hanya memasukkan perkamen dengan nama seseorang. Apa salah satu muridnya?

Sesudah itu dia berlalu begitu saja.

Ck, aku harus terjaga semalaman untuk semua ini.

Mengapa sih orang tua - orang tua itu bosan? Jika bosan mencari uang ya liburan, dasar begitu saja repot.

Jika sudah begini tahun ajaran depan apalagi? Pegawai kementrian jadi guru Pertahanan Ilmu Hitam?

Omong kosong.





Voment

Sirius Son ɪv (end) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang