71

199 33 7
                                    

Sambil denger before you go biar nggk sedih-sedih amat.

Tapi anu, itu, disini Arlynx memperlihatkan adegan tak senonoh🙈
Jangan ditiru ya adik-adik😂



☜☆☞

Aku memegang kedua bahunya, kalut tentu.

"Apa yang kau katakan?" tanpa sadar suaraku naik.

"Aku lelah Lynx" dia berbisik lirih, suaranya bergetar.

Tubuh hingga ke tanganku bergetar, aku meremas kedua bahu nya.

"Kita bicarakan baik-baik, ya?" apa itu terdengar seperti permohonan?

"Lynx, kumohon. Aku bilang untuk sementara!" dia menatapku tajam.

Aku terkejut, spontan melebarkan mata. Menghela nafas. Aku berpikir.

Apa aku begitu egois? Aku terlalu memaksa Bella hingga dia tersakiti begini, kan? Tunggu, aku... menyakitinya?

Dada ku sesak, jadi aku yang membuatnya menangis begini. Hahh, Arlynx bodohnya kau!

"Maafkan aku Bella, aku tak bermaksud menyakitimu" aku menunduk, suaraku ikut bergetar.

Aku takut kehilangan, tapi aku takut terus menyakitinya. Apa yang harus aku lakukan, Merlin?

"Baiklah Bella, istirahatlah" meski berat, daripada terus menyakitinya tak apa aku melepasnya bukan?

"Tapi, izinkan aku meminta sesuatu dari mu, ya?" aku bicara sepelan dan selembut mungkin.

Dia menatapku bingung dengan mata merahnya.

Aku menangkup wajahnya, menghapus air yang membasahi pipi nya. Ku usap mata nya yang sedikit membengkak, lalu aku kecup pelan keduanya.

Kemudian berpindah ke dahi, kedua pipi dan hidung. Jujur, selama menjalin hubungan. Ini pertama kali nya aku melakukan hal seberani ini, setelah sebelumnya hanya sebatas berpegangan tangan dan pelukan hangat.

Dia terpejam, membiarkan aku mengecup seluruh wajahnya yang basah karna air mata.

Hingga ciuman itu turun menuju bibirnya. Sejujurnya aku ragu, dan sempat terhenti saat bibirku tepat beberapa centi dengan bibirnya.

Merasakan hangatnya nafas Bella. Aku menempelkan bibirku dengannya. Sedikit melumatnya, lalu melepaskannya dengan pelan.

Bella membuka matanya bertatapan denganku. Kami bertatapan tanpa sepatah kata pun keluar. Membiarkan diri tenggelam di iris masing-masing.

Kegiatan itu terhenti saat AG tanpa permisi lewat begitu saja. Tanpa menegur atau berdehem. Hanya berjalan santai melewati kami. Begitu saja.

Bella menunduk lagi. Aku yakin pandangannya sendu sekarang.

"Aku ingin kembali ke asrama" katanya pelan.

"Ayo, aku antar"

Aku berjalan di sisi nya. Tanpa berpegangan tangan, seperti biasanya. Sengaja memperlambat langkah, aku ingin waktu ini tak cepat berlalu.

Bella menatap datar jalanan di hadapannya. Tanpa obrolan, tanpa suara cekikikan, kami terus berjalan.

Hingga di pertengahan jalan, Bella berhenti dengan mendadak membuatku mengikutinya.

Memandang heran padanya. Tapi Bella memperhatikan ke arah kanan membuatku ikut mengalihkan atensiku penasaran melihat apa yang Bella lihat.

Oh, itu Fleur. Aku berhutang penjelasan lagi ya?

Aku tersenyum miris. Segitu percaya dirinya aku hingga mengacuhkannya. Aku kira, dengan adanya aku dia akan puas. Dengan adanya aku, dia tak perlu apapun lagi.

Aku... Salah ya?

Hahh. Aku malu pada dunia. Aku mengangkat kepalaku hingga menatap langit-langit lorong, menutup mataku lalu menghela nafas.

Aku di kagetkan dengan suara teriakan yang mengajak Fleur menjadi pasangannya.

Itu mengerikan, aku membulatkan mata. Si Weasley begitu berani hingga bertanya pada lady dengan nada tak santai.

Bella lanjut berjalan meninggalkan aku yang masih memperhatikan Weasley yang di bopong oleh teman-temannya.

Sadar aku tertinggal. Aku berlari lalu menyelaraskan langkahku dengan Bella. Hening, keheningan yang meremas dada ini.

Aku sadar, aku tak bisa menyalahkan siapapun. Ini murni kesalahanku.

"Maafkan aku Bella" aku berkata lirih begitu kami sampai di depan pintu masuk asrama ravenclaw.

Dia tersenyum tipis lalu menggeleng. Aku tak tahu apa artinya. Dia tak memaafkan aku? Atau apa?

"Tentang Fleur-"

"Aku tau" dia memotong perkataanku seolah tak ingin mendengar nama itu di ucapkan.

"Dia bertanya padamu, lalu di pesta itu kau ingin meneliti sesuatu. Dan kau, tak ingin bertanya pada gadis lain. Jadi kau terima saja yang ada di depan mata, kan? Aku tau, Lynx" suaranya bergetar dan matanya berkaca-kaca.

Hahh, Arlynx bodoh. Bisa-bisanya menelantarkan gadis ini.

"Bella-"

"Apa itu Veritaserum?" lagi-lagi perkataanku terpotong. Kali ini oleh teka-teki masuk asrama ravenclaw.

Ck, sialan!

"Ramuan kejujuran" aku menjawab dengan nada jengkel.

Pintu terbuka lalu Bella masuk. Berbalik memandangku dengan senyum lebarnya.

"Aku akan menunggumu, Lynx" lalu pintu itu tertutup.

Memisahkan aku dengan Bella. Cintaku. Sungguh, maafkan aku.

Air mata yang kutahan sedari tadi mengalir deras hingga membasahi pakaianku.

Ah, Merlin. Apa yang harus kulakukan? Hatiku.. Sakit sekali.

Aku menyesal, kumohon kembalikan cintaku.

Disini, dadaku. Sakit sekali. Walaupun aku meremasnya, itu tak menghilangkan rasa sakitnya.

Ukh-

Aku meremas dada kiriku dengan kedua tangan. Sedikit membungkuk, menahan rasa sakit yang menjadi.

Merlin, kumohon-

"Jangan pernah memohon pada manusia Arlynx, Ray" seorang kakek tua memberi nasehatnya pada dua bocah kecil yang menatapnya polos.

"Mengapa?" anak bersurai hitam bertanya dengan nada penasaran hingga pipi chubby nya ikut memantul.

"Karna-

Benar, aku.. Tak boleh memohon ya.







Sirius Son ɪv (end) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang